Senin, 05 November 2012

Tidak Cukup Dengan CINTA


Adalah Imam Ibnu Jauzy dalam bukunya Shaidul Khathir pernah menceritakan kisah Abu Utsman an-Naisaburi yang ditanya oleh seseorang, pertanyaan menggelitik tentang harapan Abu Utsman :" Apa yang paling anda harapkan dari amal anda ? " 
Abu Utsman terdiam beberapa saat. lalu ia mulai bertutur... 

"Pada saat aku masih muda, keluargaku berusaha menikahkanku. Akan tetapi aku tidak bersedia. suatu saat ada seorang wanita yang datang kepadaku dan berkata :" Wahai Abu Utsman, sungguh aku sangat mencintaimu. Sudilah kiranya engkau menikahiku." wanita itu menghadirkan ayahnya yang sangat miskin. Akupun dinikahkan dengan wanita itu. Nah, ketika aku berkumpul dengannya dalam satu kamar, ternyata ia pincang dan sangat buruk." 

"karena kecintaannya kepadaku," Kata Abu Utsman melanjutkan, " Ia melarangku keluar rumah. Aku terpaksa duduk didalam rumah untuk menjaga hatinya. Aku sama sekali tidak menampakkan kemarahan kepadanya, padahal aku seperti diatas bara. sungguh. Demikianlah kejadian itu berlangsung selama lima belas tahun hingga ia meninggal." 

Begitulah ketika takwa menghiasi kehidupan keluarga. kebencian yang membara terpinggirkan oleh sabar dan tanggung jawab terhadap janji. Bahasa Takwa itu terpancar dari ungkapan Abu Utsman," tidak ada amal yang kuharapkan, kecuali menjaga hatinya agar tidak terluka." ...... 

kisah tsb mengajarkan kepada kita, bahwa tak sekedar dengan cinta kita menjalani pernik pernik kehidupan rumah tangga. 
kita membutuhkan penyokong lain, yaitu iman dan ketakwaan. 
Cinta akan memberikan warna lebih indah terhadap kehidupan keluarga, sementara iman dan ketakwaan meneguhkannya hingga kokoh. keimanan dan ketakwaan yang dimiliki oleh para kekasih akan melahirkan sikap tanggung jawab. 

keimanan mematangkan mentalitas seseorang. ia tidak memandang bahwa pernikahan sekedar urusan cinta dan benci. 
lebih dari sekedar itu, ia memiliki kesadaran bahwa ada tanggung jawab yang harus ditegakkan. 
kesadaran ini tidak berarti bahwa kehidupan pernikahan didayung secara mekanik. 
itulah sebabnya, antara cinta dan iman harus berjalan beriringan. 

Sabar dan tanggung jawab yang melekat dalam diri karena takwa, membersamai cinta ketika kita menyemai kebersamaan bersama kekasih (baca=pasangan) kita.

inilah yang menjadi pertimbangan Umar bin Khathab ketika salah seorang laki laki datang kepadanya. Ia datang, dengan keluhan tentang istrinya. Lelaki itu mengatakan bahwa cintanya kepada istrinya telah memudar. oleh karena itu, ia bermaksud menceraikannya.

"Sungguh jelek niatmu." kata Umar. 
" Apakah semua rumah tangga (hanya dapat) terbina dengan cinta ? dimana takwamu dan janjimu kepada Allah ? dimana rasa malumu kepada-Nya ? bukankah kamu sebagai sepasang suami-istri, telah saling bercampur (menyampaikan rahasia) dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat ?" 

Ada baiknya kita semua memiliki TAMAN dalam keluarga...
Taman yg saya maksud disini adalah TAkwa dan iMAN...
menjaga keimanan dan ketakwaan dalam diri ternyata menjadi investasi untuk mempertahankan cinta, merawat dan menumbuhkannya. 
TAMAN ini harus senantiasa dihidupkan dalam sanubari keluarga. Langkah paling umum yang biasa dilakukan adalah dengan menggiatkan beribadah kepada Allah ta ala. 

TAMAN ini mesti kita jaga dan rawat agar selalu indah...
Keluarga dengan TAMAN yg kering, biasanya terlalu rapuh untuk menghadapi permasalahan hidup. 
Sekecil apapun ia, jika ia dihadapi tanpa perisai takwa, permasalahan itu seakan sebagai karang yang teramat besar dan kokoh. 
kebencian, kemarahan, emosi yang meledak, kecurigaan yang berlebihan, dan karakter karakter lain akan cepat mendominasi kita, jika takwa tidak melekat dalam diri. 
Ketika karakter - karakter itu lebih dominan daripada iman, kondisi itu menjadi pertanda dini keretakan keluarga.
Waspadalah...waspadalah......! 

kembali ke kisah Abu Utsman di awal postingan....... 
kisah tsb sangat menggetarkan hati.... 
Kepada kaum adam...
Bisakah kita  seperti beliau ? 
disaat kita melihat kekurangan istri kita, kita sabar dan ridha terhadap kekurangan itu ? membantunya untuk melihat sisi lebih seorang istri yang dapat membuat bangga suami ? bukan malah menghinanya atau bahkan meninggalkannya karena kekurangannya......

Kepada kaum hawa.... 
bisakah Anda bersikap sabar dalam menghadapi kekurangan suami.... ? 
mendukung jihadnya ketika keletihan itu mendera... 
tersenyum untuknya ketika kepenatan melanda ....
memotivasinya ketika bimbang dan ragu menyapa...
menyemangatinya ketika merasa diri lemah dan tak berharga.....


Tidak ada komentar:

Posting Komentar