Senin, 28 Juli 2014

Jiwa-Jiwa Yang Tertinggal

Sahabat.......
Ramadhan telah berlalu,, maka tertinggal jiwa-jiwa yang menyikapi kepergian ramadhan secara berbeda..

JIWA PERTAMA ...
Adalah jiwa orang-orang beriman yang sebelum Ramadhan datang mereka telah di sibukkan dengan ketaatan dan kebaikan..

lalu saat Ramadhan menghampiri mereka, maka mereka semakin sibuk dalam meningkatakan ketaatan diri mereka. Mereka menganggap Ramadhan sebagai ghanimah (harta rampasan) dari Allah. Di dalamnya Amal-amal hamba dilipat gandakan. lalu saat ramadhan meninggalkan mereka, maka mereka tetap dalam ketaataan dan kesungguhan mengejar beragam kebaikan akhirat..

Mereka sadar bahwa justru diselain bulan ramadhanlah seharusnya mereka semakin giat beramal, karena pahala mereka tidak di lipat gandakan sebagaimana dibulan Ramadhan.
Inilah jiwa mu'min sejati..
Merekalah yang akan di seru dengan seruan YA AYYATUHANNAFSUL MUTMAINNAH.. (wahai jiwa Yang tenang)..
Semoga Allah menganugerahi kita dengan jiwa yang seperti ini.

JIWA KEDUA...
Adalah jiwa yg terlenakan oleh kelalaian, tersibukkan oleh kemaksiatan dan terbuai oleh kenikmatan dunia. Lalu saat ramadhan datang, mereka kemudian menyingsingkan lengan dan meninggalkan semua kemaksiatan tersebut.. Kemudian melakukan ketaatan dan kebaikan pada hari-hari ramadhan. Mereka menyibukkan diri dengan Al-Qur'an, puasa, shalat malam, dan mereka menangis mengingat segala kemaksiatan mereka. Mereka juga senantiasa khusyu dan aktif di segala kebaikan ramadhan.

Namun saat ramadhan berlalu... segala kebaikan mereka juga ikut berlalu, mereka kembali kepada keburukan keburukan yang telah mereka tinggalkan sebelumnya..
Maka untuk orang seperti ini,. dikatakan kepada mereka, Bila engkau menyembah ramadhan.. maka ramadhan telah berlalu, namun bila engkau menyembah Allah, maka Allah tetap hidup dan tidak akan mati. Rabb yang menyuruhmu beribadah di bulan ramadhan, Dialah Rabb yang menyuruhmu beribadah di luar ramadhan. Sebelum engkau terlalu jauh melangkah meninggalkan Allah, maka berfikirlah sejenak. Fikirkan hal berikut:

Maukah engkau merusak bangunan megah yang telah engkau bangun dengan susah payah. ??

Saat Allah telah menjanjikanmu surga dengan segala kenikmatannya.  Engkaupun berusaha meraihnya di bulan Ramadhan..

Lalu mengapa saat ramadhan pergi dan tinggal selangkah lagi engkau memasuki pintu Surga itu, engkau malah berpaling dan kembali kejalanmu semula yang penuh kelalaian.??.

Saat Allah telah membebaskanmu dari neraka, dan menjanjikan pengampunan dan keridhoan dari-Nya, hal itu tentu di sebabkan karena ibadahmu selama Ramadhan dan tangisanmu ketika mendengar ancaman neraka.. lalu mengapa saat ramadhan berlalu engkau malah berontak dan berusaha memasukkan dirimu lagi kedalam neraka ,.. tempat yang sebelumnya engkau di bebaskan darinya ??..

Renungkan firman Allah berikut ini:
“Dan janganlah kalian seperti seorang perempuan yang mengurai kembali benang yang sudah dipintalnya dengan kuat menjadi cerai berai”. (QS: An-Nahl: 92).

Benar kawan.. Selama ramadhan engkau telah menyibukkan diri dengan memintal benang-benang ketakwaan dengan segala jerih payahmu.. sehingga terbentuklah sebuah PAKAIAN KETAKWAAN YANG AKAN MELINDUNGIMU DARI NERAKA DAN MEMASUKKANMU KE SURGA. Namun saat ramadhan berlalu. Engkau malah mengurai helai demi helai benang yang telah engkau pintal.. sehingga engkau kembali menjadi Telanjang dan terancam dengan neraka.. padahal belum tentu Ramadhan akan datang kembali menyapamu..

Sahabat..

Inilah jiwa kebanyakan dari kita.. Dan sebelum ramadhan terlalu jauh  meninggalkan kita, maka marilah kita instropeksi diri.  Semoga Allah mengeluarkan kita dari belenggu jiwa yang seperti ini.

JIWA KETIGA...
Adalah jiwa yang ada atau tidaknya ramadhan, mereka tetap dalam kemaksiatan dan kelalaian.. Mereka adalah orang yg sebelum ramadhan datang senantiasa melakukan kemaksiatan... dan saat ramadhan datang ia tetap tak pernah mau melakukan kebaikan. Inilah jiwa yang mati, yang tidak tersentuh dengan janji janji Allah.. Inilah jiwa yang hina, jiwa yang akan dibangkitkan dalam penyesalan yang mendalam.. Inilah jiwa merugi, yg tidak tersentuh secercahpun sinar dakwah.. yang tak terenyuh oleh ayat-ayat adzab, dan tak berharap pada ayat-ayat surga.. Inilah jiwa yang dibahasakan dalam ayat Al Quran: "mereka tuli, bisu, dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (kepada jalan yg benar)" (QS: Al-Baqarah : 18)

Maka dikatakan kepada orang sperti ini.. aduhai jiwa yang merugi, tidakkah engkau iri dengan ketenangan yang dirasakan orang beriman,,. saat menahan lapar dan dahaga karena mengharapkan kebahagiaan (kebahagiaan saat berbuka dan kebahagiaan saat bertemu ALLAH).. saat melelah-lelahkan diri berdiri di malam yg sepi, dan berharap keridhoan Iilahi. Saat melantunkan ayat-ayat alquran dan mengalirkan air mata ketika mereka merenungi kalam Ilahi...

Ahh.. Andai engkau tau kebahagiaan apa yang mereka rasakan..
Andai engkau bisa membandingkan kebahagiaan yg engkau rasakan dengan kebahagiaan yg mereka rasakan..
engkau akan tau bahwa kebahagiaanmu hanyalah kebahagiaan sementara yang kan melahirkan kegelisahan hati.
Dan kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan abadi yang kan memberikan ketenangan hati..

Maka bertaubatlah,, sebelum kematian mendatangimu,, dan barulah engkau mengatakan

“Sampai tatkala kematian mendatangi salah seorang di antara mereka, ia berkata: Tuhanku, kembalikanlah aku agar aku dapat berbuat kebaikan dari perkara yang aku lalaikan. Tak mungkin! Sesungguhnya itu kata-kata yang ia ucapkan, Dan di hadapan mereka ada tabir, sampai hari mereka dibangkitkan” (QS: Al mu'minun: 99-100).

Semoga Allah melindungi kita dari jiwa seperti ini.

Sejenak renungkanlah sajak-sajak perpisahan yang diucapkan oleh Ibnu Rajab -rahimahumallah-. Beliau mengatakan:

"Di mana kepedihan (dan kesedihan) orang-orang yang bersungguh-sungguh di siang hari Ramadhan?
Di manakah duka orang-orang yang shalat pada waktu malam?

Jika demikian keadaan orang-orang yang telah mendapatkan keuntungan selama Ramadhan, bagaimanakah keadaan orang-orang yang telah merugi pada siang dan malamnya?

Apalah guna tangisan mereka yang melalaikan bulan Ramadhan ini, sementara musibah yang akan menimpanya demikian besar?

Alangkah banyaknya nasihat yang telah diberikan kepada orang yang malang, namun tidak juga memberikan manfaat untuknya.

Betapa sering ia diajak untuk melakukan perbaikan diri, namun ia tidak juga menyambutnya.

Betapa sering ia menyaksikan orang-orang yang mendekatkan diri kepada-Nya, namun ia sendiri memilih untuk semakin jauh dari-Nya.

Alangkah seringnya berlalu dihadapannya rombongan orang-orang yang menuju Allaj, sedangkan dia hanya duduk berpangku tangan (tanpa seberang hasrat untuk beribadah).

Hingga saat waktu menyempit dan kemurkaan-Nya telah membayang,

Ia pun menyesali kelalaiannya pada saat penyesalan tidak lagi bermanfaat dan kesempatan untuk memperbaiki keadaan telah menghilang".

Demikianlah ...

Dan Ramadhanpun pergi....

Baarakallahu fiikum. ..

Cinere, 1 syawal 1435 H

-diposting kembali dari sebuah Milis

Adab Berhari Raya sesuai Sunnah Nabi

Adab dan Sunnah Berhari Raya

1. Mandi Sebelum Shalat ‘Id

Ibnul Qayyim dalam Za’dul Maad mengatakan, Nabi mandi pada dua hari raya, telah terdapat hadits shahih tentang itu, dan ada pula dua hadits dhaif.

2. Memakai Pakaian Terbaik dan Minyak Wangi

Dari Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anhu, bahwa: Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memerintahkan kami pada dua hari raya untuk memakai pakaian terbaik yang kami punya, dan memakai wangi-wangian yang terbaik yang  kami punya, dan berkurban dengan hewan yang paling mahal yang kami punya. (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak, hasan)

3. Makan Dulu Sebelum Shalat ‘Idul Fitri, Tidak Makan Dulu Sebelum Shalat Idul Adh-ha

“Pada saat Idul Fitri Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidaklah berangkat untuk shalat sebelum makan beberapa kurma.” Murajja bin Raja berkata, berkata kepadaku ‘Ubaidullah, katanya: berkata kepadaku Anas, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Beliau memakannya berjumlah ganjil.” (HR. Bukhari No. 953)

4. Melaksanakan Shalat ‘Id di Mushala (Lapangan)

Shalat hari raya di lapangan adalah sesuai dengan petunjuk Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, karena Beliau tidak pernah shalat Id, kecuali di lapangan (mushalla). Namun, jika ada halangan seperti hujan, lapangan yang berlumpur atau becek, tidak mengapa dilakukan di dalam masjid. Dikecualikan bagi penduduk Mekkah, shalat ‘Id di Masjidil Haram adalah lebih utama.

5. Dianjurkan Kaum Wanita dan Anak-anak Hadir di Lapangan

Mereka dianjurkan untuk keluar karena memang ini adalah hari raya mesti disambut dengan suka cita. 
Ummu ‘Athiyah Radhiallahu ‘Anha berkata: “Kami diperintahkan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk mengeluarkan anak-anak gadis, wanita haid, wanita yang dipingit, pada hari Idul Fitri dan idul Adha. Ada pun wanita haid, mereka terpisah dari tempat shalat. Agar mereka bisa menghadiri kebaikan dan doa kaum muslimin. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, salah seorang kami tidak memiliki jilbab.” Beliau menajwab: “Hendaknya saudarinya memakaikan jilbabnya untuknya.” (HR. Bukhari dan Muslim, dan ini lafaznya Imam Muslim)

6. Shalat Hari Raya  ‘Id

Dalam hal ini Allah Ta’ala berfirman: “Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah.” (QS. Al Kautsar: 2)

7. Mendengarkan Khutbah Hari Raya

Berkhutbah hari raya adalah sunah menurut jumhur ulama, mendengarkannya juga sunah.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ketika shalat sudah selesai, beliau bersabda: “Kami  akan berkhutbah, jadi siapa saja yang mau duduk mendengarkan khutbah maka duduklah, dan yang ingin pergi, pergilah!” (HR. Abu Daud, shahih)

8. Berangkat dan Pulang Melewati Jalan yang Berbeda

Dari Jabir bin Abdullah Radhiallahu ‘Anhuma, katanya: Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jika keluar pada hari Id akan menempuh jalan yang berbeda. (HR. Bukhari No. 986)

9. Mengucapkan Selamat Hari Raya: “Taqabbalallahu Minna wa Minka”

Imam Ibnu Hajar berkata:” “Kami meriwayatkan dalam kitab Al Mahamilliyat, dengan sanad yang hasan (bagus), dari Jubeir bin Nufair, katanya: dahulu para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam jika mereka berjumpa pada hari raya, satu sama lain berkata: “Taqabbalallahu minna wa minka.”

10. Bergembira dengan Pesta yang Halal

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam datang ke Madinah, saat itu mereka memiliki dua hari untuk bermain-main. Lalu Beliau bersabda: “Dua hari apa ini?” Mereka menjawab: “Dahulu, ketika kami masih jahiliyah kami bermain-main pada dua hari ini.” Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab: “Sesungguhnya Allah telah menggantikan buat kalian dua hari itu dengan yang lebih baik darinya, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri.” (HR. Abu Daud)

11. Bertakbir Pada Hari Raya

Untuk bertakbir pada ‘Idul Fitri, Allah Ta’ala berfirman: “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah (bertakbir) atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al Baqarah (2): 185)

Rabu, 23 Juli 2014

Menjadi Pemenang Sejati

Ada dua hal yang harus selalu kita ingat:

1. Tugas kita adalah bekerja. Adapun hasil, itu prerogatif Allah.

2. Allah tidak akan mengurangi apa yang menjadi jatah kita dan Dia pun tak akan menambah apa yang bukan jatah kita. Seperti apapun kerja kita.

Kalau dua hal itu selalu kita ingat, maka tawakkal kita akan sempurna. Kita tidak akan mengeluh dan menyesali apa yg kita kerjakan atau apapun yang luput dari kita. 

Jadilah Pemenang Sejati...

Tak ada yg sia2 disisi Allah.

ٌ اللَّهُمَّ لَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

ALLAAHUMMA LAA MAANI’A LIMAA A’THAITA WALAA MU’THIYA LIMAA MANA’TA WALAA YANFA’U DZAL JADDI MINKAL JADD 
( Ya Allah, tiada yang bisa menghalangi apa yang Engkau berikan, dan tidak ada yang bisa memberi apa yang Engkau cegah, dan tidak bermanfaat pemilik kekayaan, dan dari-Mulah segala kekayaan).” 

(HR. Al-Bukhari no. 844 dan Muslim no. 593)

Mulailah dari Diri Kita

Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal, aku bermimpi ingin mengubah dunia ini agar bisa menjadi lebih baik. Lalu Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku, kudapati bahwa dunia tiada pernah menjadi lebih baik.

Maka cita-cita itupun agak kupersempit, lalu ku putuskan untuk hanya mengubah negeriku sendiri. Namun tampaknya hasrat itupun tiada membawa hasil.

Ketika usiaku semakin senja, dengan semangatku yang masih tersisa, lalu kuputuskan untuk hanya mengubah keluargaku sendiri, yakni orang-orang yang paling dekat denganku, namun celakanya merekapun ternyata tidak mau berubah !

Dan hari ini sementara aku berbaring untuk menanti ajal, tiba-tiba saja kusadari;

Seandainya saja dulu aku berpikir bahwa yang pertama-tama kuubah adalah diriku sendiri, Maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan, mungkin aku akan bisa mengubah keluargaku terlebih dahulu. Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka, bisa jadi akupun akan mampu memperbaiki negeriku, Kemudian siapa tahu, dengan begitu aku bahkan bisa mengubah potret dunia ini !”

Tulisan ini, 
Terukir diatas batu nisan makam 
Westminster Abbey,
Orang dekat Kerajaan Inggris
Arsitek Kerajaan, 1100 M.

Rabu, 16 Juli 2014

Bukti-Bukti Pertolongan Allah di Gaza


Kejadian – Kejadian Aneh Dan Misterius Seputar Perang Gaza. Gaza, itulah nama hamparan tanah yang luasnya tidak lebih dari 360 km persegi. Berada di Palestina Selatan, “potongan” itu “terjepit” di antara tanah yang dikuasai penjajah Zionis Israel, Mesir, dan laut Mediterania, serta dikepung dengan tembok di sepanjang daratannya.

Sudah lama Israel “bernafsu” menguasai wilayah ini. Namun, jangankan menguasai, untuk bisa masuk ke dalamnya saja Israel tidak mampu.

Sudah banyak cara yang mereka lakukan untuk menundukkan kota kecil ini. Blokade rapat yang membuat rakyat Gaza kesulitan memperoleh bahan makanan, obat-obatan, dan energi, telah dilakukan sejak 2006 hingga kini. Namun, penduduk Gaza tetap bertahan, bahkan perlawanan Gaza atas penjajahan Zionis semakin menguat.

Akhirnya Israel melakukan serangan “habis-habisan” ke wilayah ini. Mereka”mengguyurkan” ratusan ton bom dan mengerahkan semua kekuatan hingga pasukan cadangannya.

Namun, sekali lagi, negara yang tergolong memiliki militer terkuat di dunia ini harus mundur dari Gaza.

Di atas kertas, kemampuan senjata AK 47, roket anti tank RPG, ranjau, serta beberapa jenis roket buatan lokal yang biasa dipakai para mujahidin Palestina, tidak akan mampu menghadapi

pasukan Israel yang didukung tank Merkava yang dikenal terhebat di dunia. Apalagi menghadapi pesawat tempur canggih F-16, heli tempur Apache, serta ribuan ton “bom canggih” buatan Amerika Serikat.

Akan tetapi di sana ada “kekuatan lain” yang membuat para mujahidin mampu membuat “kaum penjajah” itu hengkang dari Gaza dengan muka tertunduk, walau hanya dengan berbekal senjata-senjata “kuno”.

Itulah pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada para pejuangnya yang taat dan ikhlas. Kisah tentang munculnya “pasukan lain” yang ikut bertempur bersama para mujahidin, semerbak harum jasad para syuhada, serta beberapa peristiwa “aneh” lainnya selama pertempuran, telah beredar di kalangan masyarakat Gaza, ditulis para jurnahs, bahkan disiarkan para khatib Palestina di khutbah-khutbah Jumat mereka.

Wartawan kami, Thoriq, merangkum kisah-kisah “ajaib” tersebut dari berbagai sumber untuk para pembaca yang budiman. Selamat mengikuti. ***

Pasukan ‘Berseragam Putih’ di Gaza
Ada “pasukan lain” membantu para mujahidin Palestina. Pasukan Israel sendiri mengakui adanya pasukan berseragam putih itu.

Suatu hari di penghujung Januari 2009, sebuah rumah milik keluarga Dardunah yang berada di antara Jabal Al Kasyif dan Jabal Ar Rais, tepatnya di jalan Al Qaram, didatangi oleh sekelompok pasukan Israel.

Seluruh anggota keluarga diperintahkan duduk di sebuah ruangan. Salah satu anak laki-laki diinterogasi mengenai ciri-ciri para pejuang al-Qassam.

Saat diinterogasi, sebagaimana ditulis situs Filisthin Al Aan, mengutip cerita seorang mujahidin al-Qassam, laki-laki itu menjawab dengan jujur bahwa para pejuang al-Qassam mengenakan baju hitam-hitam. Akan tetapi tentara itu malah marah dan memukulnya hingga laki-laki malang itu pingsan.

Selama tiga hari berturut-turut, setiap ditanya, laki-laki itu menjawab bahwa para pejuang al-Qassam memakai seragam hitam. Akhirnya, tentara itu naik pitam dan mengatakan dengan keras, “Wahai pembohong! Mereka itu berseragam putih!”

Cerita lain yang disampaikan penduduk Palestina di situs milik Brigade Izzuddin al-Qassam, Multaqa al-Qasami, juga menyebutkan adanya “pasukan lain” yang tidak dikenal. Awalnya, sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok pasukan Israel. Sopirnya ditanya apakah dia berasal dari kelompok Hamas atau Fatah? Sopir malang itu menjawab, “Saya bukan kelompok mana-mana. Saya cuma sopir ambulan.”

Akan tetapi tentara Israel itu masih bertanya, “Pasukan yang berpakaian putih-putih dibelakangmu tadi, masuk kelompok mana?” Si sopir pun kebingungan, karena ia tidak melihat seorangpun yang berada di belakangnya. “Saya tidak tahu,” jawaban satu-satunya yang ia miliki.

Suara Tak Bersumber
Ada lagi kisah karamah mujahidin yang kali ini disebutkan oleh khatib masjid Izzuddin Al Qassam di wilayah Nashirat Gaza yang telah ditayangkan oleh TV channel Al Quds, yang juga ditulis oleh Dr Aburrahman Al Jamal di situs Al Qassam dengan judul Ayaat Ar Rahman fi Jihad Al Furqan (Ayat-ayat Allah dalam Jihad Al Furqan).

Sang khatib bercerita, seorang pejuang telah menanam sebuah ranjau yang telah disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yang melalui jalan tersebut.

“Saya telah menanam sebuah ranjau. Saya kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan disertai tank-tank yang beriringan menuju jalan tempat saya menanam ranjau,” kata pejuang tadi.

Akhirnya, sang pejuang memutuskan untuk kembali ke markas karena mengira ranjau itu tidak akan bekerja optimal. Maklum, jumlah musuh amat banyak.

Akan tetapi, sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara “Utsbut, tsabatkallah” yang maknanya kurang lebih, “tetaplah di tempat maka Allah menguatkanmu.” Ucapan itu ia dengar berulang-ulang sebanyak tiga kali.

“Saya mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yang mengatakan hal itu kapada saya. Akan tetapi saya malah terkejut, karena tidak ada seorang pun yang bersama saya,” ucap mujahidin itu, sebagaimana ditirukan sang khatib.

Akhirnya sang mujahid memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Ketika sebuah tank melewati ranjau yang tertanam, sesualu yang “ajaib” terjadi. Ranjau itu justru meledak amat dahsyat. Tank yang berada di dekatnya langsung hancur. Banyak serdadu Israel meninggal seketika. Sebagian dari mereka harus diangkut oleh helikopter. “Sedangkan saya sendiri dalam keadaan selamat,” kata mujahid itu lagi, melalui lidah khatib.

Cerita yang disampaikan oleh seorang penulis Mesir, Hisyam Hilali, dalam situs alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah sebelumnya. Abu Mujahid, salah seorang pejuang yang melakukan ribath (berjaga) mengatakan, “Ketika saya mengamati gerakan tank-tank di perbatasan kota, dan tidak ada seorang pun di sekitar, akan tetapi saya mendengar suara orang yang bertasbih dan beritighfar. Saya berkali-kali mencoba untuk memastikan asal suara itu, akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak keluar kecuali dari bebatuan dan pasir.”

Cerita mengenai “pasukan tidak dikenal” juga datang dari seorang penduduk rumah susun wilayah Tal Islam yang handak mengungsi bersama keluarganya untuk menyelamatkan diri dari serangan Israel.

Di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang menangis. “Kenapa kalian menangis?” tanyanya. “Kami menangis bukan karena khawatir keadaan diri kami atau takut dari musuh. Kami menangis karena bukan kami yang bertempur. Di sana ada kelompok lain yang bertempur memporak-porandakan musuh, dan kami tidak tahu dari mana mereka datang,” jawabnya

Saksi Serdadu Israel
Cerita tentang “serdadu berseragam putih” tak hanya diungkap oleh mujahidin Palestina atau warga Gaza. Beberapa personel pasukan Israel sendiri menyatakan hal serupa.

Situs al-Qassam memberitakan bahwa TV Chan*nel 10 milik Israel telah menyiarkan seorang anggota pasukan yang ikut serta dalam pertempuran Gaza dan kembali dalam keadaan buta.

“Ketika saya berada di Gaza, seorang tentara berpakaian putih mendatangi saya dan menaburkan pasir di mata saya, hingga saat itu juga saya buta,” kata anggota pasukan ini.

Di tempat lain ada serdadu Israel yang mengatakan mereka pernah berhadapan dengan “hantu”. Mereka tidak diketahui dari mana asalnya, kapan munculnya, dan ke mana menghilangnya.

Masih dari Channel 10, seorang Lentara Israel lainnya mengatakan, “Kami berhadapan dengan pasukan berbaju putih-putih dengan jenggot panjang. Kami tembak dengan senjata, akan tetapi mereka tidak mati.”

Cerita ini menggelitik banyak pemirsa. Mereka bertanya kepada Channel 10, siapa sebenarnya pasukan berseragam putih itu? ***

Sudah Meledak, Ranjau Masih Utuh
Di saat para mujahidin terjepit, hewan-hewan dan alam tiba-tiba ikut membantu, bahkan menjelma menjadi sesuatu yang menakutkan.

Sebuah kejadian “aneh” terjadi di Gaza Selatan, tepatnya di daerah AI Maghraqah. Saat itu para mujahidin sedang memasang ranjau. Di saat mengulur kabel, tiba-tiba sebuah pesawat mata-mata Israel memergoki mereka. Bom pun langsung jatuh ke lokasi itu.

Untunglah para mujahidin selamat. Namun, kabel pengubung ranjau dan pemicu yang tadi hendak disambung menjadi terputus. Tidak ada kesempatan lagi untuk menyambungnya, karena pesawat masih berputar-putar di atas.

Tak lama kemudian, beberapa tank Israel mendekati lokasi di mana ranjau-ranjau tersebut ditanam. Tak sekadar lewat, tank-tank itu malah berhenti tepat di atas peledak yang sudah tak berfungsi itu.

Apa daya, kaum Mujahidin tak bisa berbuat apa-apa. Kabel ranjau jelas tak mungkin disambung, sementara tank-tank Israel telah berkumpul persis di atas ranjau.

Mereka merasa amat sedih, bahkan ada yang menangis ketika melihat pemandangan itu. Sebagian yang lain berdoa, “allahumma kama lam tumakkinna minhum, allahumma la tumakkin lahum,” yang maknanya, “Ya Allah, sebagaimana engkau tidak memberikan kesempatan kami menghadapi mereka, jadikanlah mereka juga lidak memiliki kesempatan serupa.”

Tiba-tiba, ketika fajar tiba, terjadilah keajaiban. Terdengar ledakan dahsyat persis di lokasi penanaman ranjau yang tadinya tak berfungsi.

Setelah Tentara Israel pergi dengan membawa kerugian akibat ledakan lersebut, para mujahidin segera melihal lokasi ledakan. Sungguh aneh, ternyata seluruh ranjau yang telah mereka tanam itu masih utuh. Dari mana datangnva ledakan? Wallahu a’lam.

Masih dari wilayah Al Maghraqah. Saat pasukan Israel menembakkan artileri ke salah satu rumah, hingga rumah itu terbakar dan api menjalar ke rumah sebelahnya, para mujahidin dihinggapi rasa khawatir jika api itu semakin tak terkendali.

Seorang dari mujahidin itu lalu berdoa,”Wahai Dzat yang merubah api menjadi dingin dan tidak membahayakan untuk Ibrahim, padamkanlah api itu dengan kekuatan-Mu.”

Maka, tidak lebih dari tiga menit, api pun padam. Para niujahidin menangis terharu karena mereka merasa Allah Subhanuhu wa Ta’ala (SWT) telah memberi pertolongan dengan terkabulnya doa mereka dengan segera.

Merpati dan Anjing
Seorang mujahid Palestina menuturkan kisah “aneh” lainnya kepada situs Filithin AlAan. Saat bertugas di wilayah Jabal Ar Rais, sang mujahid melihat seekor merpati terbang dengan suara melengking, yang melintas sebelum rudal-rudal Israel berjatuhan di wilayah itu.

Para mujahidin yang juga melihat merpati itu langsung menangkap adanya isyarat yang ingin disampaikan sang merpati.

Begitu merpali itu melintas, para mujahidin langsung berlindung di tempat persembunyian mereka. Ternyata dugaan mereka benar. Selang beberapa saat kemudian bom-bom Israel datang menghujan. Para mujahidin itu pun selamat.

Adalagi cerita “keajaiban” mengenai seekor anjing, sebagaimana diberitakan situs Filithin Al Aan. Suatu hari, tatkala sekumpulan mujahidin Al Qassam melakukan ribath di front pada tengah malam, tiba-tiba muncul seekor anjing militer Israel jenis doberman. Anjing itu kelihatannya memang dilatih khusus untuk membantu pasukan Israel menemukan tempat penyimpanan senjata dan persembunyian para mujahidin.

Anjing besar ini mendekat dengan menampakkan sikap tidak bersahabat. Salah seorang mujahidin kemudian mendekati anjing itu dan berkata kepadanya, “Kami adalah para mujahidin di jalan Allah dan kami diperintahkan untuk tetap berada di tempat ini. Karena itu, menjauhlah dari kami, dan jangan menimbulkan masalah untuk kami.”

Setelah itu, si anjing duduk dengan dua tangannya dijulurkan ke depan dan diam. Akhirnya, seorang mujahidin yang lain mendekatinya dan memberinya beberapa korma. Dengan tenang anjing itu memakan korma itu, lalu beranjak pergi.

Kabut pun Ikut Membantu
Ada pula kisah menarik yang disampaikan oleh komandan lapangan Al Qassam di kamp pengungsian Nashirat, langsung setelah usai shalat dhuhur di masjid Al Qassam.

Saat itu sekelompok mujahidin yang melakukan ribath di Tal Ajul terkepung oleh tank-tank Israel dan pasukan khusus mereka. Dari atas, pesawat mata-mata terus mengawasi.

Di saat posisi para mujahidin terjepit, kabut tebal tiba-tiba turun di malam itu. Kabut itu lelah menutupi pandangan mata tentara Israel dan membantu pasukan mujahidin keluar dari kepungan.

Kasus serupa diceritakan oleh Abu Ubaidah. salah satu pemimpin lapangan Al Qassam, sebagaimana ditulis situs almesryoon.com. la bercerita bagaimana kabut tebal tiba-tiba turun dan membatu para mujahidin untuk melakukan serangan.

Awalnya, pasukan mujahiddin tengah menunggu waktu yang tepat untuk mendekati tank-tank tentara Israel guna meledakkannya. “Tak lupa kami berdoa kepada Allah agar dimudahkan untuk melakukan serangan ini,” kata Abu Ubaidah.

Tiba-tiba turunlah kabut tebal di tempat tersebut. Pasukan mujahidin segera bergerak menyelinap di antara tank-tank, menanam ranjau-ranjau di dekatnya, dan segera meninggalkan lokasi tanpa diketahui pesawat mata-mata yang memenuhi langit Gaza, atau oleh pasukan infantri Israel yang berada di sekitar kendaraan militer itu. Lima tentara Israel tewas di tempat dan puluhan lainnya luka-luka setelah ranjau-ranjau itu meledak.

Selamat dengan al-Qur’an
Cerita ini bermula ketika salah seorang pejuang yang menderita luka memasuki rumah sakit As Syifa’. Seorang dokter yang memeriksanya kaget ketika mengelahui ada sepotong proyektil peluru bersarang di saku pejuang tersebut.

Yang membuat ia sangat kaget adalah timah panas itu gagal menembus jantung sang pejuang karena terhalang oleh sebuah buku doa dan mushaf al-Qur’an yang selalu berada di saku sang pejuang.

Buku kumpulun doa itu berlobang, namun hanya sampul muka mushaf itu saja yang rusak, sedangkan proyektil sendiri bentuknya sudah “berantakan”.

Kisah ini disaksikan sendiri oleh Dr Hisam Az Zaghah, dan diceritakannya saat Festival Ikatan Dokter Yordan sebagaimana ditulis situs partai Al Ikhwan Al Muslimun.

Dr Hisam juga memperlihatkan bukti berupa sebuah proyektil peluru, mushaf Al Qur’an, serta buku kumpulan doa-doa berjudul Hishnul Muslim yang menahan peluru tersebut.

Abu Ahid, imam Masjid AnNur di Hay As Syeikh Ridzwan, juga punya kisah menarik. Sebelumnya, Israel telah menembakkan 3 rudalnya ke masjid itu hingga tidak tersisa kecuali hanya puing-puing bangunan. “Akan tetapi mushaf-mushaf Al Quran tetap berada di tampatnya dan tidak tersentuh apa-apa,” ucapnya seraya tak henti bertasbih.

“Kami temui beberapa mushaf yang terbuka tepat di ayat-ayat yang mengabarkan tentang kemenangan dan kesabaran, seperti firman Allah, ‘Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka berkata, sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali,”(Al-Baqarah [2]: 155-156),” jelas Abu Ahid sebagaimana dikutip Islam Online.***

Harum Jasad Para Syuhada
Abdullah As Shani adalah anggota kesatuan sniper (penembak jitu) al-Qassam yang menjadi sasaran rudal pesawat F-16 Israel ketika sedang berada di pos keamanan di Nashirat, Gaza.

Jasad komandan lapangan al-Qassam dan pengawal khusus para tokoh Hamas ini “hilang” setelah terkena rudal. Selama dua hari jasad tersebut dicari, ternyata sudah hancur tak tersisa kecuali serpihan kepala dan dagunya. Serpihan-serpihan tubuh itu kemudian dikumpulkan dan dibawa pulang ke rumah oleh keluarganya untuk dimakamkan.

Sebelum dikebumikan, sebagaimana dirilis situs syiria-aleppo. com, serpihan jasad tersebut sempat disemayamkan di sebuah ruangan di rumah keluarganya. Beberapa lama kemudian, mendadak muncul bau harum misk dari ruangan penyimpanan serpihan tubuh tadi.

Keluarga Abdullah As Shani’ terkejut lalu memberitahukan kepada orang-orang yang mengenal sang pejuang yang memiliki kuniyah (julukan) Abu Hamzah ini.

Lalu, puluhan orang ramai-ramai mendatangi rumah tersebut untuk mencium bau harum yang berasal dari serpihan-serpihan tubuh yang diletakkan dalam sebuah kantong plastik.

Bahkan, menurut pihak keluarga, 20 hari setelah wafatnya pria yang tak suka menampakkan amalan-amalannya ini, bau harum itu kembali semerbak memenuhi rungan yang sama.

Cerita yang sama terjadi juga pada jenazah Musa Hasan Abu Nar, mujahid Al Qassam yang juga syahid karena serangan udara Israel di Nashiriyah. Dr Abdurrahman Al Jamal, penulis yang bermukim di Gaza, ikut mencium bau harum dari sepotong kain yang terkena darah Musa Hasan Abu Nar. Walau kain itu telah dicuci berkali-kali, bau itu tetap semerbak.

Ketua Partai Amal Mesir, Majdi Ahmad Husain, menyaksikan sendiri harumnya jenazah para syuhada. Sebagaunana dilansir situs Al Quds Al Arabi, saat masih berada di Gaza, ia menyampaikan, “Saya telah mengunjungi sebagian besar kota dan desa-desa. Saya ingin melihat bangunan-bangunan yang hancur karena serangan Israel. Percayalah, bahwa saya mencium bau harumnya para syuhada.”

Dua Pekan Wafat, Darah Tetap Mengalir
Yasir Ali Ukasyah sengaja pergi ke Gaza dalam rangka bergabung dengan sayap milisi pejuang Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam. Ia meninggalkan Mesir setelah gerbang Rafah, yang menghubungkan Mesir-Gaza, terbuka beberapa bulan lalu.

Sebelumnya, pemuda yang gemar menghafal al-Qur’an ini sempat mengikuti wisuda huffadz (para penghafal) al-Qur’an di Gaza dan bergabung dengan para mujahidin untuk memperoleh pelatihan militer. Sebelum masuk Gaza, di pertemuan akhir dengan salah satu sahabatnya di Rafah, ia meminta didoakan agar memperoleh kesyahidan.

Untung tak dapat ditolak, malang tak dapat diraih, di bumi jihad Gaza, ia telah memperoleh apa yang ia cita-citakan. Yasir syahid dalam sebuah pertempuran dengan pasukan Israel di kamp pengungsian Jabaliya.

Karena kondisi medan, jasadnya baru bisa dievakuasi setelah dua pekan wafatnya di medan pertempuran tersebut.

Walau sudah dua pekan meninggal, para pejuang yang ikut serta melakukan evakuasi menyaksikan bahwa darah segar pemuda berumur 21 tahun itu masih mengalir dan fisiknya tidak rusak. Kondisinya mirip seperti orang yang sedang tertidur.

Sebelum syahid, para pejuang pernah menawarkan kepadanya untuk menikah dengan salah satu gadis Palestina, namun ia menolak. “Saya meninggalkan keluarga dan tanah air dikarenakan hal yang lebih besar dari itu,” jawabnya.

Kabar tentang kondisi jenazah pemuda yang memiliki kuniyah Abu Hamzah beredar di kalangan penduduk Gaza. Para khatib juga menjadikannya sebagai bahan khutbah Jumat mereka atas tanda-tanda keajaiban perang Gaza. Cerita ini juga dimuat oleh Arab Times (7/2/ 2009)

Terbunuh 1.000, Lahir 3.000
Hilang seribu, tumbuh tiga ribu. Sepertinya, ungkapan ini cocok disematkan kepada penduduk Gaza. Kesedihan rakyat Gaza atas hilangnya nyawa 1.412 putra putrinya, terobati dengan lahirnya 3.700 bayi selama 22 hari gempuran Israel terhadap kota kecil ini.

Hamam Nisman, Direktur Dinas Hubungan Sosial dalam Kementerian Kesehatan pemerintahan Gaza menyatakan bahwa dalam 22 hari 3.700 bayi lahir di Gaza. “Mereka lahir antara tanggal 27 Desember 2008 hingga 17 Januari 2009, ketika Is*rael melakukan serangan yang menyebabkan meninggalnya 1.412 rakyat Gaza, yang mayoritas wanita dan anak-anak,” katanya.

Bulan Januari tercatat sebagai angka kelahiran tertinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. “Setiap tahun 50 ribu kasus kelahiran tercatat di Gaza. Dan, dalam satu bulan tercatat 3.000 hingga 4.000 kelahiran. Akan tetapi di masa serangan Israel 22 hari, kami mencatat 3.700 kelahiran dan pada sisa bulan Januari tercatat 1.300 kelahiran. Berarti dalam bulan Januari terjadi peningkatan kelahiran hingga 1.000 kasus,” katanya kepada islamonline.net.

Rasio antara kematian dan kelahiran di Gaza memang tidak sama. Angka kelahiran, jelasnya lagi, mencapai 50 ribu tiap tahun, sedang kematian mencapai 5 ribu.

“Israel sengaja membunuh para wanita dan anak-anak untuk menghapus masa depan Gaza. Sebanyak 440 anak-anak dan 110 wanita telah dibunuh dan 2.000 anak serta 1.000 wanita mengalami luka-luka,” ungkapnya.

Sumber: pancatunggal.info

Selasa, 08 Juli 2014

Untuk Indonesia Yang Lebih Baik

jika menyadari punya kelemahan, 
mengapa ragu mengakui kelebihan lawan ?

jika tak banyak punya kelebihan, 
mengapa harus menjelekkan lawan ?

jika bermental pemenang, 
mengapa takut menerima kekalahan ?

jika selalu ada kalah dan menang, 
mengapa malu mengakui kemenangan ?

maka cintailah dengan sederhana, 
bencilah dengan sederhana

ayolah teman, 
Indonesia ini hebat
bersatulah untuk bangkit, 
agar kita menjadi kuat...

Siapapun yg terpilih besok, dia adalah presiden kita semua....presiden Indonesia, negeri kita tercinta.

Mari berdoa utk indonesia yg lebih baik....

Ya Allah...
Berikanlah kami Presiden yg terbaik di antara dua pilihan yg Engkau berikan pada kami itu. 
Engkaulah yg paling tahu mana yg lebih baik di antara mereka berdua sedangkan kami hanya mengira-ngira siapa yg lebih baik.

YA ALLAH....
Janganlah timbulkan kesombongan dan kepongahan dalam hati kami jika keputusanMu ternyata sesuai dg pilihan kami. Jadikanlah kami tetap rendah hati, tawaddu', dan penuh kesyukuran. 

Janganlah Engkau timbulkan rasa amarah, dendam, dan sakit hati pada diri kami jika ternyata pilihan kami tidak sesuai dg keputusanMu. Jadikanlah kami legowo dan menerima dgn sepenuh keikhlasan hati atas keputusanMu. 

Ya, Allah....
Hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kami memohon pertolongan. 
Berkahilah negeri kami ini Ya Allah....
Aamiin....

Jumat, 04 Juli 2014

Beginilah Jalan Dakwah Mengajari Kami

Ketika lagi beres-beres buku, tersembul buku Beginilah Jalan Dakwah Mengajarkan  Kami, tulisan ust M Lili Nur Aulia.  Meski sudah beberapa kali membacanya, rasanya selalu ada sesuatu yang bisa menggerakkan semangat dakwah ini..

Untuk saudara-saudara kami di jalan dakwah , tulisan ini adalah catatan kecil dari perjalanan panjang kita. Agar kita lebih merasakan kesyukuran dan ketundukan kepada Allah SWT atas karunia-Nya kita berada dalam kebersamaan ini. Berbahagialah dan berbanggalah karena Allah telah memilih kita berada di jalan ini. Allah SWT telah mengistimewakan kita menerima nikmat berjama’ah dan ini adalah karunia terbaik yang kita terima setelah karunia keimanan kepada Allah SWT. Karunia yang tidak kita dapat karena nasab, status, harta maupun ilmu. Tapi ia semata-mata karunia Allah SWT Yang Maha Rahman, Yang menuntun langkah kita hingga sampai di sini, di jalan ini, pada detik ini. Allah SWT berfirman : “ Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya.” (QS. Ali Imran : 103)


Nikmat ini tidak boleh direndahkan, diremehkan apalagi dipermainkan. Kita harus menjaga dan memelihara nikmat yang teramat agung ini. Dan kita wajib merasa khawatir andai nikmat itu hilang.
“ Ya Tuhan kami, jangan Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat di sisi Engkau, karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia). “ (QS Ali Imran : 8)

Dari Sini Kami Memulai
“ Jalan Dakwah mengajarkan bahwa kami memang membutuhkan dakwah. Kebersamaan dengan saudara-saudara di jalan ini semakin menegaskan bahwa kami harus hidup bersama mereka di jalan ini agar berhasil dalam hidup di dunia dan di akhirat “.

Mengapa Berada di Jalan Dakwah ?

Kami ingin seperti para pendahulu kami di jalan ini yang telah banyak memperoleh pahala dan keridhaan Allah karena peran-peran dakwahnya. Dan karena itulah, kami memang sangat membutuhkan jalan ini, sebagai penyangga kebahagiaan dunia dan akhirat kami. Tidak heran, jika para penyeru kebaikan, menjadi alasan turunnya limpahan rahmat dan kasih sayang Allah SWT. Tak ada makhluk Allah yang dapat dukungan dan do’a seluruh makhluk-Nya kecuali mereka yang mengupayakan perbaikan dan berdakwah. Sebagaimana sabda Rasululllah SAW, “ Sesungguhnya Allah, para malaikat, semut yang ada di dalam lubangnya, bahka ikan yang ada di lautan akan berdo’a untuk orang yang mnegajarkan kebaikan kepada manusia. “ (HR. Tirmidzi)

Allah SWT menjelaskan tiga kelompok manusia dalam masalah ini. Mereka adalah, kelompok penyeru dakwah yang salih, kelompok salihin tapi tidak menyerukan dakwah dan orang-orang yang mengingkari dakwah. Allah SWT berfirman : “ Dan (ingatlah) ketika suatu kaum di antara mereka berkata: “ Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?” Mereka menjawab: “ Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertaqwa. “ Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka. Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik. “ (QS. Al A’raf 164-165)


Nash Al-Qur’an itu merupakan peringatan bagi kami. Bahwa meninggalkan peran dakwah, tidak pernah diterima apapun alasannya. Bahkan bisa jadi sikap tersebut menundang kemarahan Allah (Musafir fi Qithari ad Da’wah, Dr. Abdil Abdullah Al Laili, 195).

Ada pula hadits Rasulullah SAW yang lainnya, Abu Bakar RA mengatakan, “ Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “ Sesungguhnya manusia jika mereka melihat kemungkaran dan mereka tidak merubahnya, dikhawatirkan mereka akan diratakan oleh Allah SWT dengan azab-Nya”. (HR. Ahmad dan Abu Daud)

Teman-Teman Pilihan
Hendaknya teman yang menemaninya dalam perjalanan itu adalah orang yang bisa membantunya dalam menjalankan prinsip agama, mengingatkannya tatkala lupa, membantu dan mendorongnya ketika ia tersadar. Sesungguhnya orang itu tergantung agama temannya. Dan seseorang tidak dikenal kecuali dengan melihat siapa temannya….” (Ihya ‘Ulumiddin, 2/202)

Kami dan Amal Jama’i
Realitas yang kami lihat sendiri bahwa manusia cenderung akan menjadi lemah ketika bekerja seorang diri.. Sebaliknya akan menjadi kuat dan berdaya ketika ia besama-sama dengan yang lain. Ada juga realitas lainnya, bahwa siapapun yang berusaha mewujudkan sesuatu, meskipun mereka telah ikhlas dalam melakukannya, tetapi tidak akan banyak memberi pengaruh untuk mewujudkan kondisi yang diinginkan jika ia melakukannya sendirian. Kesendiriannya itu menyebabkan upaya yang mereka lakukan menjadi lemah dan minim efeknya.

Bekerja untuk Islam mutlak memerlukan sebuah organisasi, perlu adanya pimpinan yang bertanggung jawab, membutuhkan adanya pasukan dan anggota yang taat, harus memiliki peraturan mendasar yang mengikat dan menata hubungan antara pimpinan dan anggota, harus ada yang membatasi tangung jawab dan kewajiban, menjelaskan tujuan dan sarana serta semua yang diperlukan oleh suatu aktifitas dakwah dalam merealisasikan tujuannya. Dalam kebersamaan itulah kami menempuh jalan dakwah ini.


Perjalanan ini Mutlak Memerlukan Pemimpin

Hendaknya suatu perjalanan dipimpin oleh orang yang paling baik akhlaknya, paling lembut dengan teman-temannya, paling mudah terketuk hatinya dan paling mungkin dimintakan persetujuannya untuk urusan penting. Seorang pemimpin dibutuhkan karena pandangannya yang beragam untuk menentukan arah perjalanan dan kemaslahatan perjalanan. Tidak ada keteraturan tanpa kesatuan pengaturan. Alam ini menjadi teratur karena pengatur alam semesta ini adalah satu.” (Ihya Ulumiddin, 2/202)

Kami telah mempercayai para pemimpin itu sebagai pemandu perjalanan kami. Maka, setelah proses syuro berlangsung, apapun keputusannya, itulah yang akan kami pegang untuk dijalankan. Kami yakin, keputusan syuro itu tidak pernah keliru. Dan keputusan itu bersifat Multazam (Mengikat).

Meskipun mungkin saja akibat pelaksanaan satu keputusan syuro memunculkan situasi yang tidak maslahat. Tapi sebuah keputusan yang dilandasi dengan syuro tidak pernah salah. Itulah yang juga disampaikan kepada kami oleh Ustadz Sa’id Hawa rahimahullah, bahwa hasil syuro tidak pernah salah. Karena mekanisme itulah yang dijabarkan oleh Islam untuk menentukan langkah yang dianggap paling benar. Jika pada akhirnya, keputusan itu ternyata tidak memberikan kesudahan seperti yang diharapkan, maka proses syuro kembali yang akan menindaklanjuti kekeliruan itu.

Jalan ini, Miniatur Perjalanan Sesungguhnya

Kebersamaan kami bukan tanpa perselisihan. Boleh jadi ada di antara kami yang mengalami kesenjangan hubungan karena satu dan lain hal. Padahal, keharusan kami untuk bersama dan kemungkinan kami berselisih, adalah dua kutub yang saling berlawanan. Kebersamaan membutuhkan kesepakatan, kekompakan, kesesuaian, kedekatan dan keintiman. Sementara perselisihan bisa mengaktifkan kesenjangan, ketidaksukaan, kebencian, hingga keterpisahan.

Tiga Karakter Penempuh Perjalanan


Kelompok Zaalimun Li Nafsihi, adalah orang-orang yang lalai dalam memepersiapkan bekal perjalanan. Mereka enggan untuk mengumpulkan apa-apa yang membuatnya sampai tujuan.


Kelompok Muqtashid, adalah mereka mengambil bekal secukupnya saja untuk bisa sampai ke tujuan perjalanan. Mereka tidak memperhitungkan bekal apa yang harus dimilki dan mereka bawa jika ternyata mereka harus menghadapi situasi tertentu, yang menyulitkan perjalanannya.


Kelompok Saabiqun Bil Khairaat, yakni orang-orang yang obsesinya adalah untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Mereka membawa perbekalan dan barang dagangan lebih dari cukup karena mereka tahu hal itu akan memberi keuntungan besar baginya. Selain itu mereka juga tahu bahwa di tengah perjalanan ini, sangat mungkin mereka mengalami situasi sulit yang membutuhkan perbekalan tambahan. (Thariqul Hijratain, 236).


Begitu pentingnya, bekal ketaqwaan yang erat kaitannya dengan modal ruhiyah kami di jalan ini, maka setiap kali ketaqwaan kami melemah, pada saat itu intensitas dakwah kami menurun. Dan ketika tingkat ketaqwaan kami berkurang dari seharusnya, ketika itulah kami mengalami situasi futur (kelemahan) untuk meneruskan perjalanan ini. Seperti itulah pelajaran yang kami temukan dalam diri kami, dan juga saudara-saudara kami di jalan ini.


Ketika Kami Membangun Kebersamaan

“ Tak semua batu bata diletakkan pada posisi yang tinggi, dan tidak juga harus semuanya ada di bawah. Bahkan terkadang si tukang batu, akan memotong batu bata tertentu jika dibutuhkan untuk menutup posisi batu bata yang masih kosong guna melengkapi bangunannya.”

Menjadi Batu Bata dalam Bangunan ini

Kebersamaan kami di jalan ini adalah karena kehendak kami untuk ambil bagian dalam bangunan besar ini. Maka, sebagaimana proses membangun sebuah bangunan pada umumnya, tukang batu pasti akan memilah-milah batu bata mana yang akan ia tempatkan pada bangunannya. Tak semua batu bata diletakkan pada posisi yang tinggi, dan tidak juga harus semuanya ada di bawah. Bahkan terkadang si tukang batu, akan memotong batu bata tertentu jika dibutuhkan untuk menutup posisi batu bata yang masih kosong guna melengkapi bangunannya.

Batu Bata yang Unik dan Khas Jalan ini

Para sahabat dan salafus sholeh menerima dan mengejar kekhususan itu agar memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah SWT. Di jalan dakwah ini, kami memiliki saluran yang amat banyak untuk mewujudkan kekhususan yang kami miliki dengan berkontribusi di jalan ini. Kami memetik hikmah dari perjalanan mereka, dan kami berharap semoga jalan dakwah ini bisa memproses kami hingga kami memiliki amal-amal unggulan yang menjadi keistimewaan kami di sisi Allah melalui jalan ini.

Untuk Menolong, Bukan Ditolong
Sesungguhnya di jalan inilah kami semakin mendalami makna kehidupan yang bersumber dari keberartian bagi orang lain. Kehidupan seseorang menjadi lebih berharga ketika ia mempunyai saham dan peran bagi orang lain. Dan kehidupan akan menjadi miskin makna dan rendah nilainya ketika hanya banyak bermanfaat bagi lingkup pribadi. Filosofi inilah yang menyebabkan kami menikmati kesibukan berpikir dan melakukan banyak aktifitas dakwah di antara kesibukan lain yang menyertai kami. Di sini, kami lebih merasakan pengaruh firman Allah “ Jika kalian menolong (agama) Allah, niscaya Dia (Allah) menolong kalian dan mengokohkan pijakan kaki kalian.” (Muhammad 9)

Kebersamaan Kami Terikat Lima Hal


Pertama, Rabithatu al ‘aqidah (Ikatan Aqidah). Tali ikatan aqidah islamiyah yang menyatukan kami dengan jalan ini. Kesamaan imanlah yang menghimpun dan mengikat kami bersama saudara-saudara kami di sini.

Kedua, Rabithatu al fikrah (ikatan pemikiran). Sejak awal, kebersamaan kami di jalan ini memang dibangun oleh kesamaan cita-cita dan pemikiran. Kami disatukan oleh kesamaan ide, gagasan, keinginan dan cita-cita hidup yang kami yakini merupakan sarana yang bisa menyampaikan kami kepada keridhaan Allah SWT.

Ketiga
, Rabithatu al ukhuwwah (ikatan persaudaraan). Tak ada yang melebihi warna jiwa kami setelah keimanan kepada Allah, kecuali suasana persaudaraan karena Allah SWT di jalan ini. Kami di jalan ini, terikat dengan ruh persaudaraan yang tulus. Ruh persaudaraan yang tersemai melalui kebersamaan kami berjalan dan memenuhi banyak tugas-tugas dakwah yang kami jalani. Kami berharap, persaudaraan kami di jalan ini adalah seperti yang digambarkan oleh Rasulullah, tentang golongan orang-orang yang dinaungi Allah di hari kiamat. Di mana salah satu golongan itu adalah : Orang yang saling bercinta karena Allah, bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah SWT.


Keempat
, Rabithatu at tanzhim (ikatan organisasi). Perencanaan dan keteraturan langkah-langkah kami di jalan ini, sudah tentu menandakan kami harus pula memiliki sebuah organisasi yang mengatur kami. Dalam organisasi dakwah ini, berlakulah ketentuan sebagaimana orang yang bekerja di dalam sebuah perusahaan, dan harus terikat dengan ragam peraturan yang diberlakukan. Seperti itulah kebersamaan kami di jalan ini.


Kelima
, Rabithatu al ‘ahd (ikatan janji). Dijalan ini, kami masing-masing telah mengikrarkan janji. Janji yang paling minimal adalah janji yang tercetus dalam hati kami, dalam diri kami sendiri, kepada Allah SWT. Atau bahkan, juga janji kepada saudara-saudara perjalanan untuk tetap setia dan mendukung perjuangan. Kami terikat dengan dua jenis janji itu.


Yang Melemahkan Ikatan dalam Amal Jama’i
Mengetahui sebab-sebab orang yang meninggalkan amal jama’i bukan perkara mudah. Terlebih bila yang bersangkutan tidak berterus terang tentang latar belakang sikapnya. Perlu pendekatan yang bertahap, sungguh-sungguh, hingga akhirnya bisa ditemukan penyebabnya dan dicarikan jalan keluarnya.

Dalam hal ini, tentu saja musharahah (keterusterangan) serta kejujuran menjadi penting bagi kami dan saudara-saudara kami. Sesungguhnya kepercayaan antara kami akan semakin terbentuk kuat dengan adanya keterusterangan ini. Dari keterusterangan, semua persoalan bisa dicari pangkal masalahnya.


Tsiqah, sebagai Maharnya

Jika kesatuan barisan umat ini dibangun dengan mempersatukan keyakinan, mempersatukan hati, mempersatukan niat, mempersatukan tujuan, dan mempersatukan manhaj (jalan hidup), yang semuanya mengacu pada Al Qur’an dan As Sunnah, maka kebangkitan dan kemenangan umat Islam akan semakin dekat kita raih.

Promosi Penempatan di Jalan Dakwah

Pertama, kami harus bertanya lebih dahulu kepada diri sendiri. Mengapa kami di sini? Untuk siapa amal yang kami lakukan? Dan apa yang kami kehendaki dengan amal ini? “ Barang siapa berperang untuk meninggikan kalimat Allah, maka orang itu berada di jalan Allah.”


Kedua
, kami harus menunaikan tugas yang telah dibebankan dengan sebaik-baiknya. Jangan sampai ketidakpuasan terhadap posisi tertentu membuat malas menunaikan tugas dan kewajiban.


Ketiga
, kami harus membiasakan untuk menunjukkan keahlian dan memperkenalkannya dengan baik kepada pemimpin dan saudara-saudara di jalan ini. Tidak memendam pendapat yang menurut kami bermanfaat, meskipun pendapat pimpinan berbeda.


Keempat
, terus terang kepada sesama saudara dan pimpinan tentang permasalahan yang ada kaitannya dengan dakwah dan mengusik. Garis lurus itu biasanya lebih dekat dengan kedua titik.

Maka ketika kami mengeluarkan uneg-uneg, garis itu menjadi lurus dan membuat kami tenang. Di samping itu, permasalahan menjadi jelas bagi semuanya. Namun jika masalah itu dipendam, tentu kegundahan kian membesar dan bercabang sehingga syetan pun beraksi untuk membesarkannya lagi dengan godaan dan bisikannya. Kami jadi terbakar dari dalam. Lalu hal itu akan mengganggu keimanan dan kejiwaan kami.


Kelima
, selalu berharap kepada Allah melalui doa dalam sholat, sujud dan waktu-waktu mulia agar dikaruniakan amal salih yang mendekatkan kita kepada-Nya. Juga agar Allah menuntun kita untuk melakukan kebaikan, kebenaran, dan merubah kami menjadi lebih baik. Agar kami diselamatkan dari fitnah kedudukan dan kepemimpinan di mana kami tidak mampu menunaikannya.


Perjalanan Beraroma Semerbak

“ Dalam hidup ini, setiap orang mempunyai kelompok dan jamaahnya sendiri-sendiri. Dan setiap kelompok mempunyai simbol dan syiarnya sendiri-sendiri. Tapi setiap orang, jika tidak diikat dan dihimpun oleh al-haq, maka ia akan tercerai berai oleh kebatilan. “

Indahnya Kebersamaan di Jalan Dakwah

Boleh saja orang menganggap keterikatan kami di jalan ini, membawa kerugian materiil untuk kami. Itu karena mereka melihat, banyak energi yang kami kontribusikan untuk kepentingan perjuangan kami di jalan ini. Silahkan saja, jika ada orang yang memandang kami sebagai orang yang tak beruntung karena meluangkan banyak rentang waktu untuk kepentingan orang lain, sementara diri kami sendiri tampak belum mapan. Tapi sebenarmya, melalui jalan ini, kami justru mendapatkan suatu hal yang lain.

Kewajiban Memang Lebih Banyak dari Waktu

Kami mengerti, tanpa terget-target seperti ini dan tanpa evaluasi yang dilakukan bersama saudara-saudara kami di jalan ini, kami akan terbunuh oleh waktu luang yang kami miliki. Kami juga mengerti bahwa tanpa hambatan kegiatan dakwah yang kami dapatkan di jalan ini, waktu-waktu hidup kami menjadi lebih mungkin terisi dan disibukkan oleh urusan-urusan yang bathil. Karena itulah jalan dakwah telah menolong kami.

Agenda di jalan dakwah begitu banyak mengisi hari-hari kami. Sampai-sampai, tidak sedikit para penempuh jalan ini, yang merasakan kurangnya jumlah hari dalam satu pekan, disebabkan banyaknya kegiatan yang akan mereka lakukan. Di jalan dakwahlah kami lebih mengerti dan menghayati ungkapan Imam Hasan Al Banna rahimahulullah, “al waajibaat aktsaru minal awqaat”. Bahwa kewajiban itu lebih banyak ketimbang waktu yang tersedia.


Memetik Buah Manfaat dari Kelebihan Saudara
Maka, di jalan inilah kami lebih tajam membaca variasi kelebihan-kelebihan itu. Di jalan ini kami merasakan pantulan cermin dari keistimewaan itu, dan mencoba menghayati sabda Rasulullah SAW tentang pintu-pintu surga.

Atmosfir Kesalihan dari Saudara Shalih

Pertemuan kami dengan mereka, ternyata membawa pengaruh ruhaniyah yang begitu hebat. Kami bisa merasakan suplay energi ruhiyah yang besar saat kami bertemu dan berinteraksi dengan mereka. Kami merasakan adanya suasana batin yang baru, yang mendorong dan memotivasi kami untuk lebih banyak melakukan amal-amal shalih.

Perasaan itu, bahkan muncul tanpa mereka harus memberikan nasihat dan tausiyahnya untuk kami. Karena kami sudah biasa merasakan pengaruh aura keshalihan itu, sejak kami melihat, mendengar suara mereka. Sebagaimana Yunus bin Ubaid mengakui kenikmatan besar ketika melihat Al Hasan Al Bashri rahimahulullah. Ia mengatakan “Seseorang bila melihat kepada Al Hasan Al Bashri, akan menerima manfaat dari dirinya, meski orang itu tidak melihat Al Hasan Al Bashri beramal dan tidak melihat ia mengeluarkan ucapan apapun.” (Risalah Al Mustarsyidin, Abi Abdillah Al Haris Al Muhasibi, Hal.60).


Amal Shalih yang Tersembunyi

Pertama, tatkala dalam perkumpulan itu, satu sama lain saling menghiasi dan membenarkan.
Kedua, ketika dalam perkumpulan itu pembicaraan dan pergaulan antar mereka melebihi kebutuhan.
Ketiga, ketika pertemuan mereka menjadi keinginan syahwat dan kebiasaan yang justru menghalangi mereka dari tujuan yang diinginkan. (Al Fawa-id, 60).

Pemimpin yang adil, orang yang hatinya terkait dengan mesjid ketika ia sedang berada di luar masjid sampai ia kembali ke masjid, dua orang yang saling mencinta karena Allah bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah, orang yang berdzikir kepada Allah dalam kondisi seorang diri hingga kedua air matanya menangis, orang-orang yang dipanggil oleh seseorang wanita kaya dan cantik tapi orang tersebut mengatakan: “ Sesungguhnya aku takut kepada Allah rabbul ‘Alamiin”, dan orang yang bersedekah tapi ia menyembunyikan amalnya sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya. (HR Bukhari Muslim).


Amal Shalih Harus Tetap Ditampilkan
Pertama, amal-amal shalih yang diperintahkan Allah swt tidak boleh terhalang karena kekhawatiran riya. Allah swt tetap memerintahkan amal salih itu tetap dilakukan, dengan tetap berupaya ikhlas saat melakukannya.

Kedua
, prinsip yang dipegang para salafushalih, adalah penilaian atas yang lahir, tidak menghukumi yang tidak terlihat. Seperti perkataan Umar bin Khattab ra, “Barang siapa yang kami lihat ia melakukan kebaikan, maka ia akan kami sukai. Dan barang siapa yang kami lihat ia melakukan keburukan, kami benci. Meskipun ia mengatakan bahwa dibalik yang lahir itu adalah kebaikan.”


Ketiga
, keraguan menampilkan dan melakukan amal-amal shalih karena riya, akan menambah tekanan bagi orang-orang yang melakukan amal shalih.


Keempat
, tuduhan dan anggapan bahwa kebaikan adalah riya, adalah perilaku orang-orang munafiq.


Membina Orang Lain Sama dengan Diri Sendiri
Tapi di sisi lain, ternyata interaksi kami dalam jalan dakwah dan upaya kami mengkader serta membina para objek dakwah, mengharuskan kami untuk terus bercermin dan berhati-hati. Kami tidak boleh ceroboh dan mudah melemah. Karena kami tahu dan semakin menyadari bahwa keberhasilan dakwah selalu merupakan turunan dari adanya qudwah dalam kaderisasi dakwah yang kami jalankan.

Pelajaran ini bukan hanya kami pelajari dari teori “An naas ‘alaa diini muluukihim” (manusia itu tergantung agama rajanya), tapi kami rasakan langsung dalam aktifitas dakwah dan pembinaan. Maka dari sinilah kami memperoleh pelajaran besar dari keberadaan kami di jalan dakwah. Mendakwahkan orang lain, pada dasarnya adalah mendakwahkan diri sendiri. Menasehati orang lain adalah pada dasarnya menasehati diri sendiri. Membina orang lain di jalan ini, sama dengan membina diri sendiri.


Berpikir Negatif Melemahkan dan Menghancurkan Semangat

Kami berusaha membicarakan yang baik-baik tentang saudara-saudara kami. Dan berupaya meminimalisir pembicaraan tentang aspek negatif tentang saudara-saudara kami. Sebagaimana ribuan halaman dan ratusan jilid kitab para ulama yang menceritakan kehidupan para sahabat Rasulullah saw serta salafushalih, yang sangat sedikit menceritakan sisi negatif kehidupan mereka, kecuali dalam konteks memberi ibrah dan pelajaran berharga.

Para salafushalih, sangat jarang membicarakan kekurangan sahabat dan orang-orang yang mereka kenal. Tentu bukan karena mereka adalah orang-orang suci yang tidak mempunyai catatan negatif, tapi seperti itulah salah satu wujud persaudaraan para salafushalih. Dan karena sikap mereka itulah, yang memompa keyakinan kami serta mendorong semangat dakwah kami.


Ketika Melewati Jalan Mendaki

Begitulah, jalan dakwah ini mengajarkan bahwa sebaiknya kami melihat kepada diri kami terlebih dahulu, melakukan prasangka baik kepada orang lain, sampai jelas suatu kebenaran itu benar dan kesalahan itu kesalahan.

Mengkaji yang Tersirat dari yang Tersurat

Tapi, pelajaran dakwah ini mengajarkan kami, bahwa langkah pertama yang kami lakukan saat kami mendapatkan situasi yang tidak kondusif dalam kebersamaan ini adalah, memeriksa diri kami terlebih dahulu. Kami tidak mensakralkan kelompok tertentu, atau individu tertentu, tapi kami juga tidak terbiasa meratakan kesalahan atas seluruh kelompok anggota tertentu.

Tidak semua individu dalam satu kelompok harus bertanggung jawab atas kekeliruan beberapa individu dalam kelompok tersebut, meskipun kelompok yang keliru itu adalah termasuk jajaran pimpinan di dalamnya. Kami tidak berdiri di atas prinsip “pemimpin selalu benar”. Maka, disaat kami atau ada saudara-saudara kami merasakan kekecewaan bahkan kebencian karena perilaku saudara-saudaranya yang lain di jalan ini, hendaknya tidak menggeneralisir kekeliruan itu pada seluruh individu dalam perjalanan ini.

Tidak semua mereka melakukan kesalahan, karena mungkin sekali itu adalah kesalahan individu yang bisa dihitung oleh jari tangan. Dan itu jugalah yang terjadi di zaman sahabat radiyallahu anhu. Kesalahan individu mereka juga tidak melepaskan kehormatan dan kemuliaan generasi sahabat secara keseluruhan yang penuh dengan kebaikan bahkan menjadi simbol keutamaan generasi yang terbaik.


Begitulah, jalan dakwah ini menhajarkan kami sebaiknya kami melihat kepada diri kami terlebih dahulu, melakukan prasangka baik kepada orang lain, sampai jelas suatu kebenaran itu benar dan kesalahan itu kesalahan. Dan jika keburukan yang kami duga itu benar, maka kami harus menempuh mekanisme penyampaian nasihat dengan baik dan benar. Dengan memilih kalimat yang baik, memilih waktu dan tempat yang tepat, menampakkan rasa cinta dan keikhlasan yang tulus, dan semacamnya.


Antara Objektivitas dan Sakralisme
Menghadapi kemungkaran yang terjadi dalam sebuah organisasi dakwah harus dilakukan secara bertahap, terprogram dan diteliti permasalahannya. Bukan dengan mengembangkan wacana untuk meninggalkan organisasi dakwah yang sebenarnya kami yakin bahwa organisasi itu merupakan jalan kebenaran. Jalan kebenaran tidak boleh kami tinggalkan dengan alasan adanya personil yang tidak sejalan dengan misi kebenaran itu. Karena kami menyimpulkan bahwa lari dari kewajiban meluruskan dan memperbaiki, dengan meninggalkan jamaah dakwah, itu sama sekali tidak memberi maslahat untuk mengusir kerusakan yang ada. Situasinya mirip dengan seseorang dokter yang lari meninggalkan tugas mulianya mengobati pasien yang sedang sakit.

Kesalahan adalah Resiko sebuah Aktivitas

Kesalahan substansial justru terjadi ketika seorang dai mundur dari aktivitas dakwah dan berdiam diri dengan alasan memelihara diri agar tidak menyeleweng dari ajaran Allah. Padahal sebenarnya kemunduran dan diamnya adalah kesalahan dan penyelewengan dari ajaran Allah SWT. Tentu saja kekeliruan itu tetap kami sikapi secara benar. Dalam arti, kekeliruan seorang saudara harus diluruskan dengan adab dan cara-cara yang baik.

Dengan tujuan baik, metode yang baik, obkjektivitas dan dengan kelapangan dada di antara kami (penasehat maupun yang dinasehati).


Mundur dari Dakwah, Mungkinkah???
Jika olahragawan bisa mengalami masa pensiun karena usianya yang renta dan kekuatan fisiknya yang melemah. Jika seorang pegawai akhirnya menemui saat pensiun karena usianya telah melewati batas ketentuan umum kepegawaian. Jika seorang artis harus meninggalkan pentas karena keterampilan dan keindahan aktingnya telah digerogoti usianya. Tapi para juru dakwah, tidak mengenal kamus pensiun dan berhenti dari panggung dakwahnya. Kami dan saudara kami di jalan ini tidak mengetahui ada kondisi yang mengharuskan kami mundur dari gelanggang dakwah karena faktor usia, kemampuan fisik yang menurun, pikiran yang sulit difungsikan secara maksimal, atau bahkan karena kondisi eksternal yang memaksa kami untuk mundur. Singkatnya, kondisi apapun tidak akan menyebabkan kami ‘uzlah atau pergi meninggalkan jalan ini.

Nasihat adalah Tiang Penyangga

Nasihat, kritik, teguran, aspirasi, benar-benar kami perlukan di jalan ini. Siapapun kami. Kami tidak membayangkan andai perjalanan ini berlalu tanpa ada teguran, nasihat, kritik, yang sampai kepada kami. Sesungguhnya mendegarkan nasihat, teguran, maupun kritik itu adalah pahit. Tapi keberadaannya seperti seseorang memakan obat yang tidak enak. Sedangkan manfaatnya adalah pelurusan dan keinsyafan. Sesungguhnya hak yang wajib ditunaikan dari persaudaraan adalah bersungguh-sungguh menyampaikan nasihat dan saling melarang yang tidak baik untuk memelihara kebenaran di antara dua saudara.

Demikianlah, keterpeliharaan persaudaraan kami justru ditopang oleh nasihat. Jika kami mengabaikan nasihat, persaudaraan kami justru akan mudah hancur. Kami di jalan ini, harus berusaha lapang menerima kritikan, masukan, nasihat, dari sesama saudara. Dan kami di jalan ini, juga harus mampu menyampaikan nasihat, kritikan, masukan dengan adab-adabnya untuk saudara-saudara kami.

Kesejukan yang Meringankan Langkah
Keletihan itu, akan menjadi beban ketika kami merasakannya sebagai keletihan fisik yang tidak diikuti oleh keyakinan ruhiyah. Maka sesungguhnya kesempitan di jalan ini, pasti menyimpan hikmah luar biasa yang akan tercurah dalam bentuk rahmat Allah swt.

Saling berdo’a di antara sepi
Jalan dakwah membawa kami tiba di sebuah komunitas do’a. Perkumpulan orang-orang beriman yang saling mendo’akan. Di mana kami mendo’akan saudara-saudara kami. Kemudian saudara-saudara kami pun mendo’akan kami. Inilah persekutuan do’a yang luar biasa, karena kami semua memerlukan do’a dari siapapun, terlebih orang-orang beriman dan shalihin. Kami yakin dengan firman Allah swt. “ Dan Dia memperkenankan (doa) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal yang saleh dan menambah (pahala) kepada mereka dari karunia-Nya (QS Asy Syu’ara : 26).

Keberkesanan Membaca Sirah Orang-orang Shalih
Keterpengaruhan ini sesungguhnya sulit dirasakan oleh mereka yang tidak berada di jalan dakwah. Di antara kami, ada yang sungguh-sungguh tenggelam dalam alur perjuangan mereka sehingga memotivasi kami secara kuat untuk terus berjalan dan melanjutkan perjuangan mereka di atas jalan dakwah. Kami merasakan bahwa apa yang kami alami, adalah bagian dari mata rantai perjuangan yang juga mereka perjuangkan. Jengkal demi jengkal langkah kami, seperti bagian dari perjalanan panjang para pejuang itu hingga menjadikan kami kuat dan bertahan untuk melanjutkan perjalanan.

Kesulitan yang Menambah Kekuatan
Imam Hasan Al banna menjelaskan tentang karakteristik pejuang dakwah adalah orang-orang yang tidak tidur sepenuh kelopak matanya, makan seluas mulutnya, tertawa selebar rahangnya dan menunaikan waktunya dalam senda gurau permainan yang sia-sia. Jika itu yang terjadi, mustahil ia termasuk orang-orang yang menang atau orang-orang yang tercatat sebagai barisan mujahidin. Aku bisa menggambarkan karakter seorang mujahid adalah orang yang telah menyiapkan perbekalan dan persiapannya, yang selalu memikirkan terhadap dakwah yang ada di setiap sudut jiwanya, dan memenuhi relung hatinya. Ia selalu dalam kondisi berfikir, sangat perhatian untuk berdiri di atas kaki yang siap sedia. Jika diseru ia menjawab atau jika dipanggil ia memenuhi panggilan. Langkahnya, ruhnya, bicaranya, kesungguhannya, permainannya selalu berada dalam lingkup medan dakwah yang ia persiapkan dirinya untuk itu.

Bangga dengan Amal Shalih
Kami memperhatikan sabda Rasulullah saw yang memuji kehadiran orang-orang aneh. “Pada awalnya Islam datang sebagai sesuatu yang aneh dan akan kembali menjadi sesuatu yang aneh . Maka beruntunglah orang-orang yang aneh (al ghuraba). “ Para sahabat bertanya, “Siapakah orang-orang aneh itu, wahai Rasulullah?” Ia menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang melakukan perbaikan ketika manusia berada di dalam kerusakan.” (HR. Muslim).

Menjadi hiduplah nasihat Ustadz Mushtafa Mahsyur dalam jiwa kami. “Jika anda ragu bekerja karena gentar menghadapi kritikan, pasti anda tidak akan bisa bekerja selama-lamanya. Tetapi kerjakanlah apa yang anda yakini kebenarannya, jelas kegunaannya, diridhai oleh Rabbmu dan terpuji di kalangan para ulama yang ikhlas, meskipun anda dibenci dan dimaki sepanjang hidupmu oleh para pendengki, tetapi di antara mereka pasti ada yang senang kepada anda setelah anda meninggal dunia (Mushtafa As Siba’i, Hakadzaa allamatni al hayaah).

Potensi Besar yang Tersingkap di Jalan Ini
Berapa banyak di antara kami, yang sebelumnya merupakan pribadi yang tak menghargai diri dan tidak mengenal potensi dirinya, tapi kemudian di jalan ini kami menemukan perkembangan potensi diri yang lain, yang sangat kami syukuri. Kedekatan kepada Allah di jalan ini telah membuka saluran-saluran amal dan kontribusi kebaikan yang begitu banyak, lalu membuka kesempatan kami melakukan kebaikan apapun sesuai potensi yang ada. Kami tidak membayangkan, apa jadinya kami bila tidak berada di jalan ini.

Bergerak Karena Diri Sendiri Bukan Orang Lain
Tidak, Kami adalah da’i yang telah memilih jalan dakwah ini sebagai pijakan kaki kami. Sosok figur mungkin saja mempesona kami untuk lebih giat melakukan banyak kontribusi di jalan ini. Tapi bukan itu yang dominan dalam hati kami. Sosok figur juga bisa melakukan kesalahan, dan kesalahan itu juga tidak membuat kami tertahan atau meninggalkan jalan ini. Karena kami telah memilih untuk melangkah di atas kaki kami sendiri, di atas pemahaman dan keyakinan lubuk hati kami sendiri. Ya, sekali lagi, karena kami sendiri yang telah memilih jalan ini.

Peristirahatan, Bernama Terminal Canda
Menempuh perjalanan dakwah, meninggalkan pelajaran pada kami tentang kebutuhan jiwa untuk beristirahat dan tertawa, namun tetap pada porsi dan batasan etikanya. Pertemuan kami dengan sesama saudara di jalan ini, hampir selalu diwarnai dengan senyum dan tertawa. Meskipun begitu, pembahasan yang memerlukan keseriusan berpikir dan ketegasan berpendapat, tidak terganggu oleh dinamika canda dan tertawa kami. Kami merasakan, canda-canda yang berkembang di antara kami bisa memberi energi baru yang mencerahkan jiwa dan pikiran. Bahkan bisa juga berfungsi untuk menghilangkan kebekuan, mencairkan hubungan, mendekatkan kembali ikatan batin yang mungkin saja mulai ternoda oleh debu perjalanan. Senyum dan tertawa, memberikan kesejukan tersendiri dalam ruang kebersamaan kami di jalan ini.

Kami ingin senyum dan tawa dalam kebersamaan ini seperti yang dikatakan Ibnu Umar ra tentang sahabat Rasulullah saw. Ketika ia ditanya, “Apakah para sahabat Rasulullah itu tertawa?” Ibnu Umar menjawab, “Ya, mereka tertawa, tapi keimanan dalam hati mereka laksana gunung yang kokoh.”

Perjalanan ini Tidak Boleh Terhenti
Setelah kesulitan melakukan amar ma’ruf dan nahyul mungkar. Setelah menumpahkan segenap upaya, kesabaran dan lipatan kesabaran. Kami harus tetap bertahan dan meneruskan perjalanan ini. Kami tidak boleh tergelincir akibat orang-orang yang tergelincir dari jalan ini. Kami tidak boleh tertipu dengan kekuatan kebatilan, karena kebenaran akan tetap eksis. Jalan ini menunjukkan fakta kepada kami, bahwa perjalanan bersama kebatilan hanya bergulir satu masa. Sementara perjalanan bersama kebenaran itu akan berlangsung hingga akhir masa.

“Tidakkah kalian perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik. Akarnya teguh, dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat”
(QS Ibrahim :25)


Wallahua’lam..