Kalo kita ditanya, "hal apa yg paling berkesan bagi kita atas pasangan kita"..
kira-kira, jawaban apa yg akan kita berikan ?
suatu ketika Ibnu Umar bertanya kepada Aisyah: ” Ceritakanlah kepada kami hal yang mempesona bagimu pada diri Rasulullah saw ....”
Aisyah menangis dengan pertanyaan tsb...
Rasulullah, suami tercinta sudah wafat, namun kenangan manis mengepung hati sehingga jawaban awal hanyalah tangisan rindu.
Aisyah masih (terus) menangis...
Isak tangisnya berbuncah kerinduan.
Sangatlah rindu !
Aisyah perlahan mengusap butiran2 bening yang meleleh di pipi.
Tetapi air suci itu umpama bendungan jebol.
Sulit ditahan, susah disembunyikan.
Disela isakan itu, terdengar suara teramat lirih, “ KANA KULLU AMRIHI AJABA" (semua perilakunya menakjubkan).
Menakjubkan karena sebagai istri, Aisyah selalu merasa memiliki suami dua puluh empat jam sehari. Menakjubkan sebab kehadirannya senantiasa membawa kehangatan hati. Menakjubkan karena beliau sangat mengerti cinta seperti apa yang didamba istri.
Kenangan tersebut tidak saja indah ketika senang, bahkan kesusahan hidup menghadirkan bahagia. Wajar bila Aisyah mengakui secara jujur tidak bisa memilah lagi mana yang paling berkesan. Kecuali mengakui keterpesonaan sempurna atas semua budi pekerti mulianya. Jatuh bangun, pahit getir, dan susah senang dalam berjuang tetap menjadi nostalgia terindah. Karena segala yang dipersembahkan Rasulullah untuk keluarganya benar – benar mengagumkan. Beliau tidak mencurahkan harta melimpah ruah, tapi melimpahkan segala – galanya berbingkai ketulusan dan perlakuan amat bermartabat, dan itulah hakikat dari cinta sejati...
Ya ! sebagai Istri, Aisyah tahu persis perangai suami dari pagi sampai malam. Dia pula yang benar – benar merasakan ketinggian budi pekerti. Kini rindu itu menggelora..mungkin suasana dan perasaan seperti ini juga dialami oleh temen2 yg berjauhan... sehingga tidak bisa setiap saat bertemu...
inilah episode kisah cinta antara ibu Sumarni dan ust Rahmat Abdullah ---semoga Allah selalu merahmatinya--...
Airmata bu Marni ---demikian kita sapa-- juga meleleh ketika mengenang suaminya yg telah berpulang...
Keikhlasan atas kepergian justru membuahkan air mata, rindu, kagum , bangga dan bahagia.
Ustadz rahmat sering mengerjakan sendiri pekerjaan rumah tangga. Termasuk membuatkan teh untuk keluarga. Juga mengajak minum secangkir berdua bagi kekasih hatinya. Dia rajin mencarikan tempat makan istimewa bagi istri tercinta. Kedua sejoli diusai senja masih sempat jalan pagi setiap sabtu usai sholat shubuh.
Pernah bu Marni mengutarakan kesukaan pada bunga Anggrek. Tak lama kemudian, suami segera membawakannya lengkap dengan tanah, pupuk, dan obat untuk bunga itu. Pulang dari aktivitas, tidak lupa menenteng oleh oleh. Meski hanya goreng singkong, tapi nikmatnya luar biasa karena dibumbui oleh cinta. Guna meningkatkan intelektualitasnya , ia senang membelikan buku untuk anak dan istrinya...
Jika sumarni sakit, telepon dari sang suami sering berdering menghibur hati. Tujuh orang anak juga senang bercanda dengan abi-nya.
Tidak ada tembok pembatas kasih sayang antara suami istri serta anak- anak. Mereka dengan suka ria menitip belanjaan bagi sang suami/ayah. Misalnya membeli bumbu, sabun, odol , perlengkapan dapur dan sebagainya.
Dan untuk istri tercinta, tersedia panggilan kesayangan :” NAI!”
---
Lelaki pilihan menangis saat lahir dan ketika wafat orang – orang tercinta yang menangisi kepergiannya.
Keindahan budi pekerti melukiskan kenangan tiada terlupakan.
Ada isakan rindu disetiap bait bait doa.
Kebanggaan abadi atas perjuangan tulus ikhlasnya.
Kalaupun bukan public figure masyarakat, suami tersebut adalah teladan bagi anak istri.
Barangkali kedatangannya tidak pernah dieluk-elukan pendukung, namun kehadirannya dirumah tangga selalu menjadi pelita.
Sanjungan dari para penggemar belum tentu tulus adanya.
Puji-puji dari anak istri merupakan kesyukuran terdalam, sebab mereka telah dianugerahi pahlawan sejati....
lelaki sejati tidak harus suami super hebat dengan berderet penghargaan menempel dipundaknya.
Bukan pula pria terkenal yang mengorbankan segala galanya demi penggemar, jabatan , uang , prestasi, dan prestise, sementara keluarga kocar kacir, bukan pula pria yang jago mengguyuri uang melimpah atau fasilitas hidup serba wah.
lelaki sejati tidak pernah terucap dari mulutnya ucapan yg bernada sombong...
seperti ucapan, " Bu/ummi/dek...(atau sebutan apapun)... ! maaf, hidupku sudah dikorbankan semata mata demi umat. Jadi, ibu dan anak anak pandai-pandai mengatur diri sendiri !”
jujur...saya paling ga suka kalo ada ikhwan (=lelaki) yg ngomong demikian...
“Hanya untuk umat ?”
memangnya anak istri makhluk angkasa luar ? mereka pasti bukan alien, tetapi bagian juga dari umat yang harus diperjuangkan.
Malahan tanggung jawabnya lebih berat.
pesan nabi "sebaik-baik kalian adalah yg terbaik kepada keluarganya..."
ya...terbaik kpd keluarganya...
bukan kpd temen2nya...
bukan pula kpd lingkungannya...
meski kpd temen2 dan lingkungan kita juga mesti baik...
kita ---kaum ikhwan--- ingin agar istri kita menjadi wanita yg berbahagia dan beruntung..
Bahagia dan beruntung karena mempunyai dua laki laki pilihan sekaligus pujaan : AYAH DAN SUAMI yang sama sama saleh.
Tidak sia sia ketika masih gadis ia mati-matian memasang syarat utama dan pertama : Dien/agama yang ok..
Profil suami teladan yang membimbing keluarganya menjadi kafilah surga.
Suami hebat itu seperti seorang sahabat nabi. Kulitnya yang hitam bertambah legam karena setiap hari menampung terik matahari, bekerja mencari nafkah sebagai pemecah batu. Tangannya kasar dan juga mengeras.
Hingga ia mengadu pada Rasulullah saw , “ betapa malang nasib tanganku !”Beliau meraih dan menciuminya. “ Inilah tangan yang akan mengantarkan pemiliknya ke surga.”
Tangan mulia seorang suami yang hancur menghidupi anak istri adalah tangan yang menjadi kebanggaan dihadapan Allah.
Jihad demi keluarga telah membuat tubuhnya kerempeng, tangan kasar, atau malah sakit sakitan---kayak saya aja, sakit2an... hehe....
Keberadaannya barangkali tidak menarik para wartawan...
Perjuangan sucinya tidak pernah menghiasai lembaran surat kabar.
Namun ada yang benar – benar memujanya setulus jiwa.
Suami seperti itu mewariskan kenangan terindah perihal akhlak mulia sebagai kepala rumah tangga, semangat kepahlawanan dan perlakuan manis.
Suami yang membuktikan cinta yang sesungguhnya.
Boleh jadi istri sulit menemukan kebanggaan sejati meski dari usia pernikahan yang lama.
Penyebabnya suami pergi tanpa meninggalkan keteladanan kecuali limpahan harta yang justru menjadi biang malapetaka perpecahan keluarga.
Lantas kenangan macam apa yang bisa membangkitkan kerinduan layaknya Aisyah ?
alasan apa yang membuat air mata istimewa mengalir dipipi istri ?
dan suami mana lagikah yang bisa mewarisi kehebatan Rasulullah saw dalam meninggalkan kenangan ?
semoga lisan ini dapat berucap " KANA KULLU AMRIHI AJABA (segalanya menakjubkan) "
disaat semua lisan tertuju dan mempertanyakan " Ceritakanlah hal yang mempesona dari pasanganmu... “
Tidak ada komentar:
Posting Komentar