Kamis, 01 November 2012

Rahasia Itu


Kita banyak berbicara tentang kebutuhan umat Islam akan harta, kekuatan materi, atau spesialisasi keilmuan yang beraneka ragam dalam rangka menegakkan hukum Allah SWT di muka bumi ini. Tetapi jarang sekali kita membicarakan kebutuhan ummat Islam akan kebenaran Iman kepada Allah, bagaimana mengokohkan hubungan dengan-Nya, melepaskan diri dari segala bentuk penghambaan kepada selain-Nya dan bagaimana mengikuti perintah serta menjauhi larangan-Nya. Bagaimana pula meraih ridho-Nya dalam segala aktifitas serta ikhlas dalam meletakkan tujuan-tujuannya.

Padahal apabila kita tidak mau beriman kepada Allah dengan sebenar-benar iman, tidak mau menjalin ‘alaqah (hubungan) dengan-Nya serta tidak mau mengorientasikan segala amal kita untuk mendapat ridho-Nya, niscaya kita tidak dapat mengambil manfaat apapun dari sarana apapun yang kita miliki.

Betapa banyak kita melihat, seonggok harta dunia berada di tangan seorang muslim. Namun ia justru menjadi perusak dan penghancur agama & moralnya. Dan betapa banyak kita melihat sebuah potensi pemikiran dan pengetahuan hanya diperuntukkan bagi tujuan dan kemanfaatan dunia yang hina. Bahkan betapa banyak kita menyaksikan para ulama yang mengkhidmahkan dirinya bagi kepentingan musuh-musuh Islam dan memerangi pendukung-pendukung-Nya. Mereka menjual ayat-ayat Allah dengan imbalan yang amat sedikit berupa pangkat, kedudukan, harta benda dan segala atribut duniawi.

Maka sebelum segala sesuatunya disiapkan, harus diwujudkan terlebih dahulu iman yang benar, ibadah yang ikhlas serta muroqobah (kontrol) yang terus menerus. Dan hendaknya setiap gerak langkah, setiap curahan potensi kita persembahkan untuk Allah SWT semata.

Dengan terwujudnya aspek-aspek itulah  kita baru bisa mendapatkan manfaat sarana-sarana materi dalam rangka meraih ridho-Nya, mencapai  tujuan yang dicanangkan, merealisir target yang digariskan serta memperbaiki urusan dunia dan akhirat kita.

Bahkan apabila kita benar-benar berserah diri kepada Allah dan menjadikan perintah-perintah –Nya yang terdapat dalam Al Qur-an dan Hadits Rasul SAW, seharusnya kita menyiapkan faktor faktor penyebab, melengkapi sarana-sarananya sebagai perwujudan taat kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya, menegakkan agama dan hukum-hukum Allah.

Rahasia umat Islam terdahulu dalam meraih kemenangan dan keberhasilan mewujudkan tujuan-tujuan Islam bukanlah lantaran mereka memiliki segala macam sarana materi yang unggul. Namun mereka berhasil meraih itu semua karena iman mereka, ketaatan dan respon mereka terhadap tuntutan-tuntutan agamanya.

Rahasia kemenangan mereka dan kejayaan mereka terletak pada iman mereka yang benar dan murni, penyerahan total kepada Allah serta kecintaannya yang mendalam akan ridho dan pahala-Nya. Dengan begitu mereka telah memenuhi bekal yang cukup untuk merealisasikan setiap tuntutan Islam,  untuk bangkit dengan segala beban, betapapun kesulitan dan pengorbanan yang harus ditanggung.

Ketika Islam butuh akan da’wah, kaum muslimin ketika itu adalah sebaik-baik da’i. Merekalah yang paling berani menghadapi musuh dan paling sabar menghadapi cobaan. Mereka sampaikan risalah Allah SWT dengan ucapan,  perilaku dan realitas hidupnya. Mereka telah merintis jalan dalam kondisi yang paling sulit dan penuh bahaya. Tidak mempan terhadap segala ancaman dan tekanan. Mereka tidak pernah kendor semangatnya lantaran musibah yang menimpa dirinya, keluarganya, dan harta bendanya.  Mereka teguh berada diatas derita yang pahit & cobaan yang berat, meski tiada harapan sebuah bantuanpun dari seluruh penghuni bumi ini, bahkan seluruh penduduk bumi bersekokgkol memeranginya. Harapan itu hanya mereka sandarkan kepada Allah swt semata dengan segala anugerah-Nya.

Sesungguhnya Islam butuh darah yang mesti dipersembahkan bagi-Nya. Untuk membela & memerangi musuh-musuh-Nya, yaitu musuh kebenaran, prajurit kebathilan, hamba hawa nafsu dan ketamakan yang selalu menciptakan rekayasa menghancurkan Islam dan menguasainya dengan kesombongan yang melampaui batas. Dan kaum muslimin generasi pertama lagi-lagi berlomba mempersembahkan darah dan nyawanya. Mereka tidak melihat dalam mati syahid ---apabila meraihnya--- kecuali sebuah kemenangan dan keberuntungan yang sejati.  Sebab kebahagiaan yang dinanti-nanti yang tiada bandingnya adalah ridho Allah dan Jannah-Nya yang abadi.

Ketika Islam butuh harta, merekapun bangkit menyerahkan harta bendanya sebagaimana mereka mempersembahkan nyawa. Mereka tidak kikir dengan apa yang telah mereka dapatkan dengan susah payah, sementara mereka benar-benar membutuhkannya. Mereka infaqkan harta benda mereka meskipun dengan resiko menanggung kemiskinan yang menyulitkan. Jiwa mereka puas dan hati mereka ikhlas karena keyakinan bahwa disisi Allah akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

Islam sepanjang sejarahnya, butuh pengetahuan dan studi-studi ilmiah untuk mampu memahami kandungannya. Untuk menjelaskan hukum-hukum-Nya, membimbing kehidupan umat di segala bidang, mengembangkan wawasan, membela diri dari tuduhan-tuduhan palsu, menyingkap kebatilan orang-orang yg menciptakan keraguan atas kebenaran Islam serta membuat kebohongan dan penyelewengan dari jalan islam yang lurus. Maka bangkitlah generasi didikan Islam menyambut itu semua dengan gagah. Mereka penuhi tuntutan ini sebanding dengan ketika memenuhi tuntutan jihad dengan harta dan jiwa. Apa yang mereka lakukan untuk ini dan hasrat mereka menggali nilai-nilai dinul Islam tidaklah lebih lemah dari responnya memenuhi panggilan jihad.

Islam membutuhkan lebih banyak dari itu semua dalam rangka menyebarkan da’wah dan menegakkan hukumnya. Dan Islam selalu mendapati orang yang memenuhi tuntutannya dengan sebaik-baiknya. Dengan motivasi yang dalam, menghunjam dan dengan kecintaan yang tulus. Tidak goyah menghadapi tantangan dan belum merasa berarti meskipun segala perngobanan telah dipersembahkan. Inilah rahasia itu…. 

Wallaahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar