Kita banyak berbicara tentang kebutuhan umat
Islam akan harta, kekuatan materi, atau spesialisasi keilmuan yang beraneka
ragam dalam rangka menegakkan hukum Allah SWT di muka bumi ini. Tetapi jarang
sekali kita membicarakan kebutuhan ummat Islam akan kebenaran Iman kepada
Allah, bagaimana mengokohkan hubungan dengan-Nya, melepaskan diri dari segala
bentuk penghambaan kepada selain-Nya dan bagaimana mengikuti perintah serta
menjauhi larangan-Nya. Bagaimana pula meraih ridho-Nya dalam segala aktifitas
serta ikhlas dalam meletakkan tujuan-tujuannya.
Padahal apabila
kita tidak mau beriman kepada Allah dengan sebenar-benar iman, tidak mau
menjalin ‘alaqah (hubungan)
dengan-Nya serta tidak mau mengorientasikan segala amal kita untuk mendapat
ridho-Nya, niscaya kita tidak dapat mengambil manfaat apapun dari sarana apapun
yang kita miliki.
Betapa banyak kita
melihat, seonggok harta dunia berada di tangan seorang muslim. Namun ia justru
menjadi perusak dan penghancur agama & moralnya. Dan betapa banyak kita
melihat sebuah potensi pemikiran dan pengetahuan hanya diperuntukkan bagi
tujuan dan kemanfaatan dunia yang hina. Bahkan betapa banyak kita menyaksikan
para ulama yang mengkhidmahkan
dirinya bagi kepentingan musuh-musuh Islam dan memerangi
pendukung-pendukung-Nya. Mereka menjual ayat-ayat Allah dengan imbalan yang
amat sedikit berupa pangkat, kedudukan, harta benda dan segala atribut duniawi.
Maka sebelum
segala sesuatunya disiapkan, harus diwujudkan terlebih dahulu iman yang benar,
ibadah yang ikhlas serta muroqobah
(kontrol) yang terus menerus. Dan hendaknya setiap gerak langkah, setiap
curahan potensi kita persembahkan untuk Allah SWT semata.
Dengan terwujudnya
aspek-aspek itulah kita baru bisa
mendapatkan manfaat sarana-sarana materi dalam rangka meraih ridho-Nya,
mencapai tujuan yang dicanangkan,
merealisir target yang digariskan serta memperbaiki urusan dunia dan akhirat
kita.
Bahkan apabila
kita benar-benar berserah diri kepada Allah dan menjadikan perintah-perintah
–Nya yang terdapat dalam Al Qur-an dan Hadits Rasul SAW, seharusnya kita
menyiapkan faktor faktor penyebab, melengkapi sarana-sarananya sebagai
perwujudan taat kepada Allah dan menjalankan perintah-Nya, menegakkan agama dan
hukum-hukum Allah.
Rahasia umat Islam
terdahulu dalam meraih kemenangan dan keberhasilan mewujudkan tujuan-tujuan
Islam bukanlah lantaran mereka memiliki segala macam sarana materi yang unggul.
Namun mereka berhasil meraih itu semua karena iman mereka, ketaatan dan respon
mereka terhadap tuntutan-tuntutan agamanya.
Rahasia kemenangan
mereka dan kejayaan mereka terletak pada iman mereka yang benar dan murni,
penyerahan total kepada Allah serta kecintaannya yang mendalam akan ridho dan
pahala-Nya. Dengan begitu mereka telah memenuhi bekal yang cukup untuk merealisasikan
setiap tuntutan Islam, untuk bangkit
dengan segala beban, betapapun kesulitan dan pengorbanan yang harus ditanggung.
Ketika Islam butuh
akan da’wah, kaum muslimin ketika itu adalah sebaik-baik da’i. Merekalah yang
paling berani menghadapi musuh dan paling sabar menghadapi cobaan. Mereka
sampaikan risalah Allah SWT dengan ucapan,
perilaku dan realitas hidupnya. Mereka telah merintis jalan dalam
kondisi yang paling sulit dan penuh bahaya. Tidak mempan terhadap segala
ancaman dan tekanan. Mereka tidak pernah kendor semangatnya lantaran musibah
yang menimpa dirinya, keluarganya, dan harta bendanya. Mereka teguh berada diatas derita yang pahit
& cobaan yang berat, meski tiada harapan sebuah bantuanpun dari seluruh
penghuni bumi ini, bahkan seluruh penduduk bumi bersekokgkol memeranginya.
Harapan itu hanya mereka sandarkan kepada Allah swt semata dengan segala
anugerah-Nya.
Sesungguhnya Islam
butuh darah yang mesti dipersembahkan bagi-Nya. Untuk membela & memerangi
musuh-musuh-Nya, yaitu musuh kebenaran, prajurit kebathilan, hamba hawa nafsu
dan ketamakan yang selalu menciptakan rekayasa menghancurkan Islam dan
menguasainya dengan kesombongan yang melampaui batas. Dan kaum muslimin generasi
pertama lagi-lagi berlomba mempersembahkan darah dan nyawanya. Mereka tidak
melihat dalam mati syahid ---apabila meraihnya--- kecuali sebuah kemenangan dan
keberuntungan yang sejati. Sebab
kebahagiaan yang dinanti-nanti yang tiada bandingnya adalah ridho Allah dan
Jannah-Nya yang abadi.
Ketika Islam butuh
harta, merekapun bangkit menyerahkan harta bendanya sebagaimana mereka
mempersembahkan nyawa. Mereka tidak kikir dengan apa yang telah mereka dapatkan
dengan susah payah, sementara mereka benar-benar membutuhkannya. Mereka
infaqkan harta benda mereka meskipun dengan resiko menanggung kemiskinan yang
menyulitkan. Jiwa mereka puas dan hati mereka ikhlas karena keyakinan bahwa
disisi Allah akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Islam sepanjang
sejarahnya, butuh pengetahuan dan studi-studi ilmiah untuk mampu memahami
kandungannya. Untuk menjelaskan hukum-hukum-Nya, membimbing kehidupan umat di
segala bidang, mengembangkan wawasan, membela diri dari tuduhan-tuduhan palsu,
menyingkap kebatilan orang-orang yg menciptakan keraguan atas kebenaran Islam
serta membuat kebohongan dan penyelewengan dari jalan islam yang lurus. Maka
bangkitlah generasi didikan Islam menyambut itu semua dengan gagah. Mereka
penuhi tuntutan ini sebanding dengan ketika memenuhi tuntutan jihad dengan
harta dan jiwa. Apa yang mereka lakukan untuk ini dan hasrat mereka menggali
nilai-nilai dinul Islam tidaklah
lebih lemah dari responnya memenuhi panggilan jihad.
Islam membutuhkan lebih
banyak dari itu semua dalam rangka menyebarkan da’wah dan menegakkan hukumnya.
Dan Islam selalu mendapati orang yang memenuhi tuntutannya dengan
sebaik-baiknya. Dengan motivasi yang dalam, menghunjam dan dengan kecintaan
yang tulus. Tidak goyah menghadapi tantangan dan belum merasa berarti meskipun
segala perngobanan telah dipersembahkan. Inilah
rahasia itu….
Wallaahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar