Jumat, 02 November 2012

Kekuatan Bahasa


Dikisahkan…Pada zaman dulu seorang raja Jawa pada suatu hari bermimpi. Mimpi bukan sembarang mimpi. Ia mimpi semua giginya tanggal. Lantaran terganggu dengan mimpinya Ia memangil para penasehatnya. Disuruhnya memanggil peramal untuk menjelaskan arti mimpinya. 

Peramal dipanggil untuk menghadap. Begitulah ..setelah mendengar penjelasan Sang Raja tentang mimpinya, Sang Peramal kemudian menjelaskan artinya, ”Maafkan hamba Tuan Raja, Mimpi itu berarti tak lama lagi semua saudara-saudara Paduka akan meninggal dan Paduka akan hidup sendirian”. 

Mendengar penjelasan Si Peramal, Tuan Raja kaget bercampur murka. Karena tidak berkenan dengan penuturan, si Peramal di usir dari Istana. 

Keesokan harinya Tuan raja memanggil kembali Peramal lain untuk menafsirkan mimpinya. Dihadapan Sang Raja, dengan tenang menjelaskan arti mimpi tersebut. “ Berbahagialah Tuan Raja. Mimpi itu berarti Baginda akan berumur panjang. Bahkan usia Baginda bisa melebihi saudara-saudara Paduka. Selamat Baginda ! Selamat Panjang Umur !” 

Mendengar penuturan Peramal kedua, legalah hati Sang Raja. Lantaran hatinya puas, Si Peramal mendapat hadiah pundi-pundi berisi emas dan berlian. 

Kita lihat kalimat yang di sampaikan kedua permal itu. Sebenarnya sama saja kan intinya ? Sama-sama Sang Raja di ramalkan mati setelah saudara-saudaranya mati terlebih dahulu. Tetapi kenapa Sang Raja menanggapinya berbeda ? 

Kawan…begitulah kekuatan bahasa. Seorang da’i tidak hanya dituntut untuk menyampaikan materi kebenaran semata. Tetapi juga di tuntut menyampaikan kebenaran itu sampai kepada pribadi-pribadi mad’unya. Obyek da’wahnya sampai pada tahap melakukan kebenaran yang disampaikan. Dan di sinilah dibutuhkan seni. Tidak bisa asal menyampaikan. Semoga Allah merahmati pendahulu- pendahulu kita yang begitu memperhatikan seni dalam menyampaikan kebenaran ini. 

Rosullullah kita kenal sebagai pribadi yang sangat cerdas. Pernah menemukan sebuah hadist tentang cara Rasullullah SAW memotivasi seorang Badui mengejar surganya ? 

Ketika datang seorang Badu’i menemui Rasullullah dan bertanya ..” Ya Rasullullah ..kalau aku berjihad di jalan Allah ..kemudian Aku mati..apa yang aku dapatkan ? “ ..begitu bahasa bebasnya. 

Rasullullah menjawab “ Engkau akan mendapatkan Surga !”…Kenapa Rasulullah tidak mengatakan ..”Engkau akan di hindarkan dari Neraka !” Padahal bukankah sama saja esensi kedua jawaban itu. Dihindarkan dari Neraka..sama saja dengan masuk Surga…Karena di Akhirat hanya ada dua tempat. Surga dan Neraka ! Disinilah bukti kecerdasan Rosullullah. 

Dari banyak kata yang kita ucapkan..atau dari panjangnya jawaban yang kita berikan kepada obyek da’wah kita…otak manusia karena keterbatasannya hanya akan menangkap satu dua kata sebagai password yang menjadi kuncinya. Dan itu berpengaruh kepada sikap yang akan diambil kemudian. 

Dari Jawaban yang pertama..passwordnya adalah Surga. Yang keindahannya subhannallah tak terkirakan. Tetapi didalam kata kedua..password yang muncul adalah Neraka..yang mengerikannya juga ga terbayang lagi. Tidak perduli kalimat yang mengikutinya. Itulah keunikan otak manusia. 

Kawan…disinilah kita di ajari untuk berkata–kata dengan baik. Untuk bersikap lemah lembut kepada saudara kita..kepada obyek da’wah kita. Dan tentunya hal ini bukan hanya dalam masalah da’wah semata..tetapi dalam setiap mu’amalah kita kepada sesama manusia. 

Dalam berda’wah bukan hanya memastikan apa-apa yang kita sampaikan adalah suatu kebenaran tetapi juga kebenaran itu sampai kepada yang di da’wahinya. Dan balasannya pun Rosullullah mengabarkan…Ketika kita mampu menda’wahi satu orang..itu jauh lebih baik dari mendapat onta merah (kendaraan paling top saat itu). So, bergegas yuukk..!! 

Wallahu a’lam…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar