Kamis, 01 November 2012

Agama Itu Nasehat


Demikianlah Rasulullah saw berpesan untuk kita,[1] dan inilah yang melatarbelakangi tulisan kami dalam lembaran-lembaran berikut. Kami menulis ini bukan karena tidak ada pekerjaan, dan bukan pula karena ada yang mau membacanya. Kami menulis karena kami merasa ada nasehat yang harus kami sampaikan kepada ikhwah, para aktivis, sebagai satu bentuk partisipasi kami dalam ‘perjalanan’ yang diberkati ini. Perjalanan untuk menegakkan dien dan meninggikan panji-panjinya.
Kami, sebagaimana dikatakan oleh sahabat yang mulia, ‘Abdullah bin Rawahah rodhiyallaahu 'anhu, “Kita tidak memerangi manusia dengan bilangan, kekuatan, dan jumlah kita. Kita hanya memerangi mereka karena dien ini. Dien yang Allah memuliakan kita dengannya.”[2]

Oleh karena itu, lazim bagi kita untuk berpegang teguh kepada dien ini melebihi seorang muqatil (tenaga tempur) yang memegang erat senjatanya di tengah kecamuk pertempuran. Sebab muqatil, kapan pun ia mengendorkan pegangannya, sirnalah harapannya untuk mendapatkan kemenangan, bahkan sirna pulalah segala asanya untuk tetap hidup. Demikian pula halnya dengan ‘ahluddiin’, kapan pun mereka lengah di dalam diennya -meski sesaat- semua citanya untuk menggapai kemenangan akan lenyap.

Sesungguhnya Allah 
subhaanahu wa ta'alaa hanya menolong orang-orang yang taat, ikhlas, berpegang teguh, dan bertawakkal kepada-Nya. Allah subhaanahu wa ta'alaa berfirman

وَلَيَنصُرَنَّ اللهُ مَن يَنصُرُهُ
Dan sesungguhnya Allah, benar-benar akan menolong orang-orang yang menolong (dien)-Nya. (al-Hajj : 40)
Maka barang siapa tidak ‘menolong’ Rabb-nya, Dia pun tidak akan menolongnya. Barangsiapa bermaksiat kepada-Nya, Dia akan meninggalkannya, membiarkannya bersama musuh-musuhnya.

‘Umar al-Faruq 
rodhiyallaahu 'anhu pernah berkata, “Kala kita tidak mampu mengalahkan musuh dengan ketaatan kita niscaya mereka akan mengalahkan kita dengan kekuatan mereka.”
Ternyata ‘Umar rodhiyallaahu 'anhu lebih mengkhawatirkan dosa-dosa pasukannya daripada kekuatan musuhnya. Inilah bukti kesempurnaan pemahaman dan kebrilianan akal beliau.
Betapa kita ~di saat merasakan suasana ini~ ingin agar suasana ini senantiasa hadir di hati dan akal kita, tidak meninggalkan kita selama-lamanya.

Betapa kita ingin mengerti ~dengan ilmu yakin~ bahwa Allah telah menjamin kemenangan dien-Nya dan akan selalu menjaganya .. Maka barangsiapa selalu bersama Islam ke mana pun ia berputar, hati dan anggota badannya senantiasa taat kepada Allah, pastilah Allah akan menolongnya .. Barangsiapa menyimpang dari jalan yang lurus, pertolongan pun akan menjauh darinya.

Allah 
subhaanahu wa ta'alaa Mahatahu lagi Maha Bijaksana.. Allah Mahatahu. Artinya tidak ada sesuatu pun dari urusan kita yang tersembunyi bagi-Nya. Dia Mahatahu akan batin dan niat kita seperti halnya Dia Mahatahu akan lahir dan amal kita. Dia Maha Bijaksana. Artinya Dia akan selalu menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Dia tidak akan memberikan anugerah berupa penjagaan dan pertolongan kepada siapa yang tidak berhak mendapatkannya.. Dan orang yang tidak berhak atas anugerah ini, sungguh tiada bagian untuknya selain keterpurukan.. Na’udzu billah, kita memohon perlindungan kepada Allah dari kehinaan di hadapan-Nya.
Nafsu terus memberontak, setan terus menggoda, dunia terus berhias, dan hawa sering sekali memenangkan pertempuran.

Mereka semua telah hadir. Mereka ingin menghalangi antara seorang hamba dengan kemenangan dan kejayaannya di dunia dan di akhirat.
Mereka berempat benar-benar musuh utama kita. Jika kita mampu menguasainya (nafsu, setan, dunia, dan hawa) niscaya akan lebih mudah bagi kita untuk menguasai musuh-musuh kita dari kalangan manusia..

Sebaliknya, jika kita dikuasai oleh keempatnya, sungguh antara kita dan musuh-musuh kita tiada lagi bedanya, sama-sama bermaksiat kepada Allah .. sementara mereka masih memiliki sesuatu yang lain; kekuatan yang lebih daripada yang kita miliki.. dan jika sudah demikian, kita akan kalah menghadapi mereka.

Kalimat-kalimat yang kami tulis di sini merupakan nasehat untuk membantu di dalam usaha mengalahkan nafsu, setan, dunia, dan hawa..
Wahai saudaraku, yang kami inginkan hanyalah menunjukkan yang baik ... untuk menutup satu celah yang kami lihat... atau menambahkan yang kurang... atau menunjukkan yang makruf.
Peran kami adalah ... berkata-kata dan memberi nasehat.
Celah tidak akan pernah tertutup, kekurangan tidak akan pernah hilang, dan yang makruf tidak akan pernah terwujud… kecuali dengan amal.
Di sinilah peranmu wahai saudaraku, peran kita semua.

Tentu saja, kata-kata bukan sekedar untuk diucapkan, tetapi ia untuk dipahami ... dan diamalkan.
وَقُلِ اعْمَلُوْا فَسَيَرَى اللهُُ عَمَلَكُمْ وَرَسُوْلُهُ وَالْمُؤْمِنُوْنَ وَسَتُرَدُّوْنَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat perkerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu apa yang kamu kerjakan(at-Taubah : 105)

*taujihat dari DR Abdullah Azzam Rahimahullah


[1] Diriwayatkan oleh Muslim, Shahih Muslim bi Syarhin Nawawiy 2/37, Abu Dawud 4944, an-Nasa`iy 7/ 156, dan Ahmad dalam Musnad 4/102. Kesemuanya dari hadits Tamim ad-Dariy ra. Diriwayatkan juga dari sahabat Abu Hurairah ra oleh at-Tirmidziy 1926, an-Nasa`iy 7/157, Ahmad 2/297, dan dinyatakan shahih oleh Syekh Ahmad Syakir. Ada juga hadits dengan topik yang sama diriwayatkan dari Ibnu ‘Umar, Ibnu ‘Abbas, dan Tsauban ra. Al-Bukhariy di dalam Shahihnya, Kitabul Iman 1/137 (Fathul Bari) mencantumkannya sebagai hadits mu’allaq (tanpa sanad). Ibnu Hajar menukil dari al-Bukhariy dari kitab at-Tarikh katanya, “Tidak ada riwayat yang shahih selain dari Tamim.”
[2] Diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq sebagaimana disebut oleh Ibnu Hisyam di dalam as-Siratun Nabawiyyah 2/375 terbitan Mushthafa al-Halbiy tahun 1375 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar