Senin, 29 Oktober 2012

Tergantung diri kita

Bila ditanya, maukah kita kalau anak kita menjadi pencuri ? tentu jawabnya tidak mau. Lalu, mengapakah kita mencuri dan memberi makan anak kita makanan hasil curian ? Mencuri ‘secara langsung’ boleh jadi tidak semua orang berani melakukannya. Tapi mencurinya diatas nama jabatan dan dibalik kewenangan seringkali kita lakukan.

Bila ditanya,  sukakah anak kita menjadi perampok ? tentu jawabannya tidak suka. Lalu, mengapakah kita membesarkannya dari hasil rampokan, mengapa ? saat ini, merampok terang-terangan memang tidak kita lakukan. Tapi merampok dibalik nama besar yang kita sandang, dibalik nama suci yang masyarakat lekatkan, kerap kita lakukan.

Bila ditanya, relakah kita bila anak kita menjadi seorang penjudi atau pemabok ? jawabannya pasti tidak rela. Lalu, mengapa kita tidak berhenti memberinya makanan dari yang haram ? Mengapa ?

Dan bila ditanya, sukakah kita memiliki anak seorang pembangkang agama ? jawabnya pasti tidak suka. Lalu mengapa kita sendiri mendustakan agama kita ? kita begitu mudahnya meninggalkan shalat, begitu enteng menginggalkan puasa, begitu berat bersedekah dan enggan berzakat, kita sulit berbuat baik. Bila demikian adanya, bilakah kita memiliki anak yang takut akan kebesaran & keagungan Allah ?

Demikianlah, tidak akan pernah ada orangtua yang suka memiliki seorang anak yang berperilaku buruk, meskipun ia seorang penjahat. Tapi sayangnya, keinginan tinggallah keinginan. Apa yang ada di hati tidak tercermin di perilaku keseharian.  Padahal kita tahu, bahwa anak itu ibarat lembaran putih, akan kita beri warna apa dalam kehidupannya tergantung kita. Inilah sebagian dari pesan Rasul saw.

Mulai sekarang, jangan relakan anak-anak kita rusak oleh sikap dan kelakuan kita sendiri. Jangan biarkan anak kita rusak karena diri kita sendiri.  Apalagi kita tahu bahwa setiap tetes darah yang mengalir dan setiap kerat daging yang tumbuh dari sesuatu yang haram, maka kerusakan  dan nerakalah yang lebih pantas dan berhak  atas diri mereka.  Dan kita juga tahu, makanan yang haram akan bisa mengubah kesucian anak kita  menjadi kotor.  Semakin sering kita memberinya makanan dari yang haram, maka akan semakin kotor pula anak kita. Kadang kita gerah bila melihat anak tidak mandi, anak kotor. Tapi kita tidak pernah gelisah bila hati kita yang kotor, dan merelakan anak kita berbilas dengan sabun kotor yang didapat dari makanan kotor.

Kita termasuk orang-orang yang membiarkan anak-anak kita menjadi perampok dan pencuri, andai kita memberinya makan dari hasil curian dan hasil rampokan. Kita termasuk orang-orang yang meridhoi anak-anak kita menjadi Raja Maksiat, Biang Kerok Kemunkaran, andai kita terus menerus berada di jalan yang salah dan atau membiarkan mereka meniti titian yang rapuh. Dan kita termasuk orang-orang yang merelakan anak-anak kita memilih jalan yang sesat andai kita  abaikan pendidikan agama dan contoh yang baik untuk mereka. Anak-anak kita adalah tanggung jawab kita, karena mereka adalah amanah Allah SWT.
Wallaahu a’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar