Ruang dakwah hari ini membentang semakin lebar. Ibarat bendera, kibarannya bergerak semakin kencang. Jelas kita berhadapan dengan dua kenyataan : semakin luasnya perkembangan, dan semakin luas & besar fitnah & tantangan.
Kita bisa menetapkan dua peran dalam hal ini : menjadi pengamat sekedar berkomentar, atau produktif memberikan peran. Peran manakah yang akan kita ambil ?
Ada 2 model pertanyaan yang akan saya ajukan disini, dan saya minta antum merespon dengan memilih pertanyaan yang mana yang menurut antum yang lebih baik :
1. "Siapakah yang telah berprestasi sehingga dakwah berkembang hari ini ?"
2. Siapakah yang bertanggung jawab atas perkembangan dakwah hari ini ?"
pertanyaan yang lebih tepat bagi kader dakwah yang produktif adalah pertanyaan no 2.
Dua pertanyaan tersebut menggambarkan PERSEPSI kita dalam MEMANDANG DIRI.
Ketika dakwah kita pandang sebagai kebutuhan, maka sepesat apapun perkembangan yang dicapai tidak membuat kita menuntut penghargaan. Hal yang justru kental dalam diri kita adalah bagaimana beramal menjawab tuntutan atas perkembangan tersebut.
Mari petakan diri, berada pada persepsi seperti apakah diri kita ? inilah saatnya kita diuji dalam memaknai pemahaman amal jama'i.
Jelas kita melihat bahwa kerja dakwah kita berkembang berkali lipat. Akan tetapi faktor manusiawi seringkali menjadi jalan masuk setan melemahkan kita. Terutama saat kader dakwah berubah gaya dan penampilan dengan amanah barunya. Kita kemudian membangun pamrih dengan menghitung prestasi.
Kepada kader yang bersikap demikian, maka mari kita serukan kepadanya :"BERHENTILAH..!"
Inilah saatnya membuktikn semua komitmen dan pemahaman dakwah kita. Ingat, bahwa makin tinggi kedudukan & posisi, maka semakin kencang angin menerpa.
Sadarilah bahwa perkembangan dakwah hari ini, semua unsur-unsur dakwah mengalami tekanan 'angin' yg sama kualitasnya, dalam bentuknya masing-masing...
Maka, jangan sibukkan diri dengan menilai peran orang lain...
Ambillah peranmu, SEKARANG...dan beramallah...
Jangan pernah berhitung matematis terhadap amanah yang Allah tetapkan buat kita.
"antum sih enak, setidaknya amanah antum sekaligus bisa menyelesaikan masalah keluarga antum... lha ana..?"
komentar diatas bukanlah komentar yang tepat hari ini. Kita harus menyegarkan pemahaman kita tentang tanggung jawab dakwah. Tidak ada amanah yang enak dan tidak enak. Amanah hadir untuk kita tuntaskan amalnya, bukan untuk dikomentari.
Sebagai apapun peran kita dalam dakwah ini. Nikmatilah peran tersebut.
Pada semua bagian ruang dakwah, sesungguhnya fitnah dan mihnahnya sendiri-sendiri. Karena semua bagian ruang dakwah tersebut memiliki nilai yang sama dalam bangunan dakwah.
Kita tentu masih ingat pernyataan sejati khalifah Umar bin Abdul Aziz, ketika upacara pelantikannya : "Ketahuilah, aku bukanlah yang terbaik diantara kalian, akan tetapi aku hanya seorang laki-laki seperti kalian, namun Allah menjadikan aku sebagai org yang paling berat bebannya diantara kamu.."
Perasaan Umar tersebut adalah perasaan yang hanya bisa dimiliki oleh jiwa-jiwa yang bersatu. Ketika keistimewaan-keistimewaan amanah yang semu itu sudah tidak ada lagi, lalu digantikan oleh sifat tawadhu' dan ukhuwah, maka tidak ada yang tersisa dari kepemimpinan kecuali tinggal bebannya yang berat.
Lalu, apa bedanya jenis amanah tersebut di hadapan Allah dengan apa yg ada saat ini menjadi tanggung jawab kita...
Inilah gambaran yang seharusnya membuat kita, pada tataran 'bawah' dari jamaah ini bersyukur, karena tidak menambah panjang daftar pertanggung jawaban kita di hadapan Allah.
Semakin tinggi posisi amanah yang kita emban, hanya akan menyisakan beban yang juga semakin berat. Jika kita bisa komitmen dengan lapang dada dan melihat ikhwah kita dengan perasaan cinta karena beratnya beban tersebut, maka pergerakan dakwah ini tidak akan terbatasi oleh semua jenis penghalangan.
Tuntutan untuk mengambil peran nyata dalam dakwah hari ini adalah sebuah kemutlakan. Perputaran dakwah dengan segenap perkembangannya menyisakan tanggung jawab yang tidak ringan.
Sekaranglah saatnya kita merealisasikan jargon yang selama ini kita gaungkan :"beralih dari medan kata-kata kepada medan amal".
INilah masa akad perdagangan dengan Allah diikrarkan.
Siapakah diantara kita yg akan menjawab seruan dan penawaran Allah, "maukah Aku tunjukkan kepadamu, perniagaan yg akan menyelamatkan kalian dari azab yg pedih ..?"
Siapakah diantara kita yangg bersungguh-sungguh menggolongkan dirinya kedalam jaminan Allah :"Sesungguhnya Allah telah membeli diri dan harta sebagian dari orang mukmin dengan bayaran surga.." ?
Kita sudah lama mendiskusikan tema kader dakwah. Ratusan bahkan ribuan lembar sudah kita habiskan untuk membahas peran kader dakwah. Kini tiba saatnya kita mengamalkan semua pemahaman tersebut.
Kini, setiap detik yg kita miliki adalah masa untuk menerapkan semua konsep dakwah. Kini dihamparkan dihadapan kita ruang yg demikian besar untuk beramal. Ruang tsb membutuhkan sentuhan warna dan rasa yg kental dengan nuansa penghambaan.
Kinilah saatnya memasuki fase lanjutan, setelah semua yang kita hasilkan selama ini. Kita bersyukur kepada Allah yang memberi kita kesempatan untuk hadir dalam 'jaman kemudahan' ini. Tinggalah kita membayar kesyukuran tsb dg bersaing dalam amal dakwah...
jadi, apa lagi yg ditunggu...
ambil peranmu...sekarang, dan mainkan ...!
Lakukanlah apa yang bisa kita sumbangkan untuk mengisi ruang besar bangunan dakwah ini. Jangan pernah menganggap kecil sebuah peran. Sekecil apapun sumbangsih kita dalam dakwah ini.
Sesungguhnya Allah SWT tidak mengukur pada besar kecil peran tsb. Melainkan ikhlas dan sempurnanya kita memainkan peran tsb.
Sesungguhnya kita tidak akan ditanya "Mengapa kamu gagal?" tapi kita akan ditanya "Mengapa kamu tidak berbuat ?"
maka, sekali lagi, ambillah peranmu, SEKARANG, dan mainkanlah...!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar