Sabtu, 27 Oktober 2012

PASSION kader dakwah


Pernahkah kita bertanya mengapa ada orang yang begitu bersemangat dalam mewujudkan sesuatu? Sepertinya tidak ada kata lelah bagi orang tersebut, sesulit apapun dia akan mencari jalan keluarnya dan mewujudkannya. Dia akan memberikan yang terbaik sesuai kemampuannya. Energinya seperti tidak ada habisnya, selalu ada saja semangat maupun kreatifitas untuk menemukan cara yang terbaik untuk mewujudkannya.. Dan itulah yang disebut PASSION. Passion dalam arti sederhana berarti sebuah semangat yang besar disertai emosi yang kuat, sebuah hasrat yang membara atau burning desire, sebuah determinasi untuk memujudkan sesuatu tujuan.

mari kita perhatikan fragmen berikut : 

Ada seorang bapak yang bisa betah berjam-jam mengutak-atik mesin sebuah mobil, bahkan tidak jarang waktu weekend dia habiskan untuk memenuhi berbagai permintaan rekan-rekannya untuk membetulkan mobil-mobilnya. Atau seorang ibu yang begitu senangnya membuatkan makanan tertentu, apakah itu donat, sayur asem, atau spring roll, untuk kemudian dibagikan kepada teman-temannya. Atau ada juga seorang designer yang rela bekerja sampai larut malam bahkan sering over time tanpa disuruh atasannya, demi selesainya sebuah project. 

Ada sebuah kepuasan, ada sebuah kebahagiaan yang dirasakan oleh si bapak, si ibu ini atau si karyawan ini, ketika melihat mobilnya kembali normal, atau makanannya habis ludes tak tersisa atau designnya sukses dipamerkan. Ya, puas, senang dan bahagia. Kepuasan untuk memberi, kesenangan untuk membantu dan kebahagiaan untuk mencipta ..

-----
Saudaraku ...
Islam dengan segala kesyumuliyahan dan ketakamuliyahannya, ibarat sebuah pesawat superjumbo tercanggih yang siap landing ke sebuah landasan pacu yang kokoh. Landasan pacu itu harus dibuat dari kontruksi beton yang handal yang mampu memikul beban pesawat yang demikian beratnya. Beton yang bahan campurannya sempat dikorupsi, atau yang ketika pencetakannya kurang dari lama waktu yang seharusnya, dipastikan akan hancur, minimal mengalami retak dan berlubang ketika sang jumbo jet tersebut mendarat.

Para kader tidak ubah ibaratnya bagai landasan pacu tersebut. Di pundak merekalah bangunan Islam ini akan ditegakkan. Kita semua disatukan dalam jama’ah ini adalah dalam rangka untuk saling berbagi beban da’wah yang semakin hari semakin berat. Merancang dan mengevaluasi program kerja, mengelola struktur dan wajihah, mencetak binaan yang muntijah, mengantisipasi tarbiyah anak kader, melayani permintaan ceramah diluar belum lagi meng-ishlah permasalahan pribadi kader atau sesama kader adalah sekian dari beban-beban yang perlu dishare bersama.

Sebagaimana fragmen tentang sang bapak dan ibu diatas yang bisa bertahan untuk terus menerus melakukannya bahkan tidak jarang justru sudah sampai kepada tingkat mencari – mencari siapa sekarang yang harus dibantu, mencari siapa sekarang yang harus diberi, SubhanaLlah .... maka sesungguhnya seorang kader lebih layak dan sangat perlu kepada yang disebut passion ini. Passion yang dimaknai sebagai seperangkat perasaan atau emosi yang senantiasa menggelora dikarenakan adanya rasa nikmat, suka, dan cinta akan sesuatu.

Kita bisa bayangkan, jika seorang kader memiliki passion dalam dirinya, niscaya keinginannya untuk memberi, kemauannya untuk membantu, semangatnya untuk berkontribusi akan begitu terpancar dari sorot matanya dan dari tutur katanya serta perilakunya. 

“ Akhiy apa yang saya bisa bantu !”, “Sini, biar saya saja yang kerjakan!”, “Akhiy, antum istirahat saja, sekarang gantian ana yg antar” “ Afwan, ana tidak pandai merangkai kata-kata, tapi kalau kerja lapangan, ana ahlinya !”….
Kalimat atau ungkapan tersebut adalah sebagian kecil perumpamaan akan adanya energi dalam diri yang meluap-luap yang lahir dari sebuah passion kepada da’wah ini. Atau bisa juga berbentuk inisiatif-inisiatif melakukan aktivitas yang tidak atau belum pernah terfikirkan oleh struktur tetapi tetap sesuai dengan sasaran umum da’wah.

Saudaraku,
Khawatirilah, bahwa tanpa adanya passion ini, kita hanya akan menjalani kehidupan bersama da’wah ini sebagai sebuah beban, dan keterpaksaan, tidak jarang justru menjadi beban tersendiri bagi jama’ah ...
Diminta laporannya lupa atau tidak sempat, bekerja kalau ada komando, rapat kalau ada waktu, pertemuan selalu terlambat, diberi amanah selalu pas-pasan, buka email terkadang seminggu sekali, mau telepon atau sms nggak punya pulsa, ditugaskan mengantar ga tau jalannya .
Kalau meminjam komentar seorang ustadz, “ Apa yang bisa dibangun dari sesuatu yang sisa seperti ini .... ? “ sisa waktu, sisa tenaga, sisa pikiran.

Saudaraku ...

Sudah saatnya kita mendewasakan diri kita dalam berjama’ah ini. Da’wah ini memerlukan kreativitas dan pro-aktivitas kita dalam bekerja. Berilah yang berlebih kepada da’wah ini. Jika ada sebuah amanah, tawarkan diri ini, dan bantulah kepada mereka yang telah terlebih dahulu membuat kebajikan. Cukuplah kisah Hud-Hud dengan inisiatifnya menjadi pengingatan bagi kita semua.
Percayalah ... da’wah ini, tangannya senantiasa terbuka terhadap berbagai inisiatif, pintunya senantiasa menunggu berbagai usulan disertai keinginan untuk melakukannya. Sepanjang semua itu masih dalam koridor manhaj, kita semua dipersilahkan melakukannya...
Sekarang tinggal kita bangun suasana fastabiqul khairat diantara kita...
so, apalagi yg ditunggu ?

Wallahu a'lam.... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar