Sabtu, 27 Oktober 2012

Harmonisasi Dakwah


Setiap kita (pasti) pernah ndengerin lagu/musik/nasyid atau senandung apapun...
mengapa kita bisa menikmatinya ? jawabnya adalah : karena ada harmonisasi dalam nada2 lagu yg dimainkan...
Ketika kita ditanya tentang Baiti jannati...rumahku surgaku...mengapa surga bisa tercipta didalam rumah kita ? jawabnya : ketika ada harmonisasi..
dan lain-lain pertanyaan atas kasus yg serupa...

Dalam suatu acara, saya pernah ditanya seputar hubungan antara musik dengan dakwah...
Ketika itu, saya diminta membahas keterkaitan dakwah dengan 3 jenis alat musik : piano, gitar, dan angklung..
“kalo dakwah kita pengen produktif, kita mesti bisa belajar dari ketiga jenis alat musik tersebut..” jawabku..


Piano, secara bahasa artinya lembut...
artinya, dakwah yg kita sampaikan harus dengan cara yg lembut, sehingga nyaman diterima...
ketika kita memainkan musik ---termasuk musik vokal tentunya--- maka kita akan dapati yg disebut dg tanda2 dinamik. Ada keras, tegas, lembut, perlahan2 keras, dst
kalo kita main piano atau kibor, maka kita mesti memahami apa yg disebut SOFT TOUCH..
ada nada2 tertentu yang cara kita memainkannya berbeda...
ada yg harus ditekan dengan keras...ada juga yg cukup dg sentuhan lembut...
demikianlah dakwah ini...
tidak bisa selalu lembut...dan tidak harus keras terus...

Bagaimana dengan Gitar ?
gitar adalah salah satu alat musik bernada, yg bisa ‘memuat’ puluhan nada dengan berbagai oktaf.
umumnya, gitar terdiri dari 6 snar...dari yg kecil hingga yg besar...
masing2 snar memiliki tugas dan fungsi masing2.
snar kecil tidak bisa dijadikan utk nada rendah (bass), karena memang bukan utk itu ia ada..
pun sebaliknya...
masing2 harus berperan sesuai fungsi dan posisinya..
selain itu, agar gitar enak dimainkan, maka harus di-stemp dulu...
disinilah harmonisasi itu dituntut...
ketika snar paling bawah harus berposisi sebagai nada 'MI' dg oktaf tiniggi, maka ia harus tetap di posisi tsb...ga boleh ia naik ke nada yg lebih tinggi lagi, meski ia mampu melakukannya...
sebab kalo ia naik ke yg lebih tinggi, maka akan terjadi disharmoni...dan tentunya akan merusak output yg ada...
ketika snar2 tsb setia dalam posisinya, maka akan terciptalah harmonisasi. Sehingga akan menghasilkan keindahan dan kenikmatan, baik bagi yg memainkan, maupun yg mendengarkan...

demikian dengan dakwah ini...
masing2 sudah punya posisi dan peran masing2..
ketika semuanya memainkan peran dg baik, maka akan terciptalah harmonisasi. Sehingga akan menghasilkan keindahan dan kenikmatan.

Lalu, bagaimana dengan angklung ?
memainkan angklung adalah potret harmonisasi dan amal jama’i yg sempurna..
sebagaimana kita tahu, bahwa angklung hanya ada/menghasilkan satu nada..
untuk memainkan sebuah lagu, kita ga bisa hanya memainkan satu angklung saja, karena ga ada lagu yg terdiri dari satu nada...
secanggih apapun sebuah angklung, tetap saja ia hanya menghasilkan satu nada saja.
Dalam sebuah ensambel (kelompok musik) angklung, biasanya satu orang hanya bertanggung jawab atas satu nada...sehebat apapun dia..
dan ia pun harus fokus konsentrasinya...sebab, ketika salah memainkan, maka ia bisa merusak kelompok musik tsb...

begitulah dakwah...
sehebat apapun kita, maka kita ga bisa berbuat banyak karena kita hanya bisa memainkan satu nada...Kita juga ga bisa seenaknya sendiri memainkan nada tersebut, karena bisa merusak tatanan yg ada...
Kita butuh komunitas atau jamaah utk bisa menciptakan harmonisasi...karena harmonisasi tidak akan pernah tercipta dengan single fighter..

pastinya, setiap kita berharap agar dakwah ini kan tetap langgeng dan terus berkembang. Tapi kita juga menyadari, bahwa hal tersebut tidak bisa secara ujug-ujug terjadi. Sebab, persoalan-persoalan internal maupun eksternal seringkali menjadi duri dalam dakwah.
Disinilah kematangan tarbawiyah kita diuji, yaitu bagaimana kita menyikapi dengan bijak persoalan yg terjadi, menyelesaikannya tanpa menimbulkan masalah yg baru.
Kita harus melakukan apa yg disebut PART OF SOLUTION, bukan part of problem...

Utk itu, harmonisasi mutlak dibutuhkan.
Sebaik apapun sebuah pergerakan, jika diantara unsur2nya terdapat friksi2 yg ‘liar’, maka pergerakan tersebut bisa menjadi retak.
kita harus melakukan harmonisasi sebagai upaya mengoptimalkan potensi masing-masing lini da’wah dan mengefektifkan sinergi antar lembaga. harmonisasi mencakup pembagian atau kerjasama peran, bidang garap, isu, obyek da’wah dan hal-hal lain, sehingga tercegah kondisi tumpang tindih, kesenjangan atau saling memperlemah antar elemen dakwah

“Ketika sibuk, bukan kuantitas amanah yang mesti dikurangi, tetapi kualitas dirilah yang harus dibenahi.”
demikian prinsip harmonisasi yg mesti ada di setiap diri kita...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar