Seringkah kita mengucapkan APA KABAR kepada seseorang yang kita temui ?Apa kabar ---yang dalam bahasa arabnya Kaifa Haaluk—adalah kalimat yang sering terucap oleh lisan kita dikala bertemu seseorang, sekedar menanyakan tentang keadaannya, dan kalimat itu senantiasa tertuju kepada pihak kedua (kamu/engkau) : apa / bagaimana kabarmu ?
Namun, dalam kesempatan ini, saya ingin mengajak antum semua untuk menggunakan pertanyaan APA KABAR ini untuk diri kita masing-masing, untuk menanyakan diri kita : Apa kabar wahai diriku ?
Setiap kita tentu sangat mengenal kondisi diri kita masing-masing, sebagaimana firman Allah : “ Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri” (Al Qiyamah 14).
Dan dengan pengetahuan yang cukup akan diri kita, maka jawablah wahai diriku…
Kaifa haaluk ya nafsiy ? apa kabar wahai diriku… ?
masihkah kekuatan iman menghujam dalam jiwamu ?
Apa yang menghalangimu untuk menambah iman ?
Apa yang memberatkan langkahmu datang ke majelis-majelis iman ? Apakah engkau sudah merasa yakin wahai diriku, bahwa engkau akan selamat di hadapan Allah kelak hanya dengan prestasi ala kadarnya ? Masihkah ada komitmen dengan janji-janji yang engkau ikrarkan setiap hari di hadapan Rabbmu, bahwa Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanya untuk Allah ?
ataukah seluruh potensi dan waktumu hanya engkau habiskan untuk membangun kebesaran dunia ? jawablah wahai diriku….
Andaikata seluruh rangkaian hidupmu engkau catat sendiri, dan di penghujung tahun ini engkau audit buku hidupmu, niscaya engkau akan temui wahai diriku :
Betapa banyak amanat yang tidak tertunaikan...
Betapa banyak kewajiban yang terlantar...
Betapa banyak hak-hak yang terabaikan..
Betapa banyak nikmat yang terkufuri..
Betapa banyak ibadah yang sia-siadan betapa banyak…..
Dengarlah wahai diriku, firman Allah SWT : Iqra Kitaabak, kafaa binafsikal-yauma ‘alaika hasiiba… (bacalah catatanmu, maka cukuplah dirimu yang akan menghitung amalmu)
Apa kabar wahai diriku…? lihatlah ummat di sekelilingmu telah menunggumu..! Adakah uluran tangan kebaikanmu telah menyentuh saudaramu ? Adakah sepatah kata tausiyahmu telah terucap ? Adakah perbuatanmu dan titahmu telah menjadi qudwah dan pendorong kebaikan ? Adakah ilmumu telah menerangi saudaramu dari kegelapan ? Adakah tampilan akhlak baikmu telah menjadi cermin bagi saudaramu ?
Ataukah kamu…wahai diriku…sampai saat ini dan detik ini…masih sibuk dengan diri sendiri ?Apakah belenggu kesibukan dunia menghimpitmu sedemikian rupa sehingga engkau tak sempat berbuat apa-apa ?
Apa kabar wahai diriku…Sudah saatnya engkau menatap luasnya cakrawala kehidupan yang sesungguhnya…tiba saatnya engkau memerdekaan diri dari belenggu diperbudak dunia…
Sudah saatnya engkau membebaskan diri dari kejahatan sistem hidup yang mengitarimu menuju keadilan sistem Islam….sudah saatnya wahai diriku…engkau berbicara dan berbuat agar ada perubahan….
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (Ar Ra’du 11)
Wallaahu a’lam.
gerimis... mksh ust... baarakallaahu fiyk...
BalasHapus