Hudzaifah
ra berkata, Rosulullah SAW bersabda pada suatu malam di perang Khondak (Ahzab)
kepada para sahabatnya : 'Siapa diantara kalian yang mau melakukan pengintaian
untuk melihat kondisi pasukan Quraisy dan koleganya kemudian kembali untuk
memberitahukan kondisi mereka, maka saya akan memohon kepada Allah untuk
menjadinya teman saya di surga?'. Tiada satupun diantara para sahabat yang
bersegera melaksanakan permintaan Rosulullah karena katakutan, kelaparan dan
kedinginan yang luar biasa.
Tatkala Rosulullah SAW memperhatikan tak
satupun diantara para sahabatnya menyambut seruan dan jaminannya maka Rosulullah
SAW memanggil saya namun saya tidak bersegera menyambut panggilan Rosulullah
SAW. Kemudian Rosulullah SAW memanggil saya kembali dan bersabda : 'wahai
Hudzaifah, berangkatlah dan menyusuplah di tengah pasukan musuh serta
selidikilah apa yang mereka lakukan dan ingat jangan melakukan sesuatu tindakan
sampai kembali kepadaku dan mengabarkan hasilnya !'. Maka saya berangkat dan
menyusup ditengah-tengah musuh yang sedang mendapatkan serangan hebat berupa
angin kencang dan tentara Allah lainnya.
Terdengar suara Abu Sofyan
berkata : 'Wahai kaum Quraisy, setiap kalian coba tanya siapa teman disampingnya
?' maka saya segera memegang tangan laki-laki yang berada di sebelah kanan dan
kiri saya dan bertanya : 'siapa kamu ?' maka seorang diantara mereka menjawab :
Mua'awiyah bin Abi Sofyan' dan lainnya menjawab : 'Amru bin 'Ash '. lalu Abu
Sofyan berkata : kembalilah kalian ke Makkah karena saya akan kembali !'.
Kemudian Hudzaifah melanjutkan ceritanya : 'Kalau saja tidak ada
perjanjian antara saya dengan Rosulullah SAW untuk tidak melakukan sesuatu
sampai datang ke Rosulullah SAW tentu aku akan membunuh Abu Sofyan dengan
panahku.'
Maka Hudzaifah ra kembali ke Rosulullah SAW dan memdapatkan
beliau sedang melakukan sholat. Setelah beliau selesai menunaikan sholat maka
saya kabari kondisi musuh dan apa yang mereka lakukan.
Kisah ini
menunjukan akan urgennya keindhibathan dan keiltizaman terhadap tugas yang
dibebankan seorang Qoid (pemimpin) kepada junudnya (tanpa melakukan ijtihad)
walaupun ijtihad yang dilakukan dapat memberikan suatu manfaat.
Bila
kita melirik dan bertanya kepada kondisi kita apakah kita sudah indhibath
terhadap segala aktivitas yang kita lakukan baik skala individu maupun jama'i?
contoh kecil adalah masalah waktu.
Bagi setiap kader dakwah dituntut
untuk indhibath dalam setiap detik dari waktu yang Allah berikan kepadanya plus
waktu saudaranya. Berapa banyak bila kita menyia-yiakan waktu yang berakibat
hilangnya kemaslahatan, rusak dan gagalnya suatu rencana dan target ? bahkan
berapa banyak perjuangan yang hancur di kalahkan musuh karena teledor dalam
pensiasatan waktu ? gagal dan lalainya seorang ikhwah/akhwat dalam pengaturan
waktu dan aktivitasnya maka secara langsung ataupun tidak langsung akan
mempengaruhi gerak dan perjalanan kereta dakwah.
Bukankah kita adalah
satu badan, yang mana bila salah satu anggota tubuh sakit maka anggota tubuh
lainnya akan merasakan sakit? Bukankah kita terikat dengan amal jama'i yang satu
dengan lainnya saling menopang dan melengkapi? Kalau diperumpamakan membangun
suatu bangunan maka masing-masing pekerja memiliki tugas dan peranan tersendiri.
Bila saja salah seorang pekerja kurang cermat dalam menentukan ukuran
dan takaran bahan bangunan maka akan menimbulkan efek yang negatif terhadap
bangunan tersebut baik cepat ataupun lambat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar