Senin, 10 Desember 2012

Jangan Remehkan Kuantitas



 
Saudaraku,
sering kita berfikir bahwa dalam melaksanakan aktifitas da’wah, maka faktor kualitas lah yang menjadi ukuran, bukan kuantitas.
Entahlah, mungkin kesimpulan tersebut muncul sebagai ‘alasan pembenaran’ karena kita tidak mencapai target rekrutmen yang ditetapkan.


Sebagian diantara kita memang ada yang berhasil mencapai target yang ditetapkan, bahkan melebihi dari target, sebagian lagi sesuai dengan target,  dan sebagian yang lain lagi ada yang tidak mencapai target.

Semoga diantara kita tidak ada yang masuk golongan atau kelompok keempat, yaitu kelompok yang tidak bekerja sama sekali, bahkan selalu berkeluh kesah dengan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.

Kebijakan umum suatu jamaah da’wah adalah adanya penumbuhan
jumlah dan peningkatan kualitas kader da’wah.
Ini membuat agenda tarbiyah menjadi lebih besar dan berat.

Namun bukan berarti tidak mungkin.
Selama ikhtiar da’awi kita selaras dengan sunnah syar’iyyah
dan sunnah kauniyah, hal-hal yang berat dalam pandangan
sebagian manusia menjadi ringan karena pertolongan Allah SWT.

Kualitas tentu saja harus mendahului kuantias. 
Ketika kualitas kader baik, maka mudah untuk memompa kuantitas.

Perlu juga dipahami kembali bahwa da’wah kita adalah harakah nukhbawiyah, artinya da’wah yang menempatkan kader sebagai aset utama gerakan
dan sebagai ujung tombak terdepan seluruh aktifitas da’wah.

Ketika da’wah harus mampu menjangkau dan menggerakkan seluruh unsur masyarakat, maka pembesaran jumlah kader
sebagai anashir  da’wah menjadi mutlak diperlukan.

Dan ketika misi da’wah juga harus mampu menghasilkan
perubahan-perubahan besar di berbagai aspek kehidupan,
maka peningkatan kualitas kader menjadi suatu keniscayaan.

Perpaduan antara aspek kuantitas dan kualitas inilah
yang digambarkan Allah SWT dalam ayat :
Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya yang bertaqwa (rabbaniyyin), mereka tidak menjadi lemah
karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah,
dan tidak lesu dan tidak pula menyerah kepada musuh.
Allah menyukai orang-orang yang sabar (3/146)

Benarkah kuantias atau jumlah tidak penting dalam aktifitas da’wah ?

Tulisan berikut ini mencoba membuat analisis tentang pentingnya kuantitas tersebut.  Semoga tulisan ini bisa bermanfaat buat kita semua, sehingga semboyan “Banyak dalam Kuantitas, Baik dalam Kualitas” bisa kita capai, insya Allah.
 

Setiap nabi telah menyelesaikan tugasnya dengan baik. Ada nabi dan rasul yang ajarannya berumur panjang, tetapi ada juga nabi yang ajarannya hanya sebatas umur sang nabi. Salah satu rahasianya adalah jumlah pengikut yang menyertai mereka. Semakin banyak pengikutnya, kemungkinan ajarannya berumur panjang akan semakin besar.

Yusuf Qordhowi dalam fiqh prioritas menjelaskan bahwa memrioritaskan kualitas memang harus didahulukan daripada kuantitas, akan tetapi bukan berarti kuantitas sama sekali tidak penting. Banyaknya kader juga sangat berpengaruh pada percepatan perkembangan Islam diawal2 kekhalifahan, tentu kader yg dimaksud adalah kader yang berkualitas.

Nabi Yusuf AS meraih tangga kekuasaan memang bukan dengan keperkasaan kuantitas maupun kualitas pengikut, akan tetapi lebih mengandalkan integritas kepribadian yang beliau miliki disamping mengandalkan mukjizat-mukjizat Allah. Integritas kepribadian yang memancar itulah kemudian mampu menarik perhatian sang Raja Mesir untuk mengangkat beliau sebagai bendahara kerajaan untuk kemudian secara aklamasi beliau diangkat menggantikan sang raja.

Nabi Musa AS adalah sosok aktivis gerakan yang mengalami berbagai cobaan yang luar biasa. Integritas pribadinya mampu meluluhkan tukang sihir kerajaan bersimpuh memohon ampunan kepada Allah. Pun juga mampu membebaskan Bani Israel yang mengikuti beliau dari cengkeraman Fir'aun. Sayangnya pengikut yang besar tersebut tidak memiliki kualitas yang memadai untuk menjadi bangsa yang besar. Lihatlah ketika beliau hendak memasuki negeri yang dijanjikan Allah.

21. Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.

22. Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya."

23. Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman."

24. Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja."  (QS. Al-Maidah)

Itulah sebabnya Allah menghukum bani israel selama 40 tahun berputar-putar dan tidak mampu memasuki negeri tersebut.

Dan mungkin karena itulah Allah tidak mentakdirkan musa menjadi raja pada episode berikutnya.

Dakwah Muhammad SAW adalah gabungan dari banyak hal, dan apa-apa yang tertulis disini tentu lebih sedikit dari gabungan tersebut. Dakwah beliau adalah gabungan dari integritas pribadi yang luar biasa, banyaknya pengikut beliau, kualitas kader yang handal, juga pelipatgandaan jumlah yang luar biasa, artinya, selain didukung oleh kualitas, juga kuantitas pengikutnya.

Dalam sejarah manajemen, seringkali muncul pemimpin yang handal ketika dalam kondisi krisis. Dan krisis yang cukup rumit adalah politik, sedangkan yang paling rumit adalah perang. Lihatlah bagaimana rasulullah mengelola krisis yang paling rumit tersebut, beliau mampu memunculkan kader yang siap mati, bukan hanya siap merekrut orang serta menyadarkan orang.


Ketika Nabi kita memimpin operasi militer  pada Perang Badar di tahun kedua Hijrah (624 M) kekuatan pasukannya masih terdiri dari 313 dengan perlengkapan  tidak memadai dan 3 ekor kuda .
Setahun kemudian ketika terjadi Perang Uhud armada tempur beliau sudah berjumlah 700 orang dengan 100 orang diantaranya telah mengenakan  pakaian perang lengkap serta dilengkapi dengan 50 pasukan berkuda dan 50 pasukan pemanah

Dari data itu kita dapat hal yang luar biasa, 1 tahun kepemimpinan Rasulullah mampu meningkatkan jumlah kadernya menjadi 100% lebih. (silahkan dikoreksi jika data salah)

Pada saat terjadi Perang Ahzab ditahun 627 M (3 tahun setelah perang uhud) armada tempur yang beliau  pimpin sudah berkekuatan 3000 orang. Ini berarti kader  beliau meningkat menjadi 425% selama periode itu.
Dan ketika Mekkah ditaklukkan pada Perang Fathu Makkah di tahun 630 M (tiga tahun setelah perang ahzab) beliau secara menakjubkan telah memimpin pasukan sebanyak 10.000 orang
Lalu dua bulan setelah Perang Fathu Makkah, yaitu pada Perang Hunain beliau telah memiliki kekuatan militer sebanyak 12.000 orang .  Walaupun pada perang ini  kekacauan melanda  ummat islam karena terlalu menyombongkan jumlah, tetapi kader rasulullah yang mengikuti perang ini banyak  yang sangat berjasa pada perkembangan Islam pada periode berikutnya. Mereka telah mengambil pelajaran berharga dari kekacauan mereka di Hunain. Kita pilih kata kekacauan, bukan kekalahan, karena pada akhirnya perang Hunain dimenangkan oleh Rasulullah dengan korban yang cukup banyak.

Saudaraku... peningkatan jumlah tersebut adalah tanpa menghitung Sahabat Rasulullah yang syahid di berbagai medan tempur tersebut. Dan kemampuan melipatgandakan SDM pada situasi perang tentu jauh lebih rumit dibanding situasi aman.

Tatkala Makkah sudah ditaklukkan, 2 tahun kemudian pada haji wada', berkumpul sejumlah sahabat yang mendengarkan khutbah beliau sekitar 100 ribu orang dengan keunggulan SDM dan spesialisasi di bidangnya masing-masing. Sungguh sebuah pelipatgandaan jumlah yang sulit ditiru.    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar