Tahukah kita seberapa besar kekuatan do’a di
saat-saat genting?
Situasi genting yang paling genting, adalah saat para pejuang Allah swt menghadapi kekuatan musuh Allah swt yang lebih besar secara materil.
Kegentingan yang pernah dialami hampir oleh para Rasul Allah swt, tak ter kecuali Rasulullah Muhammad saw.
Bayangkanlah kegentingan yang dialami Nabiyullah Musa as saat ia dan kaumnya dikejar Fir’aun dan bala tentaranya, sampai terpojok di tepi laut. Perhatikanlah bagaimana kegentingan ini digambarkan oleh Al-Qur’anul Karim. “Maka, ketika kedua kelompok itu saling melihat, berkatalah pengikut Musa , “Sungguh kita akan benar-benar tersusul.” Musa menjawab, “Sekali-kali tidak, sesungguhnya Tuhanku menyertaiku. Dia akan memberi petujuk kepadaku.” (QS.Asy Syu ’ara:62).
Betapa kegentingan dan kengerian menyergap hati kaum Bani Israel yang saat itu dipimpin Musa as. Tapi Musa as memiliki keyakinan dan ketergantungan yang kuat dengan Allah swt. Ia yakin, Allah pasti membelanya. Ia yakin, bahwa tak ada yang memiliki kekuatan kecuali Allah swt.Musa as, begitu dekat dengan Allah swt.
Situasi genting yang paling genting, adalah saat para pejuang Allah swt menghadapi kekuatan musuh Allah swt yang lebih besar secara materil.
Kegentingan yang pernah dialami hampir oleh para Rasul Allah swt, tak ter kecuali Rasulullah Muhammad saw.
Bayangkanlah kegentingan yang dialami Nabiyullah Musa as saat ia dan kaumnya dikejar Fir’aun dan bala tentaranya, sampai terpojok di tepi laut. Perhatikanlah bagaimana kegentingan ini digambarkan oleh Al-Qur’anul Karim. “Maka, ketika kedua kelompok itu saling melihat, berkatalah pengikut Musa , “Sungguh kita akan benar-benar tersusul.” Musa menjawab, “Sekali-kali tidak, sesungguhnya Tuhanku menyertaiku. Dia akan memberi petujuk kepadaku.” (QS.Asy Syu ’ara:62).
Betapa kegentingan dan kengerian menyergap hati kaum Bani Israel yang saat itu dipimpin Musa as. Tapi Musa as memiliki keyakinan dan ketergantungan yang kuat dengan Allah swt. Ia yakin, Allah pasti membelanya. Ia yakin, bahwa tak ada yang memiliki kekuatan kecuali Allah swt.Musa as, begitu dekat dengan Allah swt.
Mari kita lihat lagi jejak para pejuang di jalan Allah swt yang ditinggalkan
dalam lembar-lembar sejarah. Kita ingin mengetahui dan turut merasakan bagaimana
kedudukan keyakinan dan do ’a kepada Allah sebagai senjata paling ampuh hingga
kemenangan berhasil mereka raih.
Di malam senyap dan gelap. Malam peperangan Badar Kubro. Para sahabat radhiallahuanhum tertidur. Kecuali Rasulullah saw sedang terjaga dan shalat di samping sebuah pohon. Ia berulangkali sujud dengan mengatakan, “Yaa hayyu yaa Qayyuuum... (Wahai Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri) Rasulullah saw terus menerus mengulang-ulang ucapan itu, agar Allah swt mendatangkan kemenangan pada kaum beriman. (Al Bidayah wa An Nihayah , 5/82). Seperti itulah keyakinan berpadu permohonan yang sangat dari seorang Rasulullah saw saat menghadapi suasana genting. Lalu, ketika melihat pasukan Quraisy, ia mengatakan, “Ya Allah inilah Quraisy telah datang dengan kesombongan dan kepongahannya. Mereka mendustai Rasul-Mu. Ya Allah timpakanlah bencana kepada mereka esok. (Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, 3/168)
Umar bin Khattab meriwayatkan, detik-detik pecahnya pertempuran di Badar, Rasulullah saw memandang para sahabatnya yang berjumlah tiga ratusan orang. Lalu ia melihat barisan kaum Musyirikin yang jumlahnya lebih dari 1000 orang. Utusan Allah swt itu bersabda, “Ya Allah, berikanlah kepadaku apa yang Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau musnahkan kelompok Islam ini, Engkau tidak lagi disembah di muka bumi selamanya.” Kata Umar,, Rasulullah saw terus menerus berdoa sampai selendangnya terjatuh dari pundaknya. Abu Bakar ra yang memungutnya mengatakan, “Wahai Nabi Allah, cukup sudah do ’amu kepada Allah swt. Dia pasti memberimu apa yang dijanjikan kepadamu...” (HR.Ahmad)
Pernahkah kita mendengar kisah Nu ’man bin Maqran? Seorang pejuang Islam yang memimpin peperangan melawan Persia. Ketika itu, pasukan Islam telah berminggu- minggu mengepung benteng Persia yang kokoh karena pertahanannya melewati parit parit. Nu ’man berdiskusi dengan komandan perangnya. Mereka merumuskan strategi untuk memancing pasukan Persia keluar dari parit-parit mereka. Caranya, pasukan Islam berpura-pura lari meninggalkan medan tempur sampai jika orang-orang Persia keluar dari parit, barulah pasukan Islam berbalik menyerang mereka. Nu ’man sepakat dengan strategi ini. Ia mengatakan kepada rekan-rekannya, “Nanti akulah yang akan meneriakkan takbir tiga kali. Jika kalian mendengar teriakan takbir ketiga, berarti saat itulah kalian mulai peperangan.” Setelah itu, Nu ’man pergi ke salah satu tempat dan berdo ’a kepada Allah swt dengan mengatakan, “Ya Allah, muliakanlah agamamu, menangkanlah hamba-Mu. Ya Allah aku memohon kepada-Mu agar mataku sejuk dengan kemenangan yang menjadikan Islam mulia, dan matikanlah aku dalam keadaan syahid.” Orang-orang yang mendengar do ’a Nu ’man menangis. Mereka sama-sama larut dalam munajat dan do ’a dengan penuh khusyu ’ dan tunduk.
Di malam senyap dan gelap. Malam peperangan Badar Kubro. Para sahabat radhiallahuanhum tertidur. Kecuali Rasulullah saw sedang terjaga dan shalat di samping sebuah pohon. Ia berulangkali sujud dengan mengatakan, “Yaa hayyu yaa Qayyuuum... (Wahai Yang Maha Hidup dan Maha Berdiri) Rasulullah saw terus menerus mengulang-ulang ucapan itu, agar Allah swt mendatangkan kemenangan pada kaum beriman. (Al Bidayah wa An Nihayah , 5/82). Seperti itulah keyakinan berpadu permohonan yang sangat dari seorang Rasulullah saw saat menghadapi suasana genting. Lalu, ketika melihat pasukan Quraisy, ia mengatakan, “Ya Allah inilah Quraisy telah datang dengan kesombongan dan kepongahannya. Mereka mendustai Rasul-Mu. Ya Allah timpakanlah bencana kepada mereka esok. (Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, 3/168)
Umar bin Khattab meriwayatkan, detik-detik pecahnya pertempuran di Badar, Rasulullah saw memandang para sahabatnya yang berjumlah tiga ratusan orang. Lalu ia melihat barisan kaum Musyirikin yang jumlahnya lebih dari 1000 orang. Utusan Allah swt itu bersabda, “Ya Allah, berikanlah kepadaku apa yang Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika Engkau musnahkan kelompok Islam ini, Engkau tidak lagi disembah di muka bumi selamanya.” Kata Umar,, Rasulullah saw terus menerus berdoa sampai selendangnya terjatuh dari pundaknya. Abu Bakar ra yang memungutnya mengatakan, “Wahai Nabi Allah, cukup sudah do ’amu kepada Allah swt. Dia pasti memberimu apa yang dijanjikan kepadamu...” (HR.Ahmad)
Pernahkah kita mendengar kisah Nu ’man bin Maqran? Seorang pejuang Islam yang memimpin peperangan melawan Persia. Ketika itu, pasukan Islam telah berminggu- minggu mengepung benteng Persia yang kokoh karena pertahanannya melewati parit parit. Nu ’man berdiskusi dengan komandan perangnya. Mereka merumuskan strategi untuk memancing pasukan Persia keluar dari parit-parit mereka. Caranya, pasukan Islam berpura-pura lari meninggalkan medan tempur sampai jika orang-orang Persia keluar dari parit, barulah pasukan Islam berbalik menyerang mereka. Nu ’man sepakat dengan strategi ini. Ia mengatakan kepada rekan-rekannya, “Nanti akulah yang akan meneriakkan takbir tiga kali. Jika kalian mendengar teriakan takbir ketiga, berarti saat itulah kalian mulai peperangan.” Setelah itu, Nu ’man pergi ke salah satu tempat dan berdo ’a kepada Allah swt dengan mengatakan, “Ya Allah, muliakanlah agamamu, menangkanlah hamba-Mu. Ya Allah aku memohon kepada-Mu agar mataku sejuk dengan kemenangan yang menjadikan Islam mulia, dan matikanlah aku dalam keadaan syahid.” Orang-orang yang mendengar do ’a Nu ’man menangis. Mereka sama-sama larut dalam munajat dan do ’a dengan penuh khusyu ’ dan tunduk.
Allah swt mengabulkan do ’a mereka. Kaum Muslimin diberikan kemenangan oleh
Allah swt dengan kemenangan yang luar biasa. Allah swt juga mengabulkan do ’a Nu
’man bin Maqran karena dialah prajurit pertama yang syahid di medan perang
ketika itu. (Al Bidayah wa An Nihayah, 7/89) Seorang sahabat ada yang bernama
Qutaibah bin Muslim dan Muhammad bin Wasi ’. Ibnul Jauzi dalam Shifatu Shafwah
menceritakan pengalaman keduanya menjelang peperangan meletus. Tiba-tiba
Muhammad bin Wasi ’ menghilang dari barisan. Qutaibah lalu memerintahkan
pasukannya melihat siapa yang ada di dalam masjid. Pasukannya mengatakan, “Tak
ada seorangpun kecuali Muhammad bin Wasi ’. Ia sedang mengangkat jari-jarinya.”
Qutaibah mengatakan,, “Jari-jarinya yang terangkat itu lebih aku sukai daripada
tiga puluh ribu pemuda yang kuat dengan pedang terhunus.”
Bagaimana kedudukan dan kekuatan do ’a dalam pandangan para salafushalih.
Lihatlah lagi saudaraku, bagaimana Shalahuddin Al Ayyubi, tokoh pahlawan
pembebas Al Quds dari tangan pasukan salib. Dikisahkan, “Shalahuddin, ketika
mendengar pasukan salib berhasil mendesak kaum Muslimin, ia tersungkur sujud
kepada Allah swt sambil berdo ’a, “Ya Allah aku telah terputus dari sebab-sebab
bumi untuk memenangkan agama-Mu. Tak ada yang tersisa kecuali menyerahkan
semuanya kepada-Mu, sambil tetap berpegang pada ajaran-Mu dan bersandar pada
karunia-Mu. Engkaulah Peno-longku dan sebaik-baik Pelindung.” Dalam sujudnya itu
ia menangis dan air matanya masih menitik di antara janggut hingga membasahi
sajadahnya. Dan ketika itulah Allah swt menurunkan kemenangan pasukan Islam atas
pasukan salib.
Saudaraku,
Beristighfarlah dan ucapkan bulir-bulir do ’a untuk Saudara2 kita... di Palestina dan dimanapun mereka berada. Getarkan langit dengan untaian2 doa kita...
kirimkan do'a kita untuk para pejuang kebenaran di mana pun berada.
Sekarang...
Ucapkanlah D o ’a itu....Sekarang..
Beristighfarlah dan ucapkan bulir-bulir do ’a untuk Saudara2 kita... di Palestina dan dimanapun mereka berada. Getarkan langit dengan untaian2 doa kita...
kirimkan do'a kita untuk para pejuang kebenaran di mana pun berada.
Sekarang...
Ucapkanlah D o ’a itu....Sekarang..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar