Rabu, 12 Desember 2012

ketika Thariq bin Ziyad Membakar Kapal

Thoriq bin Ziyad adalah penakluk Spanyol. Kisah penaklukannya sungguh bisa kita jadikan suri teladan. Penaklukan Spanyol diawali pada Senin, 3 Mei 711 M. Saat itu Thoriq bin Jiyad membawa serta 7.000 anggota pasukan menyeberangi selat yang membelah benua Afrika dan Eropa dengan armada kapal.

Setelah mendarat, Thoriq mengumpulkan seluruh anggota pasukannya di sebuah bukit karang yang kini dikenal sebagai "Gibraltar" (Jabal Thoriq = bukit Thoriq—Arab). Dari bukit karang inilah Thoriq bin Ziyad memerintahkan pasukannya membakar seluruh armada kapal yang baru saja mereka gunakan menyeberangi selat Afrika-Eropa.

Sang Panglima gagah berani ini pun memberi pengarahan kepada seluruh anggota pasukannya, "Wahai seluruh pasukan, ke mana lagi kalian akan lari? Di belakang kalian laut, dan di depan kalian adalah musuh. Demi Allah, satu-satunya milik kalian saat ini hanyalah kejujuran dan kesabaran. Musuh dengan jumlah besar dan persenjataan lengkap telah siap menyongsong kalian. Sementara senjata kalian adalah pedang.”

Ya, Thoriq bin Ziyad melakukan perbuatan yang tidak umum. Membakar kapal. Cara itu dipilih Thoriq bin Ziyad dengan maksud agar pasukannya tidak lari dari medan tempur. Pasukan yang hanya berjumlah tujuh ribu itu ternyata mampu mengalahkan seratus ribu pasukan Raja Roderic, raja terakhir Hispania (sekarang Iberia) yang berasal dari bangsa Visigoth, yang terkenal lalim dan sombong.

Membakar kapal, seperti yang dilakukan Thoriq bin Ziyad mengandung banyak makna.

Pertama, bila ingin memenangkan persaingan dalam kehidupan jangan pernah punya rencana untuk ’lari dari gelanggang’. Seberat apapun problema, persaingan, dan tantangan yang ada harus kita hadapi. Ingatlah pepatah yang mengatakan “pelaut ulung takkan lahir di laut yang tenang”.

Orang-orang yang hebat takkan lahir dari sebuah situasi tanpa tantangan dan cobaan.

Kedua, jangan silau dengan kesuksesan masa lalu. Armada kapal yang ditumpangi Thoriq bin Ziyad dan pasukannya telah mampu mengantarkan mereka sampai di daratan Spanyol. Misi itu, adalah misi yang luar biasa. Sebab ketika itu alat transportasi belumlah secanggih sekarang. Ketika ’dunia’ yang dihadapi kemudian berubah menjadi daratan, Thoriq bin Ziyad tak terlena mengagumi kapal-kapal laut yang telah menyeberangkan mereka.

Ketiga, singkirkan comfort zone. Bila kapal tetap ada, mental bertempur pasukan tentu akan lemah. Boleh jadi sebagian pasukan akan berpikir “Ah bila kita terdesak, kita bisa kembali ke negeri kita dengan kapal ini. Tenang saja”

Dunia berubah sangat cepat. Tantangan yang kita hadapi juga makin kompleks. Bila kita tak ingin dilindas jaman, segeralah ’Bakar “Kapal” Anda’. Lalu bertempur dan bersainglah dengan cara satria.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar