Rabu, 12 Desember 2012

Kemuliaan Madrasah Ibtila (ujian)



  
Saudaraku, jika Kita dapat bersabar dalam menghadapi masa-masa yang sulit dan penuh kengerian, jika Kita dapat bertahan di atas kebenaran, menghadapi ujian demi ujian, sungguh itu saja merupakan suatu kemuliaan. Sebab dengan begitu, Kita telah menjadi salah seorang alumnus Madrasah Ibtila` nan agung. 


Madrasah yang telah mendidik dan mencetak tokoh-tokoh dengan tarbiyah khusus sehingga tatkala mereka lulus darinya, mereka telah menjadi emas murni tanpa campuran. Jiwa mereka menjadi jernih, hati mereka menjadi bening, dosa-dosa mereka telah berguguran, dan taubat mereka telah diterima. Mereka khusyu’, tunduk, dan berserah diri kepada Rabb mereka. Mereka bertawakkal kepada-Nya dengan sebenar-benar tawakkal dan mereka kibaskan tangan mereka terhadap selain-Nya.
Barangsiapa berhasil lulus dari Madrasah Ibtila` ini, niscaya akan menjadi salah seorang imam dalam dien dan pemimpin yang membawa petunjuk.

وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِئَايَاتِنَا يُوقِنُونَ

Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar.Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami. (as-Sajdah : 24)

Dari Madrasah Ibtila` ini telah lulus ‘Ammar bin Yasir, Bilal bin Rabah, Shuhaib, Salman, Khabbab bin Arat, Khubaib bin ‘Adiy, dan sahabat-sahabat yang lain.
Dari Madrasah ini pula telah lulus Sa’id bin Jubair, Malik bin Anas, Abu Hanifah, dan seorang murid terhebat yang selanjutnya menjadi guru terhebat pula di Madrasah ini, Imam Ahmad bin Hambal.

Dari Madrasah ini pulalah Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim, as-Sarakhsiy, dan para ulama amilin mujahidin fi sabilillah berasal.

Maka, menjadi salah satu alumnus Madrasah megah ini merupakan satu kebanggaan bagi Kita, wahai saudaraku. Madrasah yang pelopornya dan gurunya yang pertama adalah Rasulullah saw. Beliau yang telah bersabda,

أُوْذِيْتُ فِي اللهِ وَمَا يُؤْذَى أَحَدٌ

Aku sudah dianiaya di jalan Allah ketika belum seorang pun dianiaya.[1]



[1] Diriwayatkan oleh at-Tirmidziy 2472, Ibnu Majah 151, dan Ahmad dalam Musnad 3/120,286 dari Anas bin Malik ra. Lafaz at-Tirmidzi adalah
لَقَدْ أُخِفْتُ فِي اللهِ وَمَا يُخَافُ أَحَدٌ وَلَقَدْ أُوْذِيْتُ فِي اللهِ وَمَا يُؤْذَى أَحَدٌ
Aku telah ditakut-takuti di jalan Allah sebelum ada yang ditakut-takutii. Aku telah dianiaya di jalan Allah sebelum ada yang dianaya.
Hadits ini juga dinyatakan shahih oleh Syekh al-Albaniy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar