Kamis, 13 November 2014

tangis Rasulullah saw di malam perang Badar

Jibril telah datang kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam dan berkata kepada beliau,”Dengan apa kalian menyebut orang-orang yang berjuang di perang Badar ini?” Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam menjawab, “Mereka adalah orang muslim terbaik.” Maka, Jibril berkata, “Begitu pula dengan malaikat yang ikut serta dalam perang Badar ini. Mereka adalah termasuk muslim terbaik. “

Perang Badar merupakan perang yang sangat penting dalam sejarah Islam , perang dimana sebuah keyakinan, kecintaan dan kepatuhan di pertaruhkan. Ketika keraguan terhadap kemahakuasaan Allah swt di pertanyakan, Seakan Allah swt ingin memperlihatkan kepada kita semua, bahwa pernah hidup sekelompok manusia, yang rasa cinta terhadap Allah dan Rasul-Nya bukan hanya di mulut tapi sudah dalam bentuk perbuatan, bahkan rasa cinta tersebut mengalahkan rasa cinta terhadap diri mereka sendiri.

Jumlah kekuatan kaum muslimin saat perang tersebut adalah 313 sampai 317 orang. Mereka terdiri dari kaum Muhajirin 82 atau 86 orang, Bani Aus 61 orang, dan kalangan Khazraj 170 orang. Mereka berjalan dengan hanya membawa 2 kuda dan 70 unta. Maka, setiap dua orang atau tiga saling bergantian dalam mengendarai satu unta. Sangat berbeda jauh dengan jumlah yang di miliki oleh kaum kafir Qurais, Jumlah mereka mencapai 1.300 orang. Mereka membawa 100 tentara berkuda, 600 tentara berbaju besi, dan sejumlah unta yang sangat banyak jumlahnya. Pasukan bangsa Quraisy ini dipimpin oleh Abu Jahal.

Bila kita berfikir dengan otak kita maka sangat mustahil kaum muslimin akan bisa mengalahkan pasukan yang begitu besar dan menggunakan peralatan yang canggih pada masa itu, tapi sekali lagi keimanan dan keyakinan yang sempurna mengalahkan segala bentuk keraguan karena mereka adalah pahlawan Badar, orang-orang yang telah Allah swt pilih untuk mendampingi kekasih-Nya tercinta, Rasulullah saw.

Keimanan mereka mencapai titik sempurna, andaikan hati mereka di keluarkan dan di cacah, maka tak akan ada satu ruang-pun yang berisikan kecintaan melebihi kecintaan terhadap Allah swt dan Rasul-Nya.

Sa’ad ibn Muadz-pembawa bendera Anshar-pun saat itu angkat suara Maka, ia pun segera bangkit dan berkata, “Demi Allah, Kami telah beriman kepadamu, sehingga kami akan selalu membenarkanmu. Dan kami bersaksi bahwa ajaran yang engkau bawa adalah benar. Karena itu, kami berjanji untuk selalu mentaati dan mendengarkan perintahmu. Berangkatlah wahai Rasululah Shalallahu ‘alaihi wasallam, jika itu yang engkau kehendaki. Demi Dzat yang telah mengutusmu dengan nilai-nilai kebenaran, seandainya engkau membawa kami ke laut itu, kemudian engkau benar-benar mengarunginya, niscaya kami pun akan mengikutimu. Sungguh, tidak akan ada satu pun tentara kami yang akan tertinggal dan kami tidak takut sedikit pun kalau memang engkau memper*temukan kami dengan musuh-musuh kami esok hari. Sesungguhnya, kami adalah orang-orang yang terbiasa hidup dalam peperangan dan melakukan pertempuran. Semoga Allah memperlihatkan kepadamu berbagai hal dari kami yang dapat memberikan kebahagiaan bagimu. Maka, marilah kita berjalan menuju berkah Allah.”

Pertarungan begitu sengitnya dengan jumlah kaum muslimin yang tak seimbang. Tapi sekali lagi, apabila Allah swt telah berkehendak maka pasti akan terjadi, begitupun sebaliknya.

Kegagalan dan keberhasilan bukan ada di tangan manusia, melainkan ada atas ijin dan kuasa-Nya. Dan pertolongan-Nya akan turun seiring dengan seberapa besar rasa ketergantungan kita pada-Nya. Ketika keimanan kita melemah, kerindukan kita akan surga-pun padam, dan ketakutan kita terhadap neraka-pun menipis, tapi sebaliknya, ketika keimanan kita meningkat maka surga dan neraka bukan lagi menjadi tujuan, melainkan hanya keridhaan-Nya lah yang menjadi pengharapan.

Sesungguhnya “pohon” jihad di jalan Allah swt tidak disirami kecuali oleh air mata orang-orang yang shalat tahajud di kegelapan malam, ketika manusia-manusia sedang asik dalam buaian mimpi panjang. Para mujahid bangun dan bermunajad kepada-Nya. Mereka tidak tumbuh dan berbunga kecuali dengan ruku dan sujud dalam ke nikmatan tahajud mereka. Beginilah cara imam para mujahid, imam para panglima, utusan Tuhan semesta alam, Muhammad saw mengajarkan kepada kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar