Rabu, 31 Desember 2014

Harapanku di penghujung tahun 2014

Hari ini adalah hari penghujung taun 2014...
Hingga malam nanti, kita akan melihat apa yg akan dilakukan para anak bangsa ini jelang pergantian taun.

Saya sangat berharap, ada seruan dari pemerintah, khususnya pemerintah pusat, agar tidak ada gelaran 'pesta pergantian taun'. 
Kalopun akan ada acara, maka lebih tepat jika melakukan muhasabah bersama, dipimpin dan dimulai dari presiden dan wakilnya, hingga ke seluruh kepala daerah. 

Kita pantas merenung dan memperbanyak istighfar atas musibah yg beruntun menimpa negeri kita tercinta ini. Mulai dari Longsor di Banjarnegara, banjir di Bandung Selatan dan Aceh, kebakaran pasar Klewer Solo, dan yg menimpa air asia... Musibah udah seperti avatar aja. Tanah, air, api dan udara. 

Tapi...
Sepertinya harapan saya ini akan sulit terwujud...

Kabarnya, di bunderan HI sudah ada persiapan perayaan tahun baru... 

Kalo yg merayakan tahun baru itu di hotel, tempat hiburan, rumah pribadi, silakan deh. Tapi saat yg merayakan itu pemerintah, daerah ataupun pusat, dengan alasan pesta rakyat atau apalah... Kemana nurani kita ?

Bukankah Pemerintah itu ikon... Representasi rakyat...  ?

Sekedar mengingat, Waktu tsunami akhir 2004 dulu, Belgia dan bbrp negara Eropa membatalkan perayaan tahun baru, padahal buat mereka itu tradisi. Lalu diganti Jadi acara amal, ngumpulin dana buat korban tsunami. 

Bagaimana dg kita ? 
Dangdutan di ancol, sambil diawali mengheningkan cipta, dan masang pita hitam di lengan. 
Abis berdoa, larut dalam gelimang dosa dan maksiat....

Ya Allah....jangan Engkau timpakan azab kepada kami....
Berilah petunjukMu kepada para pemimpin kami...
Agar bisa membimbing kami.....
Membangun dan mengelola negeri ini....

‪#‎CintaNegeriIni‬

Selasa, 30 Desember 2014

Nasehat utk Para Pejuang

Untaian Nasehat Untuk Para Pejuang

Saudaraku,
Rahmat Allah ‘Azza Wa Jalla adalah hak setiap kaum
beriman. Inilah yang dikatakan para salafus shalih :”
Kasihan para orang yang lalai, mereka keluar dari dunia, tapi tidak sempat merasakan sesuatu yang paling indah di dunia.
” Tabi’in yang lain mengatakan :” Andai para raja itu tahu kebahagiaan yang kami miliki, pastilah mereka rebut kebahagiaan itu dengan pedang-pedangnya.”

Saudaraku,
Renungkanlah firman Allah ‘Azza Wa Jalla,” Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhoan-Nya..” ( Q.S: Al Kahfi:28)

Saudaraku,
Tak ada yang lebih indah dari kebersamaan dan menjalin kedekatan dengan Allah ‘Azza Wa Jalla. Ketenangan jiwalah yang akan terpancar dari semua usaha pendekatan diri kepada Allah ‘Azza Wa Jalla. Kedekatan dengan Allah ‘Azza Wa Jalla yang akan menjadikan seorang pejuang saat di penjara seorang diri merasakan terbukanya pintu penjara justru mengganggu konsentrasinya dari suasana ‘intim’ bersama Sang Khaliq. Ia memanfaatkan kondisi di penjara untuk menyendiri dengan Allah ‘Azza Wa Jalla, berdzikir, tafakur, shalat dan berdo’a. Jika umumnya para tahanan sangat ingin menanti waktu istirahat dimana pintu penjara dibuka, tapi sang pejuang itu justru mengatakan,” Jika pintu ini terbuka maka keintimanku dengan Allah terganggu, dan aku justru merasa tidak tenang ketika pintu ini dibuka, dari pada pintu ini tertutup.” ( Baina Rabbaniyah Wal Maddiyah, Mushthafa Masyhur, 86 )

Seperti itulah tenang dan nikmatnya bersama Allah ‘Azza Wa Jalla saudaraku. Mari letakkan hati kita disini. Bersama Allah.

Saudaraku,
Seringlah mengunjungi saudaramu dalam jalan ini. Jangan jauhkan mereka dari hati. Sering-seringlah berkunjung, bertatap muka dan memandang wajah mereka. Disanalah engkau akan menemui berkah hidup berjama’ah, yang dapat memberi bekal bagi jiwa agar kita dapat melanjutkan perjalanan ini sampai tujuan akhir…ridha Allah dan Surga-Nya.

Saudaraku,
Jika ada di antara kita yang merasakan adanya jarak dan kesenjangan hubungan dengan kaum beriman,
kembalikanlah keadaan itu pada kualitas kedekatan
hubungan kita dengan Allah ‘Azza Wa Jalla. Jika kita
merasakan sulit memperoleh simpati dan hati manusia, bandingkanlah kondisi itu dengan kondisi kita dalam menarik simpati dan cinta Allah ‘Azza Wa Jalla.

Saudaraku,
Jiwa ini perlu tantangan dan benturan. Dalam suasana ada tantangan dan benturan yang memunculkan mujahadah atau upaya keraslah akan muncul kualitas iman yang baik.
Sayyid Quthb, pejuang da’wah Islam yang mati terdzolimi di tiang gantung mengerti sekali tentang hal ini. Katanya, ” Hakikat iman tidak akan terbukti kesempurnaannya dalam hati seseorang sampai ia menghadapi benturan dengan upaya orang lain yang berlawanan denagn imannya. Karena disinilah, seseorang akan melakukan mujahadah kepadanya untuk menghalanginya dari keimanan. Disinilah cakrawala iman akan tersingkap dan terbuka. Keterbukaan yang tidak pernah terjadi pada orang yang merasakan iman secara datar.” ( Sayyid Quthb, Mustaqbal li Haadza Diin, 10)

Saudaraku,
Kita memang hamba-hamba Allah yang jauh dari
kesempurnaan dan penuh kelemahan. Karenanya, selain menanamkan niat dan tekad yang kuat, mari sama-sama tengadahkan tangan. Berharap dan berdo’alah kepada Allah ‘Azza Wa Jalla agar kita diberi kekuatan dan keteguhan.

Saudaraku,
Mari lanjutkan iringan langkah kita. Bersama-sama
menuntun dan saling memberi pelita agar langkah kita tidak menyimpang dari jalan yang benar. Bersama-sama saling memompa semangat agar tekad kita terpelihara sampai tujuan hidup terakhir.
“ Perjalanan panjang hanya bisa ditempuh dengan
keseriusan dan berjalan waktu malam. Jika seorang musafir menyimpang dari jalan, dan menghabiskan waktu malamnya untuk tidur, kapan ia akan sampai ke tujuan?” ( al fawaid 113)

Tetaplah disini saudaraku,
Kita mungkin akan melalui perjalanan yang lebih mendaki dan terjal. Tapi di sanalah kita berharap bisa bersama merasakan kenikmatan yang kita idam-idamkan. Maka, ucapkanlah “ Alhamdulillah ” atas seluruh keadaan yang kita alami. Meski kebersamaan ini sungguh menguras keringat dan meletihkan sendi-sendi.

Saudaraku,
Ada benteng perjalanan panjang di hadapan. Kita akan terus melangkah dan tak akan berhenti. Kita akan tetap bersama-sama berada di atas jalan ini. Mari saling berpegangan di jalan ini. Saling membantu bila ada di antara kita yang akan jatuh ke dalam jurang. Bertahanlah, karena perjalanan kita di dunia ini tidak akan lama, dan hanya sebentar.
Bertahanlah…saudaraku.

Saudaraku,
Selamat jalan. Selamat berjuang. Semoga Allah ‘Azza Wa Jalla mengumpulkan kita di surga kelak. Dalam naungan ridha dan kasih-Nya.

Ilahi…Iringi tiap langkah kami dengan cinta-Mu…

Wallahu A’lam
Dikutip dari : Berjuang di Dunia Berharap Pertemuan di
Surga ( Refleksi Ruhani Pejuang Dakwah ), Muhammad Nursani

Teruntuk Saudara-Saudariku di jalan da’wah…Jaga
kenikmatan dari Ilahi ini, jangan pernah biarkan ia pergi dari hidup kita, karena da’wah fii sabilillah..adalah nafas kita.

Uhibbukum Fillah

Minggu, 28 Desember 2014

Ketika Engkau Mati

Inilah di antara tulisan terbaik Syekh Ali Thanthawi Mesir Rahimahullah:

Pada saat engkau mati, janganlah kau bersedih. Jangan pedulikan jasadmu yang sudah mulai layu, karena kaum muslimin akan mengurus jasadmu.
Mereka akan melucuti pakaianmu, memandikanmu dan mengkafanimu lalu membawamu ke tempatmu yang baru, kuburan.

Akan banyak orang yang mengantarkan jenazahmu bahkan mereka akan meninggalkan pekerjaannya untuk ikut menguburkanmu. Dan mungkin banyak yang sudah tidak lagi memikirkan nasihatmu pada suatu hari.....

Barang barangmu akan dikemas; kunci kuncimu, kitab, koper, sepatu dan pakaianmu. Jika keluargamu setuju barang2 itu akan disedekahkan agar bermnfaat untukmu.

Yakinlah; dunia dan alam semesta tidak akan bersedih dg kepergianmu.
Ekonomi akan tetap berlangsung!
Posisi pekerjaanmu akan diisi orang lain.
Hartamu menjadi harta halal bagi ahli warismu. Sedangkan kamu yg akan dihisab dan diperhitungkan untuk yang kecil dan yang besar dari hartamu!

Kesedihan atasmu ada 3;
Orang yg mengenalmu sekilas akan mengatakan, kasihan.
Kawan2mu  akan bersedih beberapa jam atau beberapa hari lalu mereka kembali seperti sediakala dan tertawa tawa!
Di rumah ada kesedihan yg mendalam! Keluargamu akan bersedih seminggu dua minggu, sebulan dua bulan, dan mungkin hingga setahun??
Selanjutnya mereka meletakkanmu dalam arsip kenangan!

Demikianlah "Kisahmu telah berakhir di tengah2 manusia".
Dan kisahmu yang sesungguhnya baru dimulai, Akhirat!!
Telah musnah kemuliaan, harta, kesehatan, dan anak.
Telah engkau tinggalkan rumah, istana dan istri tercinta.
Kini hidup yg sesungguhnya telah dimulai.

Pertanyaannya adalah:
Apa persiapanmu untuk kuburmu dan Akhiratmu??
Hakikat ini memerlukan perenungan.

Usahakan dengan sungguh2;
Menjalankan kewajiban kewajiban,
hal-hal yg disunnahkan,
sedekah rahasia,
merahasiakan amal shalih,
shalat malam,
Semoga saja engkau selamat.

Andai engkau mengingatkan manusia dengan tulisan ini in syaa Allah pengaruhnya akan engkau temui dalam timbangan kebaikanmu pada hari Kiamat. "Berilah peringatan, karena peringatan itu bermanfaat bagi orang orang mukmin"

(Diterjemahkan oleh Ust. Ainul Haris, semoga Allah mengampuninya)

Kamis, 18 Desember 2014

Ibuku Pahlawanku

Seorang anak muda mendaftar untuk posisi manajer di sebuah perusahaan besar. Dia lulus interview awal, dan sekarang akan bertemu dengan direktur untuk interview terakhir.

Direktur mengetahui bahwa dari cvnya, si pemuda memiliki akademik yg baik. Kemudian dia bertanya" apakah kamu mendapatkan beasiswa dari sekolah ?" Kemudian si pemuda menjawab tidak.

"Apakah ayahmu yg membayar uang sekolah ?"
"Ayah saya meninggal ketika saya berumur 1 tahun, ibu saya yang membayarkannya"
"Dimana ibumu bekerja ?"
"Ibuku bekerja sebagai tukang cuci."
Si direktur meminta si pemuda untuk menunjukkan tangannya. Si pemuda menunjukkan tangannya yg lembut dan halus.
"Apakah kamu pernah membantu ibumu mencuci baju ?"
"Tidak pernah, ibuku selalu ingin aku untuk belajar dan membaca banyak buku. Selain itu, ibuku dapat mencuci baju lebih cepat dariku."

Si direktur mengatakan "aku memiliki permintaan. Ketika kamu pulang ke rumah hari ini, pergi dan cuci tangan ibumu. Kemudian temui aku esok hari."
Si pemuda merasa kemungkinannya mendapatkan pekerjaan ini sangat tinggi. Ketika pulang, dia meminta ibunya untuk membiarkan dirinya membersihkan tangan ibunya. Ibunya merasa heran, senang tetapi dengan perasaan campur aduk, dia menunjukkan tangannya ke anaknya.

Si pemuda membersihkan tangan ibunya perlahan. Airmatanya tumpah. Ini pertama kalinya dia menyadari tangan ibunya sangat berkerut dan banyak luka.Beberapa luka cukup menyakitkan ketika ibunya merintih ketika dia menyentuhnya.

Ini pertama kalinya si pemuda menyadari bahwa sepasang tangan inilah yg setiap hari mencuci baju agar dirinya b8sa sekolah. Luka di tangan ibunya merupakan harga yg harus dibayar ibunya untuk pendidikannya, sekolahnya, dan masa depannya.
Setelah membersihkan tangan ibunya, si pemuda diam2 mencuci semua pakain tersisa untuk ibunya,
Malam itu, ibu dan anak itu berbicara panjang lebar.

Pagi berikutnya, si pemuda pergi ke kantor direktur.
Si direktur menyadari ada air mata di mata sang pemuda. Kemudian dia bertanya, " dapatkah kamu ceritakan apa yg kamu lakukan dan kamu pelajari tadi malam di rumahmu ?"
Si pemuda menjawab," saya membersihkan tangan ibu saya dan juga menyelesaikan cuciannya"
"Saya sekarang mengetahui apa itu apresiasi. Tanpa ibu saya, saya tidak akan menjadi diri saya seperti sekarang. Dengan membantu ibu saya, baru sekarang saya mengetahui betapa sukar dan sulitnya melakukan sesuatu dengan sendirinya. Dan saya mulai mengapresiasi betapa pentingnya dan berharganya  bantuan dari keluarga"

Si direktur menjawab,"inilah yg saya cari di dalam diri seorang manajer. Saya ingin merekrut seseorng yg dapat mengapresiasi bantuan dari orng lain, seseorang yg mengetahui penderitaan orang lain ketika mengerjakan sesuatu, dan seseorang yg tidak menempatkan uang sebagai tujuan utama dari hidupnya"
"Kamu diterima"

Seorang anak yang selalu dilindungi dan dibiasakan diberikan apapun yg mereka inginkan akan mengembangkan " mental ke'aku'an" dan selalu menempatkan dirinya sebagai prioritas. Dia akan tidak peduli dengan jerih payah orangtuanya. Apabila kita tipe orang tua seperti ini, apakah kita menunjukkan rasa cinta kita atau menghancurkan anak2 kita ?

Kamu dapat membiarkan anak2mu tinggal di rumah besar, makan makanan enak, les piano, menonton dari TV layar besar. Tetapi ketika kamu memotong rumput, biarkan mereka mengalaminya juga. Setelah makan, biarkan mereka mencuci piring mereka dengan saudara2 mereka. Ini bukan masalah apakah kamu dapat memperkerjakan pembantj, tetapi ini karena kamu ingin mencintai mereka dengan benar. Kamu ingin mereka mengerti, tidak peduli seberapa kayanya orangtua mereka, suatu hari nanti mereka akan menua, seperti ibu si pemuda. Yang terpenting, anak2mu mempelajari bagaimana mengapresiasi usaha dan pengalaman mengalami kesulita  dan belajar kemampuan untuk bekerja dengan orang lain agar segala sesuatu terselesaikan.

Coba untuk melanjutkan cerita ini ke orang2 yg anda kenal. Ini mungkin dapat mengubah kehidupan seseorang...

#CopasCopasBermanfaat

Selasa, 16 Desember 2014

Ayah tak bisa membantumu, Nak....

SETELAH bertahun-tahun perjuangan dan penderitaan, misi suci Rasulullah SAW akhirnya meraih kejayaan di semenanjung Arab. Panji-panji Islam berkibar di wilayah-wilayah yang luas meliputi cakrawala Persia dan Syria. Harta yang berlimpah-ruah mengalir ke Madinah dari berbagai negeri-negeri persemakmuran Islam. Di antara putra-putri Rasulullah SAW, hanya Fatimah yang masih hidup saat itu.

Sang ayah sangat mencintai putri satu-satunya itu. Setiap kali Fatimah datang, Rasulullah selalu menerimanya dengan penuh kasih sayang. Demikian juga Fatimah, setiap kali datang ia selalu merebahkan dirinya dalam dekapan sang ayah. Jika ia datang, Rasulullah SAW sering mendudukkan Fatimah di samping beliau sembari menyeka peluh yang membasahi wajah putrinya dengan sapu tangannya atau meraba dahinya dan mengecek kesehatan sang putri.

Suatu hari Fatimah datang menemui Rasulullah SAW. Setelah saling menanyakan kabar dan kesehatan masing-masing, Fatimah berkata kepada sang ayah dengan nada mengeluh, “Ayah, terlalu banyak mulut yang harus disuapi di rumahku. Aku dan suamiku, tiga putra kami, empat keponakan, seorang pembantu, belum tamu-tamu yang datang silih berganti. Aku harus memasak sendirian untuk mereka semua. Aku merasa sangat letih dan kelelahan. Aku mendengar banyak tawanan wanita yang baru saja datang ke Madinah. Jika ayah bersedia memberiku salah satu dari mereka untuk membantuku, itu akan menjadi pertolongan yang sangat berharga bagiku.

Rasulullah SAW menjawab permintaan putrinya itu dengan suara parau, “putriku, semua kekayaan dan tawanan perang yang engkau lihat adalah milik masyarakat muslim. Aku hanyalah bendahara, tugasku adalah mengumpulkan mereka dari berbagai wilayah dan membagi-bagikan mereka kepada orang-orang yang berhak. Dan engkau bukan termasuk yang memiliki hak, anakku, oleh karena itu aku tidak bisa memberimu sesuatu pun dari aset negara ini.“ 

Kemudian beliau melanjutkan, “Dunia ini adalah tempat untuk beramal. Lakukan tugas-tugasmu dengan baik. Jika engkau merasa lelah, ingatlah Allah dan mintalah pertolongan kepada-Nya. Dia akan memberimu ketabahan dan kekuatan.

Kesetiaan Rasulullah SAW

Suatu hari, seorang nenek datang menemui Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bertanya, “Siapakah Anda wahai nenek?”

“Aku adalah Jutsamah al-Muzaniah, ” jawab wanita tua itu.

Rasulullah SAW pun berkata, “Wahai nenek, sesungguhnya saya mengenalmu. Engkau adalah wanita yang baik hati. Bagaimana kabarmu dan keluargamu. Bagaimana pula keadaanmu sekarang setelah kita berpisah sekian lama?”

Nenek itu menjawab, “Alhamdulillah kami dalam keadaan baik. Terima kasih, Rasulullah.”

Tak lama kemudian, wanita tua itu pergi meninggalkan Rasulullah SAW. Aisyah RA yang melihat kejadian itu datang kepada Rasulullah SAW seraya berkata, “Wahai Rasulullah, seperti inikah engkau menyambut dan memuliakan seorang wanita tua? Istimewa sekali.”

Rasulullah menimpali, “Ya, dahulu nenek itu selalu mengunjungi kami ketika Khadijah masih hidup. Sesungguhnya melestarikan persahabatan adalah bagian dari iman.”

Setelah kejadian itu, Aisyah mengatakan, “Tak seorang pun dari istri-istri nabi yang aku cemburui lebih dalam ketimbang Khadijah. Meskipun aku belum pernah melihatnya, namun Rasulullah SAW seringkali menyebutnya. Pernah suatu kali beliau menyembelih kambing lalu memotong-motong dagingnya dan membagikannya kepada sahabat-sahabat karib Khadijah.”

Jika hal tersebut disampaikan Aisyah, Rasulullah SAW menanggapinya dengan berkata, “Wahai Aisyah, begitulah kenyataannya. Sesungguhnya darinyalah aku memperoleh anak.”

Pada kesempatan lainnya, Aisyah mengatakan, “Aku sangat cemburu dengan Khadijah karena sering disebut Rasulullah SAW, sampai-sampai aku berkata: Wahai Rasulullah, apa yang kau perbuat dengan wanita tua yang pipinya kemerah-merahan itu, sementara Allah SWT telah menggantikannya dengan wanita yang lebih baik?”

Rasulullah SAW menjawab, “Demi Allah SWT, tak seorang wanita pun lebih baik darinya. Ia beriman saat semua orang kufur, ia membenarkanku saat manusia mendustaiku, ia melindungiku saat manusia kejam menganiayaku, Allah SWT menganugerahkan anak kepadaku darinya.”

Itulah sepenggal kisah tentang kesetiaan hakiki, bukan kesetiaan semu. Kesetiaan imani, bukan materi. Kesetiaan yang dilandaskan rasa cinta kepada Allah SWT, bukan cinta nafsu syaithani. Kesetiaan suami kepada istri yang telah lama mengarungi rumah tangga dalam segala suka dan duka.

Kecantikan Aisyah tidak membuat Rasulullah SAW untuk melupakan jasa baik dan pengorbanan Khadijah, betapa pun usianya yang lebih tua. Kesetiaan inilah yang membuat cendikiawan muslim Nahzmi Luqa mengatakan, “Ternyata kecemburuan Aisyah tidak mampu melunturkan kesetiaan Nabi kepada Khadijah, kesetiaan yang harus diteladani para pasangan suami istri.“

Semoga kita diberi kekuatan untuk memiliki kesetiaan pada suami/istri kita seperti halnya Rasulullah SAW. Amin.

Membangun Kemesraan

ada pasutri yg usia pernikahannya sudah belasan tahun...
tetapi tidak jarang antara mereka merasa masih banyak yang kurang sreg di hati masing-masing...

Suami (atau istri juga) pulang kerja marah tanpa alasan yang jelas, atau suami tidak mengerti keinginan istri, dan sebaliknya..
Hal ini yang sering menjadi masalah.
Bagaimana untuk mengatasi hal seperti ini?
Setiap pribadi pasti memiliki keinginan untuk dicintai, dihormati dan dihargai oleh pasangannya.
Setiap orang sangat senang jika ia di perlakukan dengan istimewa oleh pasangannya.
Selain itu, orang yang kita cintai menginginkan kita mengggangap dirinya menggagumkan.

Lalu bagaimana agar kita tetap menarik dimata pasangan kita ?

Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah memberi perhatian. Memberikan perhatian pada pasangan kita bukanlah hanya sekedar duduk di sebelahnya ketika anda berdua ketika sedang makan atau nonton TV
Tapi lebih berarti menyadari kehadirannya, menghargainya, melibatkan diri dalam kehidupan kita dan kita dalam kehidupannya.

Dan ketika kita menyadari sesuatu yang indah, unik tentang diri pasangan kita maka beritahukanlah kepadanya, baik dengan kata-kata maupun tindakan.

Sikap yang baru bukan hanya akan memperbaiki hubungan yang tadinya hambar menjadi bermakna, tetapi juga akan membuat pasangan kita merasa lebih baik dengan dirinya sendiri. 
 
Ungkapkan Penghargaan Dengan Kata-kataWalaupun Anda sering bersamanya, Ada baiknya anda katakan bahwa anda mengerti dan memahami apa yang menjadi keingginan pasangan anda dalam menjalani kehidupan bersama. Lebih baik disampaikan secara langsung dari pada anda simpan dalam hati 
 
Menghargai apa yang dilakukannyaEntah ia bekerja sepanjang hari di kantor atau megurus rumah tangga, ia melakukan banyak hal tanpa mendapat komentar, tanpa mendapat penghargaan. jangan meremehkan apapun. Perhatikan apa yang dilakukannya dan beritahukan kepadanya mengenai keberhasilannya, hargai dirinya dengan sebenarnya.

Cintailah Dia Sebagaimana Dirinya yang Sebenarnya
Seorang pria sebenarnya tidaklah harus memiliki body bagus seperti atlet, wajah tampan seperti bintang film atau dompet tebal untuk menjadi menarik. Dan wanita juga tidak perlu glamor untuk mengginginkan keromantisan. Ia tak perlu menjadi dewi (kecuali kalo memang namanya Dewi...hehe...), atau ratu untuk memperoleh hormat, penghargaan dan pujian. Ia anggun sebagaimana dirinya. Biarkan Ia mengetahui itu, doronglah kekuatannya, rayakanlah keberhasilannya, hargai dirinya dengan sebenarnya.

Berikan ungkapan cinta
Walau pasangan anda tidak secantik bintang film, tapi biarkan ia mengetahui bahwa bagi anda ia adalah wanita paling anda cintai. Daripada mengatakan "kamu cantik" mungkin ia tidak percaya. Tunjukkan sesuatu yang istimewa tentang penampilannya saat ini. Katakan bahwa anda sangat mencintainya

Pahami kelebihannya
Ia ingin anda mengetahui ide idenya yang kreatif, nasehat yang berguna, dan bahkan mungkin suatu pembicaraan yang lucu, bahwa ia mempunyai kelebihan. Ia mungkin menawarkan sebuah ide, mungkin berhubungan dengan rumah anda, pakaian anda atau pekerjaan anda. daripada menerimanya begitu saja lebih baik anda memberitahukan bahwa anda menghargainya. 
 
 
 
 

AYAH (yang) Menakjubkan

Setiap ayah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada siapapun - dan (tapi) selalu membutuhkan kehadirannya.

Ayah membiarkan kamu menang dalam permainan ketika kamu masih kecil, tapi dia tidak ingin kamu membiarkannya menang ketika kamu sudah besar. Ayah tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret. Ayah selalu tepat janji! Dia akan memegang janjinya untuk membantu seorang teman, meskipun ajakanmu untuk pergi sebenarnya lebih menyenangkan.

Ayah selalu sedikit sedih ketika melihat anak-anaknya pergi bermain dengan teman-teman mereka karena dia sadar itu adalah akhir masa kecil mereka.

Ayah mulai merencanakan hidupmu ketika tahu bahwa ibumu hamil (mengandungmu), tapi begitu kamu lahir, ia mulai membuat revisi. Ayah membantu membuat impianmu jadi kenyataan bahkan diapun bisa meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti mengapung di atas air setelah ia melepaskannya.

Ayah mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamu mencarinya. Ayah mungkin tampak galak di matamu, tetapi di mata teman-temanmu dia tampak baik dan menyayangi.

Ayah lambat mendapat teman, tapi dia bersahabat seumur hidup. Ayah benar-benar senang membantu seseorang ... tapi ia sukar meminta bantuan.

Ayah di dapur, membuat memasak seperti penjelajahan ilmiah. Dia punya rumus-rumus dan formula racikannya sendiri, dan hanya dia sendiri yang mengerti bagaimana menyelesaikan persamaan-persamaan rumit itu. Dan hasilnya ... mmmmhhh ... tidak terlalu mengecewakan.

Ayah mungkin tidak pernah menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia bisa belajar dengan cepat.

Ayah paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuatmu senang tapi tidak takut.

Ayah akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu dibahunya ketika pawai lewat. Ayah tidak akan memanjakanmu ketika kamu sakit, tapi ia tidak akan tidur semalaman, siapa tahu kamu membutuhkannya. Ayah menganggap orang itu harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau memberitahumu apa yang harus kamu lakukan, tapi ia akan menyatakan rasa tidak setujunya. Ayah percaya orang harus tepat waktu, karena itu dia selalu lebih awal menunggumu.

AYAH ITU MURAH HATI ....
Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang kamu butuhkan ....
Ia menghentikan apa saja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu ingin bicara ....

Ia selalu berpikir dan bekerja keras untuk membayar uang sekolahmu tiap semester, meskipun kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa banyak kerutan di dahinya ....
Ayah mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya disekeliling beban itu ....

Ayah akan berkata "tanyakan saja pada ibumu", ketika ia ingin berkata "tidak".
Ayah tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anak gadisnya menginap di rumah teman tanpa izin.
Dan diapun hampir tidak pernah marah, kecuali ketika anak lelakinya kepergok menghisap rokok di kamar mandi.
Ayah mengatakan "tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan".

Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan sesuatu hal yang baik persis seperti caranya ....
Ayah lebih bangga pada prestasimu, daripada prestasinya sendiri ....
Ayah hanya akan menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memeluk mungkin ia tidak akan pernah bisa melepaskannya.

Ayah tidak suka meneteskan air mata ....
Ketika kamu lahir dan dia mendengar kamu menangis untuk pertama kalinya, dia sangat senang sampai-sampai keluar air dari matanya (ssst ... tapi sekali lagi ini bukan menangis).

Ketika kamu masih kecil, ia bisa memelukmu untuk mengusir rasa takutmu .... ketika kau mimpi akan dibunuh monster .... Tapi ternyata dia bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjang malam, ketika anak gadis kesayangannya di rantau tak memberi kabar selama hampir satu bulan.

Ayah pernah berkata, "Kalau kau ingin mendapatkan pedang yang tajam dan berkualitas tinggi, janganlah mencarinya di pasar apalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah langsung dari pandai besinya. Begitupun dengan cinta dan teman dalam hidupmu. Jika kau ingin mendapatkan cinta sejatimu kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang Menciptakannya".

Untuk masa depan anak lelakinya ayah berpesan, "Jadilah lebih kuat dan tegar daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yang lebih baik dari ibumu. Berikan yang lebih baik untuk menantu dan cucu-cucuku, daripada apa yang yang telah kuberi padamu".

Dan untuk masa depan anak gadisnya ayah berpesan, " Jangan cengeng meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak. Dapatkanlah laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan ayah, tapi jangan pernah kau gantikan posisi ayah di hatimu".
Ayah bersikeras, bahwa anak-anakmu kelak harus bersikap lebih baik daripada kamu dulu ....
Ayah bisa membuatmu percaya diri ... karena ia percaya padamu ....
Ayah tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencoba melakukan yang terbaik ....
Dan terpenting adalah ....
Ayah tidak pernah menghalangimu untuk mencintai Allah Swt., bahkan dia akan membentangkan seribu jalan agar kau dapat menggapai cinta-Nya, karena dia pun mencintaimu karena cinta-Nya.

Dan untuk semua yang sedang merindukan Ayah, ssssssssttt.! Tau nggak siiih? Ternyata ayah itu benar-benar MENAKJUBKAN.

Sumber : Unknown (dari postingan di sebuah milis, mohon penulis sesungguhnya mengkonfirmasi).

Betapa Aku Beruntung Memilikimu

Sungguh apa yang telah terlintas dalam hatiku, mungkin permintaan maaf tak akan mampu menebus kesalahanku, namun demi melihat senyuman itu mengembang aku terlempar ke dalam lubang rasa bersalah yang terdalam, wahai istriku, betapa kemuliaan akhlakmu telah memukau diriku.

Entah mengapa saat itu aku tidak mampu menguasai amarahku, mungkin ada sebagian kata-kataku yang mampu menyakiti hatimu, kadang aku khilaf mencela dirimu, kadang ada saat aku ingin menyakiti dirimu. Namun diam-mu membuat diriku pun terdiam, tanpa sepatah kata pun engkau duduk di hadapanku dan menunduk, sesekali engkau menatapku dengan pancaran kasih sayang yang tulus. Wahai istriku, apa yang telah menguasai hatiku?

Dengan sabar engkau menerima setiap kata-kata yang aku ucapkan, tidak tersirat sedikitpun kebencian di wajahmu terhadap diriku, betapa gelas-gelas kaca ini begitu mudah rapuh, retak dan pecah jika engkau tak bersabar merawatnya. Mungkin tak pernah aku menyadari engkau telah merawatnya dengan hati yang tabah dan penuh kesabaran, namun aku melihat betapa saat itu aku merasa kecil dan tak berarti dihadapanmu…

Diam-mu telah meredakan amarahku, lidah ini tercekat melihat kesabaranmu untuk duduk, diam dan menerima segala apa yang aku ucapkan, semoga Allah Ta’ala memberkahimu wahai istriku, betapa diam itu telah menjadi sebuah pedang yang tajam menusuk tepat pada keangkuhanku, menghancurkan amarah ini dan membuat dirimu semakin berarti bagiku.

Setelah aku terdiam engkau pegang tanganku dengan kelembutan sifat wanitamu, dengan teduk engkau menatap mataku dan suaramu menenangkan hatiku, “Wahai suamiku, maafkanlah aku atas segala kesalahanku, aku hanyalah wanita lemah yang kadang salah dan selalu memohon ampunan-Nya, maka maafkanlah aku karena Allah Ta’ala, sebagaimana engkau mencintai aku karena Allah Ta’ala.”

“Wahai suamiku, api amarah itu berasal dari syaithan, maka padamkanlah dengan wudhu, engkau lebih mengetahuinya daripada aku, maka duduklah sejenak dan perkenankan aku menyiapkan air wudhu untukmu..!”

A’udzu billahi minasy syaithaanir rajiim, apa yang telah aku lakukan kepadamu wahai istriku, mengapa aku terlena dengan bujukan syaithan? Bukankah engkau telah berusaha sebaik mungkin mentaati aku dengan segala kemampuanmu, air mataku menetes demi melihat kebodohanku, tak mampu lagi aku mengangkat wajahku, betapa malunya diri ini di hadapanmu.

Dan saat kau datang membawa air wudhu itu, senyummu mengembang seindah pertama kali aku melihatmu, tidak tampak sedikitpun kau ingin membalas celaan yang tadi aku lontarkan, mungkin engkau menahannya dengan begitu baik dalam dirimu, lalu kenapa aku tidak mampu melakukannya sebaik dirimu?

Engkau letakkan air wudhu itu dihadapanku, dan kau genggam erat tanganku yang gemetar, dengan kelembutan kasihmu kau usap air mata ini. Wahai istriku, betapa kelembutan dirimu dan kemuliaan akhlakmu membenamkan amarah ini. Wahai istriku maafkanlah kekhilafan yang telah aku lakukan dengan dholim kepadamu.

Adzan telah berkumandang, sirna sudah segala amarah dalam diri, seakan tak pernah terjadi apapun engkau siapkan keperluanku untuk sholat, wahai istriku… betapa aku beruntung telah memilikimu.


Sumber: Bengkel Akhlak Sunnah

Lelaki Yang Dicemburui

Lelaki di hadapanku masih menunggu jawaban. Tatapan matanya lembut dan senyumnya tersungging tulus.

“Duhai Suamiku, seumur hidup aku menjaga diri agar jangan sampai ada seorang lelakipun yang memasuki relung hatiku selain engkau. Suamiku.” Ujarku menjawab pertanyaannya.
Kulihat senyumnya semakin mengembang. Jemarinya kuat menggenggam tanganku.
“Dan?” tanyanya.
“Eh, kok pake dan?” tanyaku balik.
“Betulkah engkau tak pernah jatuh cinta? Tak pernah punya perasaan kepada seorang lelaki pun?” Tanyanya tetap dengan nada kalem. Ah, Suamiku. Takkan mungkin aku berdusta dan mengingkari sumpah untuk menjadi muslimah qawiyyah yang hanya menyerahkan diri kepada seorang lelaki yang menjadi suaminya.

Aku memang tidak pernah menjalin hubungan jenis apapun dengan lelaki. Perjumpaanku sekarang ini adalah yang pertama dengan suamiku. Itupun setelah kami dinyatakan sah menjadi suami istri pagi tadi. Wangi rangkaian melati yang menghiasi jilbabku menambah keberanianku untuk menjelaskan semuanya. 
 
“Aku tidak pernah pacaran. Tidak pernah memiliki hubungan jenis apapaun dengan lelaki bukan mahram. Aku sengaja mengunci kesucianku hanya untuk lelaki yang menjadi suamiku.” kataku tegas.
Lelaki di hadapanku menghembuskan nafas besarnya. Senyumnya semakin mengembang. Ah, wajah ini samar-samar pernah hadir dalam mimpiku. Wajah lelaki shalih.
“Tapi aku pernah jatuh cinta,” ujarku. 

Kulihat reaksi keterkejutannya.
“Namanya Hasan. Nama sederhana itu begitu kuat menarik perhatianku,” kutarik tanganku dari genggamannya.
 
Kemudian kurebahkan tubuhku di atas ranjang yang ditaburi melati. Aroma wangi di mana-mana. Suamiku mengiringiku. Tercium bau yang tak kalah wangi. Ah.
“Dia lelaki sederhana. Seorang guru madrasah. Namun jangan ditanya bagaimana dia ketika berbicara. Kata-katanya sederhana. Topik pembicaraannya juga sederhana. Tapi ketika Hasan sudah berbicara, orang-orang yang mendengarnya bagai tersihir. Dia pandai mencari celah untuk bisa membangkitkan semangat orang. Tua muda, kaya miskin, orang kota ataupun desa, semua mampu direbut hatinya. Dia pandai mengarahkan umat. Dengan ketulusannya, semangatnya dan perjuangannya, umat ini dibangkitkan dari tidur panjangnya.” 

“Kesibukannya yang luar biasa, jaulahnya yang merambah hingga ke dusun di puncak gunung sampai lembah dan pantai tidak membuatnya mengabaikan keluarga. Kesetiaannya kepada isteri, perhatian dan kasih sayangnya kepada anak-anaknya membuat keluarganya tak pernah merasakan kepergiannya yang bisa setiap saat. Siapa yang tak jatuh cinta kepada lelaki seperti itu?” kataku dengan nada bertanya.
“Dialah Hasan. Sang Pembangun.”

Tubuh di sampingku bergerak. Dipeluknya aku dengan erat.
“Cintaku padanya takkan pudar. Bahkan aku berharap engkau bisa menjadi Hasan bagiku. Dan umat ini.” Ujarku dengan mata dan hidung berair. Aku tak berani memandang wajah lelakiku. Kubalas pelukannya sebagai isyarat.
“Dan Yusuf. Dia pun lelaki sederhana. Aku tak pernah tertarik dengan lelaki perlente dan klimis. Yusuf ini seorang tukang kayu. Ya, tukang kayu. Tapi kalau dia sudah berbicara, jangan ditanya siapa yang tidak akan terpesona dengan argumennya. Kemampuannya mempertahankan pendapat memang luar biasa. Aku tak tahu apa ada lelaki lain yang seperti itu. Di hadapannya, engkau seolah berjumpa dengan orator ulung yang tidak hanya mempesona akalmu tetapi juga hatimu. Dia mampu menggerakkan orang, bahkan yang levelnya jauh di atasnya. Dia yang terdepan dalam membela ketidakadilan. Tidak hanya dengan kata-kata tapi dengan pembuktian. Dia memang lelaki sejati.

Aku teringat kata-katanya yang tajam bernas ketika hakim yang mengadilinya mempertanyakan bagaimana dia yang seorang tukang kayu bisa mengomandoi para sarjana, pengusaha dan orang-orang hebat lainnya. Jawabnya, Nabi Nuh adalah seorang tukang kayu dan dia Nabi. Apa profesi yang lebih tinggi dari nabi?”
“Yusuf Thal’at.” Kata suamiku.
“Engkau mengenalnya?” tanyaku. Kupandang wajahnya. Dipegangnya kedua telapak tanganku dan diciuminya. Matanya menganak sungai.
“Jika Hasan Al Banna dan Yusuf Thal’at adalah lelaki yang engkau cintai. Aku rela….”
Genggaman tangan kami menguat.
“Lalu Umar. Mereka ini orang-orang besar. Namun mereka tak sok hebat. Dengan kekuasaan dan harta yang dimilikinya mereka tetap teguh dengan kesederhanaannya.”
“Umar bin Al Khattab dan Umar bin Abdul Aziz?” terkanya.
“Dan Umar Tilmisani. Lelaki-lelaki sepanjang zaman yang akan selalu dicemburui. Lelaki yang membuktikan kelelakiannya dengan jantan. Dengan jiwa raganya dia wujudkan apa yang menjadi prinsip hidupnya.”
“Engkau,” kataku sambil mengambil nafas panjang mengumpulkan keberanian. “ingatlah mereka semua ini. Lelaki-lelaki inilah yang aku cintai. Yang kecintaannya kepada Allah dan Rasul serta jihad fi sabilillah melebihi cinta kepada dirinya sendiri dan seisi bumi. Engkau yang telah mengambil aku sebagai isteri dengan perjanjian yang kuat, dengan amanah dari Allah, jangan sekali-kali lengah dengan tiga hal ini. Karena jika engkau sampai mundur ke belakang, ingatlah bahwa ada lelaki-lelaki ini yang begitu aku cintai. Engkau harus senantiasa mencemburui mereka karena merekalah lelaki yang diidamkan para wanita dan bidadari surga. Bahkan merekapun dicemburui oleh setiap lelaki beriman pemburu syahid.”
Tatapan mata kami beradu. Air mata memburamkan pandangan kami. Namun aku yakin kami telah sependapat.
“Sekarang ini berkumpul manusia berjuta-juta di medan Rabaah Al Adawiyah untuk mendukung seorang lelaki . Lelaki yang paling dicemburui setiap mukmin saat ini karena pembelaan yang diterimanya. Pembelaan Allah SWT dan pembelaan kaum mukminin bahkan mereka yang tak seakidah juga turut membelanya karena kebersihan hatinya dan kuatnya memegang amanah. Ketinggian budinya tidak hanya kepada sesama mukmin bahkan kepada mereka yang memusuhinya. Komitmennya kepada Islam dan kegigihannya memperjuangkan kesejahteraan bagi rakyat dalam tanggung jawabnya membuatnya dicintai siapapun.
Bahkan mereka yang memenuhi Rabaah Al Adawiyah sudah membawa kain kafannya masing-masing serta menuliskan nama-nama mereka di pergelangan tangan mereka sendiri. Agar kelak ketika syahid menjemput, orang tak susah mengembalikan mereka kepada keluarganya. Tidak cemburukah engkau kepada lelaki ini, Suamiku? Lelaki yang senantiasa membela agama-Nya maka Allah SWT yang akan membelanya.”
Wahai Muhammad, bersabarlah dengan ujian ini. Sesungguhnya kemenangan itu sangat dekat. Kesabaranlah yang menjadi obatnya. Satu tahun amanahmu bak air hujan yang membasahi tanah yang lebih dari 30 tahun kekeringan dihisap rezim Firaun.

Yaa Muhammad Mursi, Salaamun alaika.

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/13/...ng-dicemburui/






Kamis, 11 Desember 2014

Balon... motivasi tentang Berbagi

Pada suatu acara seminar yang dihadiri oleh sekitar 50 peserta. 
Tiba-tiba sang Motivator berhenti berkata-kata & mulai memberikan balon kepada masing2 peserta. Dan kepada mereka masing2 diminta untuk menulis namanya di balon2 tersebut dgn menggunakan spidol.

Kemudian semua balon dikumpulkan & dimasukkan ke dalam ruangan lain. Sekarang semua peserta disuruh masuk ke ruangan itu & diminta untuk menemukan balon yg telah tertulis nama mereka, & diberi waktu hanya 5 menit Semua orang panik mencari nama mereka, bertabrakan satu sama lain, mendorong dan berebut dengan orang lain disekitarnya sehingga terjadi kekacauan.

Waktu 5 menit sudah usai, tidak ada seorangpun yang bisa menemukan balon mereka sendiri. Lalu di waktu berikutnya Sang Motivator meminta kepada Peserta untuk secara acak mengambil sembarang balon & memberikannya kepada orang yang namanya tertulis di atasnya. Dalam beberapa menit semua orang punya balon dengan nama mereka sendiri.

Akhirnya sang Motivator berkata :
"Kejadian yg baru terjadi ini mirip dan sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari, Semua orang sibuk mencari kebahagiaan untuk diri sendiri, mirip dengan mencari balon mereka sendiri, dan banyak yg gagal. Mereka baru berhasil mendapatkannya ketika mereka memberikan kebahagiaan kepada orang lain, mirip Dengan memberikan balon tadi kepada pemiliknya"
Kebahagiaan kita terletak pada kebahagiaan orang lain. Beri kebahagiaan kepada orang lain, maka anda akan mendapatkan kebahagiaan anda sendiri...

Penutup
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan wejangan
"Barangsiapa yang membantu seorang mu'min terlepas dari kesusahan didunia, niscaya Allah akan membantunya terlepas dari kesusahan dunia dan akhirat"
(HR.Muslim)

Salam semangat.
Semoga menjadi pribadi berpretasi dan sukses dunia akhirat..Aminnn..

Selasa, 09 Desember 2014

Sibukkan diri dengan kebaikan

"Lakukan kerjamu, jangan pikirkan kerja orang lain.
Penuhi kewajibanmu, jangan pusingi kewajiban orang lain.
Lakukan amalmu, jangan lihat amal orang lain.
Ukir prestasimu, jangan hancurkan prestasi orang lain.
Berikan semua hak makhluk-Nya, ambil seperlunya hakmu.
Tulis namamu dengan tinta emas sejarah, jangan kotori nama orang lain.
Siapkan dirimu menemui-Nya dengan sesuatu yg bisa dibanggakan (amalan utama), karena itulah ukuran kemuliaanmu di hadapan-Nya.
Yang dengannya, kau raih rahmat-Nya sebagai kunci pembuka pintu surga."

Antara NIAT dan CITA-CITA

Cita-cita selalu lekat dengan niat. Cita-cita mengawali segala sesuatu. Setiap itqan (profesionalitas) datang sesudahnya. Barangsiapa di antara para murabbi (pendidik/pembina) yang berhasil menanamkan pengertian ini dalam diri para muridnya saat langkah pertama mereka, maka sesungguhnya dia telah memberikan kepada mereka jaminan keberlangsungan dalam tugasnya, in sya Allah. Dalam sebuah pepatah dikatakan:

همتك احفظها، فان الهمة مقدمة الاشياء، فمن صلحت له همته و صدق فيها: صلح له ما وراء ذلك من الاعمال

"Peliharalah cita-citamu, karena sesungguhnya cita-citamu itu mendahului segala sesuatu. Barangsiapa yang baik cita-citanya dan dia jujur padanya, niscaya pekerjaan yang dilakukannya akan melahirkan hasil yang baik pula."

Hal ini digambarkan oleh Ibnul Qayyim melalui tamsil yang menarik:

مثل القلب مثل الطائر، كلما علا: بعد عن الافات، وكلما نزل: احتو شته الافات

"Perumpamaan hati sama dengan burung yang terbang, semakin tinggi terbang semakin terhindar semakin terhindar dari bencana, semakin rendah terbang semakin terancam bencana."

Sebagaimana cita-cita yang tinggi dapat membuat hati bersih dan terbebas dari hal-hal yang rendah, karena sibuk dengan urusan yang besar-besar, juga dapat menghindarkan hati dari bencana, penyakit dan panah-panah setan. Sama seperti burung yang mengepakkan kedua sayapnya untuk terbang tinggi, sehingga ia terhindar dari panah pemburu. Tugas para murabbi dan pendidik/pembina muslim adalah hendaknya mereka mengajarkan kebangkitan yang tinggi ini kepada generasi muda sejak langkah pertama...

(Ar-Raqaaiq, ustadz MUhammad Ahmad Ar-Rasyid)

Senin, 08 Desember 2014

Nasehat buat kita semua

تزود من التقوى فإنك لا تدري إذا جن ليل هل تعيش إلى الفجر
فكم من فتى أمسى وأضحى ضاحكا وقد نسجت أكفانه وهو لا يدري
وكم من عروس زينوها لصاحبها وقد قبضت أرواحهم ليلة القدر
وكم من صحيح مات من غير علة وكم من سقيم عاش حينا من الدهر

“Berbekallah dengan taqwa karena engkau tidaklah tahu, apabila malam kian kelam apakah engkau masih hidup keesokan pagi.”

“Berapa banyak pemuda yang tertawa riang pagi dan sore hari, sementara kain kafannya telah ditenun dan ia tiada mengetahui.”

“Berapa banyak mempelai wanita yang dirias untuk suaminya, akan tetapi malaikat maut datang mencabut nyawanya di malam hari.”

“Dan berapa banyak orang sehat meninggal tanpa penyakit yang mendahuluinya, dan berapa banyak orang yang sakit namun ia hidup dalam waktu lama.”

Kamis, 04 Desember 2014

Kekuatan Mimpi Sang Pemimpin

Jika kita mendengar nama Umar bin
Abdul Aziz, yang terbayang oleh kita
adalah sosok pemimpin yang taqwa,
zuhud, ahli ibadah, adil, tegas,
bijaksana, hati-hati, dan dicintai
rakyatnya.

Tidak banyak yang tahu bahwa di
masa mudanya, Umar bin Abdul Aziz
memiliki gaya hidup "istana", penuh
dengan kemewahan, bergelimang
harta dan fasilitas.
Sesuatu yang
bertolak belakang dengan
kemasyhuran kisah zuhudnya.

Umar adalah putra Abdul Aziz, dan
Abdul Aziz adalah putra Marwan bin
al-Hakam. Paman dan sekaligus
mertuanya adalah Abdul Malik bin
Marwan, salah seorang khalifah Bani
Umayyah yang sangat terkenal.

Karena itu, wajar kalau waktu itu
banyak gadis yang menjadikan Umar
bin Abdul Aziz sebagai idola mereka.

Umar bin Abdul Aziz adalah seorang
pemuda yang sangat kuat bercita-
cita. Ia memiliki mimpi-mimpi besar
dalam sepanjang sejarah hidupnya.

Sewaktu masih lajang, cita-citanya
adalah menikahi Fathimah binti
Abdul Malik bin Marwan, gadis cantik
anak Khalifah yang sangat terkenal.

Maka ia persiapkan dirinya dengan
serius, agar dapat merebut hati
Fathimah binti Abdul Malik. Cita-
citanya terkabul.

Akhirnya ia berhasil
menikahi Fathimah.

Setelah itu, mimpi besarnya adalah
ingin menjadi Gubernur Madinah.
Sebuah jabatan sangat bergengsi
pada zaman itu, dan paling banyak
diminati oleh keluarga besar Bani
Umayyah.

Maka ia pun mempersiapkan diri
dengan serius, agar pilihan sang
Khalifah jatuh kepada dirinya untuk
menjadi Gubernur Madinah.

Mimpi ini pun berhasil ia dapatkan.
Ia dilantik menjadi Gubernur
Madinah.

Sukses menjadi Gubernur Madinah,
ia pun bercita-cita ingin menjadi
Khalifah. Sebuah posisi
kepemimpinan tertinggi bagi kaum
muslimin.

Ia pun persiapkan diri
dengan serius untuk mewujudkan
cita-citanya.

Subhanallah. Cita-cita itupun
terwujud. Ia dilantik menjadi
Khalifah.

Karena sudah tidak ada lagi cita-cita
duniawi yang lebih tinggi dari
Khalifah, maka setelah menjadi
Khalifah, ia bercita-cita ingin masuk
surga Allah SWT.

Untuk itu dipilihlah gaya hidup baru
sebagai jalan untuk menggapai cita-
cita tertinggi itu.

Gaya hidup baru ini adalah : zuhud!
Seluruh harta yang dimiliki ia jual,
hasilnya diserahkan ke baitul mal
negara. Sebagai seorang khalifah, ia
hanya mengambil gaji dua dirham
perhari, atau 60 dirham perbulan.
Setelah menjadi Khalifah, justru ia
hidup sebagai seorang yang sangat
miskin, dan penampilannya pun tidak
lagi megah dan mewah seperti
dahulu.

Pada fase inilah seluruh kisah
kesederhanaan, keadilan, kehati-
hatian, ketegasan Khalifah Umar
menjadi sangat masyhur. Bahkan
akhirnya menjadi legenda abadi
tentang kehebatan seorang
pemimpin.

Subhanallah. Sebuah fase kehidupan
yang sangat indah. Ada visi, mimpi,
cita-cita, etos kerja, mental pejuang,
jiwa pemberani sebagai anak muda.
Dan ia sukses meraih mimpi-mimpi
besarnya.
Namun pada akhirnya ia memberikan
keteladanan nyata, tunduk
menghamba kepada Allah dengan
sangat luar biasa. Mengabdi untuk
kepentingan rakyat tanpa henti.
Menjadi Khalifah yang adil dan
dicintai.
Surga Allah telah disediakan
untuknya....

#Cahyadi Takariawan

Selasa, 02 Desember 2014

Ini Daun-daun Kering, Bu Guru...

IBU berkerudung pendek itu mendekati anaknya yang tengah asyik melukis di dalam kelasnya. Anaknya masih berusia 4,5 tahun. TK tingkat pertama. Hari itu, sedang ada pelajaran menggambar bebas.

“Adek,” ujar si ibu setengah menghardik, “daunnya harus berwarna hijau. Jangan coklat.”

Si anak mendongak ke arah ibunya. Ia menggeleng. Kemudian kembali melanjutkan mewarnai daun pepohonan yang sedang ia gambar. Dengan warna coklat.


Si ibu kali ini berteriak, “Mama kan udah bilang, kalo daun itu warnanya hijau. Nanti kamu diketawain, mana ada daun warnanya coklat?”


Sambil begitu si anak disodori krayon warna hijau oleh ibunya.


Si anak kembali menatap ibunya. Kali ini dengan pandangan putus asa dan ingin menangis. “Tapi aku ingin warna coklat…” katanya memelas.


Si ibu mengambil krayon warna coklat dari tangan anaknya. Kemudian menggenggamkan krayon warna hijau ke tangan anaknya. Si anak hampir menangis.


Ibu guru TK melihat kejadian itu, dan menghampiri ibu anak itu. “Mama mengapa ada di sini? Seharusnya mama tunggu di luar saja deh…” ujar ibu guru ramah.


“Eh ini, Bu Guru…” kilah si ibu berkerudung pendek, sambil menahan malu. “Masa Adek mewarnai daun-daun dengan warna coklat?”

Si anak menatap ibu guru.
Ibu guru tersenyum. “Nah, Adek, kenapa Adek mewarnai daun-daun ini dengan warna coklat?” tanya bu guru ramah.

Si anak menatap ibunya kali ini. Menatap lagi pada bu guru. Kemudian berujar, “Ini kan daun-daun kering, Bu Guru….”

Ibu guru tersenyum manis, dan berujar, “Kalau begitu, silakan Adek teruskan mewarnai yaa…”

Sering kali kita tidak memahami anak-anak dalam melakukan sesuatu, tapi mereka adalah kata hati yang paling jujur. [sa/islampos]


STOP...Labelling pada ANAK

“Aduh kok kamu lambat banget seh nangkapnya?”
“Kok kamu bego banget ya anak mama bukan sih?”
“Kamu ini dah mama bilangin, ga ngerti-ngerti juga?”
“Kamu mau ngelawan papa ya? dasar anak susah banget dibilangin…..”
“Kalo sekarang kamu aja udah males mau jadi apa kamu besar nanti? Bisa-bisa cuma jadi pecundang…..”

Dan banyak lagi ungkapan kejengkelan kita sebagai orangtua kepada anak kita, ketika sang anak melakukan sebuah tindakan yang menurut kita “nakal, lemot, dsb”. Padahal belum tentu begitu adanya keadaan si anak.

Apakah bila dia belum menangkap isi pelajaran yang kita ajarkan berarti anak kita lambat, atau karena dia tidak fokus jika kita beri nasihat berarti anak kita kurang ajar, atau kalau dia melakukan hal yang udah kita larang berarti dia mau melawan……

Belum tentu seperti itu. Sebab, anak punya daya tangkap dan pemahaman yang berbeda dari kita, bahkan kalau kita mau lebih bersabar dan bertanya pada anak kita kenapa dia mengambil keputusan dengan melakukan tindakan itu, bisa jadi alasannya membuat kita tercengang.

Banyak orangtua berdalih supaya seorang anak mengerti bahwa perbuatannya itu salah dan berharap si anak merubah prilakunya dengan segera, tetapi si orangtua lupa bahwa si anak sudah terlanjur terluka.

Hingga boro-boro mau mengerti kesalahannya dan merubahnya,bisa-bisa yang terjadi sebaliknya, sianak menjadi bertambah berprilaku buruk dan bermental buruk.

Mengapa bisa begitu?

Dalam ilmu psikologi ada yang dinamakan “self fulfilling propchecy”, jika seseorang terus menerus membayangkan keburukan atas dirinya atau atas orang lain, lama-lama bayangan subjektifnya itu akan menjadi kenyataan objektif. Karena itu tidak Rasullullah SAW mengajarkan kepada kita untuk selalu optimis dan berbaik sangka (positive thinking) dan jangan memohon kejelakan, sebab doa bisa merubah takdir seseorang.
Karena itu mari kita mulai gerakan stop labeling pada anak.


[Umi Indah]

posisi ANAK dalam Al Quran

AL-QUR’AN merupakan petunjuk jalan bagi setiap keluarga muslim yang telah mempunyai keturunan, atau mereka yang sedang menanti hadirnya keturunan, atau yang sedang khusyu’ dalam munajat agar diberikan amanah indah itu, atau yang sedang belajar untuk menapaki tangga menuju bahtera rumah tangga.

Al Quran telah menyampaikan bagi setiap keluarga muslim bahwa anak mempunyai 5 potensi bagi kehidupan orangtuanya baik itu potensi yang positif ataupun potensi negatif. 

Berikut ini ke 5 hal tersebut:

Anak sebagai hiasan hidup. Allah berfirman: “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (Qs. Ali Imron: 14)

Anak yang disebut dalam ayat ini merupakan salah satu dari kesenangan-kesenangan dunia. Setiap manusia pasti telah terhiasi hatinya dengan berbagai keindahan dunia tersebut. Hanya saja, Allah menawarkan tempat kembali yang lebih baik di sisi Nya. Anak sebagai hiasan, menghiasi hidup orangtuanya menjadi lebih berwarna. Anak-anak ibarat pelangi, warna mereka yang berbeda-beda membuat suasana rumah menjadi begitu indah dipandang mata. Kehadiran mereka selalu dinantikan. Terlihat jelas di pelupuk mata orangtuanya pelangi itu, apalagi saat pelangi itu ada di tempat yang jauh. Sehingga kerinduan pada anak-anak begitu membuncah.

Untuk itulah, para orangtua siap melakukan apa saja dan membayar berapa saja untuk mendapatkan keturunan. Karena keindahan hidup berkurang ketika keturunan yang dinanti belum juga hadir. Keindahan anak-anak tak tergantikan oleh apapun. Gerak mereka, suara mereka, raut wajah mereka, tingkah polah mereka, tertawa mereka, tangis mereka. Ahh…semuanya indah.

Anak sebagai cobaan hidup. Allah berfirman:  “Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. Al Anfal: 28)
 “Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Qs. At Taghabun: 15)

Anak juga menjadi cobaan hidup bagi orangtuanya. Seperti yang disampaikan dua ayat di atas, sehingga orangtua diminta agar berhati-hati. Keindahan itu tidak boleh melalaikan. 

Kenikmatan kita memandanginya tidak boleh melalaikan dari tugas para orangtua menjadi hamba Allah yang baik. Allah mengingatkan kembali kepada para orangtua:  “Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Qs Al Munafiqun: 9)

Seberapa kuat kita menikmati keindahan pelangi, bisa jadi, kita yang berhenti menikmatinya. Atau pelangi itu akan segera menghilang di antara warna langit lainnya. Jika tidak berhati-hati, saat kenikmatan itu telah pergi, kita baru sadar banyak kewajiban yang telah dilalaikan. Banyak hak orang lain yang terabaikan, banyak potensi kebesaran orangtua terhenti karenanya. Dan akhirnya bisa kehilangan kesempatan meraih keindahan abadi dan haqiqi, yaitu ‘Surga Allah’. Sungguh kerugian yang besar!.

Anak yang lemah. Allah berfirman : “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (Qs. An Nisa’: 9)

Dalam ayat tersebut Allah mengingatkan orangtua agar memperhatikan generasi setelahnya. Tidak boleh hadir generasi lemah sepeninggal orangtuanya. Perhatian besar orangtua untuk meninggalkan segala hal yang membuat anak-anak kuat merupakan kewajiban.

Jangan sampai orang tua meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan lemah, lemah dalam masalah keimanan, lemah dalam masalah pemahaman agama ataupun lemah dalam hal ibadah dan akhlak. Para orangtua harus menyiapkan agama anak-anaknya. Karena Allah pasti akan menanyakan amanah itu kepada para orangtuanya.

Kelemahan dalam masalah ekonomi, kelemahan dalam kesejahteraan, kelemahan dalam fasilitas harus diperhatikan oleh orangtua. Para orangtua harus bertanggung jawab jika kelemahan ini menjadi alasan jauhnya anak-anak dari Allah.

Jangan sampai anak lemah dalam ilmu pengetahuan, lemah wawasan dalam hidup, lemah dalam kemampuan menjalani hidup. Maka itu artinya para orangtua harus membekali mereka dengan ilmu, semua sarana ilmu dan wawasan serta skill anak-anak. Kesalahan fatal, ketika orangtua sibuk menikmati hidup sendiri tetapi lalai menyiapkan ilmu, wawasan dan skill anak-anak mereka.

Jangan sampai anak lemah dalam fisik, lemah dalam jiwa dan mental, lemah yang mengakibatkan mereka hanya menjadi pecundang dan bukan seorang juara. Orangtua harus menyiapkan fisik mereka sesehat mungkin. Menjaga mereka agar tetap bugar untuk melanjutkan perjuangan. Jiwa dan mental yang kokoh berhadapan dengan keadaan apapun. Mampu hidup dan bertahan dalam keadaan paling sulit sekalipun.

Anak sebagai musuh. Allah berfirman: “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs At Taghabun: 14)

Sangat mengerikan membaca ayat ini. Allah memerintahkan agar orangtua berhati-hati terhadap anaknya. Karena sebagian mereka adalah musuh. Jika anak telah menjadi musuh orangtuanya, maka hilanglah sebagian besar kebahagiaan rumah tangga. Karena hiasan itu kini hanya menjadi beban, penyebab ketakutan, kesedihan dan semua kesengsaraan hidup orangtua. Anak yang nakal, durhaka, bodoh, menjatuhkan martabat keluarga. Saat itulah anak yang dulu diasuh siang dan malam, berubah menjadi musuh yang menyedihkan, menakutkan dan menyengsarakan.

Anak yang baik & menyejukan pandangan mata. Allah berfirman: “Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata: “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.” (Qs. Ali Imron: 38)
Allah juga berfirman: “Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al Furqon: 74)

Inilah anak yang diharapkan oleh setiap keluarga. Untuk itulah, ayat-ayat yang digunakan untuk membahas poin ini berupa doa dan ini berbeda dengan ayat-ayat sebelumnya. Doa adalah harapan dan munajat kepada Yang Menciptakan semuanya. Anak yang baik. Anak yang menyejukkan pandangan mata. Anak yang menyenangkan hati orangtua.

Jelas ini adalah hasil panen jerih payah orangtua. Setelah sekian lama dalam kesabaran tiada berujung, orangtua berjuang berjibaku mendidik mereka. Saat usia telah senja, tulang telah rapuh, kepala telah menyala putih, banyak keterbatasan, saat perlu bersandar, anak-anak yang baik itu benar-benar menyejukkan pandangan mata, menentramkan hati. Ibarat oase di tengah gurun sahara. Ibarat air sejuk bagi musafir yang telah lemas karena dehidrasi. Anak yang berbakti. Anak yang mengerti hak orangtua. Anak yang bisa mengangkat derajat orangtunya kelak di Surga Allah.

Allah yang menciptakan anak-anak bagi kita. Dia menjelaskan dalam Al Quran bahwa anak-anak itu adalah hiasan hidup orangtua. Tetapi juga sebagai cobaan hidup bagi orangtua, agar diketahui apakah orangtua lalai dari kewajibannya berdzikir kepada Allah atau tetap baik. Untuk itulah, Allah mengingatkan orangtua lewat ayat-ayatNya agar jangan sampai anak-anak menjadi generasi yang lemah apalagi menjadi musuh. Tetapi harus menjadi anak-anak yang baik dan menyejukkan mata. Sekaligus amanah dari Allah agar para orangtua menjaga amanah itu dan menjadikan mereka anak-anak yang kokoh dan kuat di zamannya.Wallahu a’lam  

[BudiAshari/parentingnabawiyah]

karena AYAH ?

AYAH, apakah ayah termasuk orang yang berkeyakinan seperti ini : “Ayah kan sudah keluar seharian sampai kadang pulang malam mencari uang demi anak. Supaya bisa memberikan gizi yang lebih baik, menyekolahkan di tempat yang berkualitas yang biasanya mahal, memenuhi fasilitas belajar dan kehidupan anak-anak. Jadi pendidikan, diserahkan ke ibunya saja”

Jika ayah tipe orang yang seperti ini, terjemahan dalam rumahnya menjadi begini : “Ibu yang mengurusi semua semua hal tentang pendidikan baik ilmu ataupun keteladanan, kemudian pertemuan dengan ibu dianggap sudah cukup mewakili, efeknya merasa tidak terlalu penting pertemuan fisik ayah dengan anaknya, dan akhirnya ayah menumpahkan kesalahan yang dilakukan anak kepada ibu yang tidak becus mendidik, tanpa merasa ada andil kesalahan ayah di sana”

Ayah adalah orang yang seperti ini? Jika ‘iya’ jawaban ayah, atau ‘mungkin’, atau kayaknya ‘sebagian benar’, maka sungguh ayah akan kehilangan anak-anak ayah di kemudian hari. Saat anak ayah memasuki pelataran masa depannya dan ayah telah memasuki kamar usia senja, atau bahkan lebih cepat dari itu, berbagai ‘tsunami’ masalah menghantam kenyamanan rumah ayah karena ulah anak ayah yang baru gede.

Para ayah yang dirahmati Allah, yuk kita baca nasehat ini. Nasehat yang datang dari seorang ulama ternama abad 8 H.

Ibnu Qoyyim r.a dalam kitab Tuhfatul maudud 1/242, MS, secara tegas mengatakan bahwa penyebab utama rusaknya generasi hari ini adalah karena ayah.

Beliau mengatakan, “Betapa banyak orang yang menyengsarakan anaknya, buah hatinya di dunia dan akhirat karena ia tidak memperhatikannya, tidak mendidiknya dan memfasilitasi syahwat (keinginannya), sementara dia mengira telah memuliakannya padahal dia telah merendahkannya. Dia juga mengira telah menyayanginya padahal dia telah mendzaliminya. Maka hilanglah bagiannya pada anak itu di dunia dan akhirat. Jika Anda amati kerusakan pada anak-anak, penyebab utamanya adalah ayah”.

Bacalah kalimat yang paling bawah : Jika Anda amati kerusakan pada anak-anak, penyebab utamanya adalah ayah.

Imam Ibnu Qoyyim ‘menuduh’ Anda semua, para ayah. Di mana yang menjadi penyebab utama kesengsaraan anak, buah hati ayah di dunia dan akhirat adalah ayah. Hal ini disebabkan oleh 3 hal: tidak memperhatikan, tidak mendidik dan memfasilitasi syahwat. Astaghfirullah.

Untuk menguatkan kalimat di atas, mari kita simak pemaparan hasil penelitian ilmuwan.

Dr. Tony Ward dari University of Melbourne, Australia, dalam penenelitiannya, para periset mewawancarai 55 laki-laki yang dipenjara karena penganiayaan terhadap anak-anak dan 30 laki-laki yang dipenjara karena terlibat kasus pemerkosaan. Mereka diminta memberikan persepsinya terhadap hubungan mereka di masa kanak-kanak dengan ayah dan ibunya. Sebagai perbandingan, para peneliti juga mewawancarai 32 laki-laki yang dipenjara karena kejahatan kriminal dan 30 laki-laki yang dipenjara bukan karena kekerasan atau kejahatan seksual.

Lebih lanjut, para pemerkosa dan pelaku penganiayaan anak-anak ini, rata-rata menggambarkan ayahnya bersikap “menolak” dan “kurang konsisten” ketimbang ibu mereka. Dari sini Ward mengatakan jelas sekali bahwa sikap dan kebiasaan yang dimiliki para ayah memiliki pengaruh kuat terhadap pertumbuhan anak-anaknya, terutama terhadap para pelaku kejahatan seksual dan penganiayaan anak-anak.

Penelitian tentang ‘keayahan’ juga dilakukan oleh Melanie Mallers, asisten profesor di California State University di Fullerton. Dalam studi tersebut, Mallers dan rekannya meneliti 912 pria dewasa dan wanita – usia 25-74 tahun – melalui telepon tentang tingkat stres mereka selama delapan hari

Temuan penelitian disajikan hari Kamis pada konvensi tahunan American Psychological Association di San Diego. Pria yang cenderung bereaksi negatif terhadap stres setiap hari melaporkan bahwa sebagai anak-anak mereka sangat sedikit kehangatan dari ayahnya, sedikit dukungan dan kasih sayang. Mereka tidak hadir secara fisik bagi anak-anaknya dan tidak membuat anak-anak merasa percaya diri, mereka juga tidak terlibat dalam kehidupan anak-anaknya secara keseluruhan.

Astaghfirullahal ‘adzim

Mari istighfar yang banyak, para ayah.

Dua penelitian tersebut, menguatkan kalimat Ibnu Qoyyim yang sudah dituliskan sejak 7 abad sebelum penelitian ini dilakukan.

Dari pembahasan ini, terdapat dua pelajaran penting untuk para ayah semua:

Pertama, petunjuk para ulama tentang konsep parenting sungguh luar biasa. Walaupun kalimat tersebut bukan wahyu, tetapi hal tersebut bersumber dari wahyu dan pengalaman mahal orang besar.

Kedua, seriuslah menjadi ayah. Mari kita belajar bersama untuk menjadi seorang ayah. Karena coretan kegagalan dan kumuhnya akhlak anak, ternyata ukiran tangan kita semua, para ayah. Astaghfirullahal ‘adzim, wa atubu ilaih. Wallahu A'lam  

[Budiashari/parentingnabawiyah]

Senin, 01 Desember 2014

lagi...Komunikasi Pasutri, edisi "Gara-gara PUKIS'

Lagi....tentang komunikasi pasutri...
Sekedar mengingatkan, bhw komunikasi disebut efektif bila pesan yang dikirimkan pemberi pesan, DITERIMA DAN DIPAHAMI oleh sang penerima pesan.
Fragmen berikut ini merupakan bentuk komunikasi yang kurang baik/tidak efektif...
Selamat membaca....  :)
--

Istri : "Pa.. nanti pulang ngantor beliin pukis ya. Pulang gasik kan? Mupeng beuddd"
Suami : "Okey huni buni ku"

Sesampainya di rumah..
Istri : "Bawa pukisnya pa?"
Suami : "Aaahh.. lupa. Ujan dweress tadi. Banjir. Ntar spatu kelelep lg,, kagak bisa dipake ngantor. Maaf ya huni..."
(melenggang dengan santai lanjut lemburan kantor)

Istri : (manyun) dipaksain senyum kecut "Gak makan pa?"
Suami : "Dah dapet nasi box pas rapat, papa lanjutin gawean dulu ya huni buni.."
Istri : (manyunnya nambah sambil mojok, berasa langit tiba2 kelam disertai badai cetar membahana)

Mbatin..
 
"Teganya papa.. padahal aku udah mengharapkan pukis itu sejak sebulan lalu. Tapi kan tak tahan2 karena khawatir boros. Khawatir ngrepotin. Ini giliran ada waktu pulang gasik, dia lebih sayang sama sepatunya. Aku ini istrinya.. ternyata tidak lebih berharga dari sepatu kantor. Ogah kena becek ujan"
 
Hu hu hu....
 
"Itu hidangan udah ku siapin dari pagi bikin steak gordon, salad, tart.. belum ilang pegelnya. Itu kan sebagai tanda terimakasih papa mau beliin pukiiiisss..
Kagak ditengok juga. Teganya bilang udah makan nasi box. Apa sih enakknya nasi box?"
Hiks hiks ...
"Papa emang TIDAK PERNAH ngerti perasaan mama. Tidak lagi sayang mama"
"Baiklah kalau begitu.. tunggu pembalasan mama"
 
^^^^^^^^^

Manyun berlanjut..
Malam, pagi..

Suami : "Lho, sarapan belum ada ya ma?"
Istri : "Kagak"
Suami : "Aih, mama kok manyun gitu? Ilang ah cantiknya. Lg capek ya ma. Ya udah papa brangkat ya. Baik-baik ya say.."
Istri : (mlongo bin manyun) "ihh si papa kagak paham juga aku marah banget sama dia. Memang benar papa gak pernah ngertiin aku"
(Gigit gigit piring kosong)
^^^^^^
Hadeewwwww mbok ya ngomong bu..
------------------------------
-----------------------------------------

mmmhhh..
Tentu kejadian seperti ini tidak jarang mewarnai kehidupan rumah tangga pasutri.
Seringkali istri menganggap bahwa selayaknya suami bisa ngertiin apa maunya tanpa perlu diomongkan.
Sayangnya, para suami yang cenderung memakai akal (bukan perasaan) kerap tidak bisa menangkap sinyal itu.
Tetep woles, tetep adem ayem padahal hati si istri udah kayak Aceh diterjang tsunami. Luluh lantak.
Ayolah para istri.. jangan siksa hatimu dengan pesan tak sampai itu. Omongkan saja apa maumu..
Suamimu bukan dukun yang (katanya) bisa ngerti hati orang. Ayolah bicarakan agar dia memahami..
Seringkali para suami akan bilang, "oalaaah gara-gara pukis tho. Ngomong dong say.."

Dan....

Ayolah para suami..
Bersikaplah lebih peka terhadap para istri, sang gelas-gelas kaca itu. Luangkan waktu sejenak untuk mendengarnya bercerita tentang apa mau nya. Dan apa asa nya.. ^^

#‎CopasCopasBermanfaat‬