Selasa, 25 Agustus 2020

Pasangan Hidup, antara KEKASIH dan SAHABAT

 

❓ sudah berapa lama anda menikah?
5? 7? 10? Atau lebih?

๐Ÿ’–Sekarang, perhatikan pasanganmu. Perhatikan baik baik, segala details yang ada di wajahnya. Mulai dari rambutnya, turun ke mata.. hidung, bibir, dagu.. lehernya.
๐Ÿ’กSudah mulai terlihat jelas, guratan usia itu. Ya! Ia tidak lagi semuda dulu, ketika ia menikahimu. Namun, guratan garis kebijaksanaan itu, menyatakan dengan tegas.. telah berapa lama ia mendampingi dengan setia, engkau mengharungi hidup.

๐Ÿ’š
Dimulai dengan awal-awal pernikahan yg tentu saja membuat hati bahagia, menunggu tibanya buah hati pertamamu. Melewati segala serba-serbi menjadi orang tua baru.
Cobaan, rintangan, keberkahan.. satu-demi-satu. Urusan pengasuhan, mertua,saudara, himpitan keuangan, hingga putra ketiga hadir dalam keluarga kecilmu.

▶
Kini, mungkin urusan anak, sudah tidak serepot dulu. Maklumlah, sudah yang kesekian, sudah pakarlah dianggapnya. Rumah juga sudah sering rapihnya.

๐Ÿ“ถ
Kendaraan sudah bertambah..karena anak juga bertambah, jumlahnya jadi 2.
Bisnis mulai lancar, anak mulai besar, orang tua mulai menua dan sakit disana sini.
Setiap tahapan kehidupan membawa tantangan baru.

☑
Ia pun, kini, lebih menjadi sahabat dibanding kekasih. Segala sesuatunya sudah seperti rutinitas abadi. Mulai dari bangun pagi, siapkan sarapan, menyiapkan semuanya agar siap berangkat.. Memastikan tidak ada yg tertinggal, hingga ke penghujung hari.
Menemani anak belajar, murojaah, makan malam, lipat kain, menidurkan anak.dan kitapun tidur. Hingga pagi menjelang, dan rutinitas itu terulang kembali.

๐Ÿ’ง
Yang agak serius dibicarakan di tahap perkawinan seusia ini : sakit orang tua, sumber rezeki, kemana Si adik jadi masuk TK yang uang masuknya berjuta-juta itu? Kalau iya, darimana uang dicari. Menghitung cicilan apa saja yang sudah lunas, dan apa yang mesti dilunasi.
Kebutuhan kakak yang masuk SMP/SMA, geliat dia menjelang dewasa,dan berharap kelak hidupnya bahagia dunia dan akhirat.. de el el .. de el el...

๐ŸŒด
Daannn, kalaupun ada yang seru yang bisa dibicarakan diantara semua itu, yaa paling seputar teman, politik, agama, dan keadaan negeri saat ini.
Diselangi dengan updetan kabar teman itu dan teman ini. Iya kan?
Coba dibaca lagi ๐Ÿ‘†๐Ÿผ. Bukankan ia sudah lebih menjadi sahabat, dibanding kekasih???

๐ŸŒธ
๐ŸŒธ๐ŸŒธ

๐Ÿงก
Menjelang 40 kah? Walau masih 5-6 th lagi. Sudah waktunya, introspeksi diri. Jangan lupakan tujuan utama, berkumpul kelak di Jannah-NYA nanti. Bersamanya? atau tidak? Pengennya sih. Tapi, apakah usahanya sudah sepadan?

๐Ÿ’Ž
Usia segini, sudah masuk 'injury time' kalau istilah di persepak bolaan. Banyak yang sudah mulai mengeluh sakit sana, sakit sini. Tidak sedikit, yang ditinggal mati?

๐ŸŒฟ
Aduhai, berapa lama lagi kah kiranya diizinkan bersama oleh Ilahi? Menikmati semua ini? Anak-anak.. kehidupan, orang tua. Yang pasti, jauh di dalam hati, kita tahu, tidak ada yang abadi. Dan semua ini, sewaktu-waktu bisa berganti. Karena memang, tidak ada warranty ( jaminan ) akan selalu begini.

๐Ÿ’•
Lalu, bagaimana kalau ia tiba-tiba pergi?
Bukankah berita kematian berseliweran disana sini? Setiap hari?
Siapkah? Jika ia pergi? Sahabat yang juga kekasih hati? Mendadak, kita sendiri. Semoga tidak ada penyesalan nanti. Sesal karena kurang berbakti, kurang bisa menyenangkan pada hal-hal kecil yg remeh sekali. Kurang berpegangan tangan, memasakkan kesukaan, tertawa bersama, mengelap iler atau kangen sama ngoroknya .. hahaha.

❗
Intinya..
Cherish what you have! Nikmati si dia!
Kita tidak pernah tahu, berapa lama lagi waktu yang kita punya bersamanya, menyentuh jemarinya, kecupan sayang dan manja. Keluarlah dari rutinitas anda, sekali kalii saja.

๐Ÿ’š
Anak-anak memang penting. Toh, sudah 24 jam kita dedikasikan pada mereka. Sekarang lihat yang ada disamping, yang walau termakan waktu, ganteng dan cantiknya masih bertahan sampai kini.
Dialah yang Allah pilihkan untukmu. Sebaik baik imam bagimu.

๐Ÿ’“
Enjoy while you can..
Tapi jangan lupa janji utamamu...
Beribadahlah yang lajuuuu...
Apalagi menjelang empat puluh.
Sehingga kelak Allah mempersatukanmu.. dilevel Jannah no 1!
Aamiin....๐ŸŒธ๐ŸŒธ๐ŸŒธ

By. bunda Elly Risman

Karena SURGA itu terlalu luas

 

Adalah ia, Anas bin Malik sedang sangat bahagia. Saat mendengar Rasulullah bersabda, "Seseorang, kelak (di hari kiamat) akan bersama orang yang dicintainya."
Dengan terisak, ia berkata bahwa ia sangat mencintai hadits ini dan tak akan pernah menukarnya dengan apapun di dunia.

Ia, dengan kerendahan hatinya, mengakui bahwa dirinya dalam hal amal, tak lebih baik dari Umar dan Abu bakar. Apalagi Rasulullah, jauuhh ....
Tapi sungguh, setelah Rasulullah, ia sangat mencintai dua lelaki itu. Dan amat berharap, kelak dibersamai mereka dalam jannah-Nya.

Anas bin Malik, paham betul. Bahwa segala amalannya belum tentu diterima dan seluruh dosanya belumlah tentu diampuni. Namun, ia mencintai mereka dengan sepenuh hati. Pun para sahabat yang mulia, meski tak dipungkiri lagi tingkat keimanan mereka, namun berlomba dalam kebaikan masihlah menjadi keutamaan.

Suatu saat selesai sholat shubuh berjama'ah selepas dari pulang berjihad, malamnya. Rasulullah bertanya kepada para sahabatnya :
"Siapakah yang hari ini telah qiyamullail?"
"Siapakah yang hari ini sudah mengantar jenazah?"
"Siapakah yang hari ini menyantuni anak yatim?"
"Siapakah yang hari ini telah menengok orang sakit?"
"Siapakah yang hari ini sudah bersedekah?"

Dan, kemudian hening. Senyap merambat. Tak ada satupun yang mengangkat tangan. Hingga Rasulullah memerintahkan Abu Bakar untuk mengangkat tangannya, sebab beliau tahu bahwa Abu Bakar pasti telah menunaikan itu.

Akhirnya, Abu Bakar pun bersuara :
"Ya Rasulullah. Sepulang dari berjihad semalam, saya sungguh lelah dan khawatir tidak bisa bangun malam. Maka saya melaksanakan qiyamulail sesudah sholat isya.
Ya Rasulullah, si fulan, sahabat Anshar yang semalam terluka sepulang berjihad akhirnya syahid. Dan saya tadi, sebelum shubuh mengurus jenazah dan ikut menguburkannya.
Ya Rasulullah, sahabat Anshar yang syahid itu, memiliki istri dan anak. Maka saya meninggalkan untuk mereka, bekal selama satu bulan.
Ya Rasulullah, saat akan berangkat ke masjid untuk sholat shubuh tadi, saya menghampiri Abdurrahman bin Auf untuk mengajaknya. Namun ternyata ia sedang sakit. Maka saya menengok dan mendoakannya.
Ya Rasulullah, tadi sebelum berangkat saya membawa beberapa kerat roti dan sewadah susu. Kemudian saya berikan kepada Abu Hurairoh dan teman-temannya."
MasyaAllah ... maka, sejak saat itu, tak ada satupun para sahabat yang merasa bisa menandingi amalan Abu Bakar. Pun, tidak juga Umar.

Disini, bukanlah ketinggian ilmu yang membuat mereka cemburu. Namun kesigapan Abu Bakar dalam menangkap peluang amal. Sesederhana apapun itu.

Pun, disini, Rasulullah mengajarkan. Bahwa terkadang, amalan kebaikan pun perlu diperlihatkan untuk memberi contoh teladan.

Di saat para musuh Islam secara terang-terangan menunjukkan kebencian mereka, di saat para pelaku kedzaliman dengan bangga menyebarluaskan dan mempertontonkan tindak keji mereka, maka umat Islam tak perlu ragu dan takut untuk menebarkan amal kebaikan. Tentu, sambil terus berlatih, mengasah diri dan berdoa agar dijauhkan dari ujub dan riya.
Hatta, saat Rasulullah menyuruh Abu Bakar mengangkat tangannya, tak sedikitpun beliau ragu ... bahwa seluruh amalan itu akan ternodai olehnya.
Maka, keteladanan dan saling mengingatkan, merupakan bukti cinta atas ukhuwah kita. Sebab surga, begitu luas jika hanya ditempati diri sendiri saja. Tentang ikhlas? Biarlah itu menjadi urusan kita dengan-Nya.


#CopasWAG

Rabu, 19 Agustus 2020

Mengenal Pemilik Rumah Proklamasi

 

Faradj Martak lahir di Hadramaut pada tahun 1897 sebagai putra ketiga dari empat bersaudara, Djuslam, Muhammad, dan Ahmad.

Setelah hijarh ke Indonesia, pada tahun 1940 keluarga Martak bersama keluarga Badjened merintis berdirinya N.V. Alegemeene Import-Export en Handel Martak Badjened (Marba), salah satu dari sedikit konglomerasi di Indonesia dengan Faradj Martak sebagai Presiden Direkturnya.

Faradj memiliki putra bernama Ali bin Faradj Martak, yang dikenal dekat dengan Bung Karno dan menjadi penerus usaha ayahnya.

Faradj Martak memiliki jasa dalam proses terciptanya kemerdekaan Indonesia. Rumah yang berlokasi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat (sekarang bernama Jalan Proklamasi) adalah miliknya, rumah tersebut kemudian dijadikan tempat tinggal Soekarno sekaligus tempat pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Faradj Martak menghibahkan rumah tersebut untuk negara, dan membelikan sejumlah gedung di Jakarta untuk pemerintah.

Atas jasanya tersebut, pemerintah Indonesia kemudian memberinya ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Faradj bin Said Awad Martak. Ucapan tersebut disampaikan secara tertulis atas nama Pemerintah Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1950, yang ditandatangani oleh Ir. Mananti Sitompoel selaku Menteri Pekerdjaan Umum dan Perhubungan Indonesia. Dalam ucapan terima kasih tersebut juga disebutkan bahwa Faradj bin Said Awad Martak telah membeli beberapa gedung lain di Jakarta yang amat berharga bagi kelahiran negara Republik Indonesia.

Madu Arab

Sebelum proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, Bung Karno mengalami sakit beri-beri dan malaria. Dua penyakit tersebut menyebabkan tubuh Bung Karno terus lemas. Melihat Bung Karno yang cukup mengkhawatirkan, Faradj Martak akhirnya memberikan Bung Karno sebuah madu yang sangat berkhasiat bernama Sidr Bahiyah dari Hadhramaut.

Madu Sidr memiliki kemampuan membunuh aneka bakteri tanpa efek samping. Madu ini bersifat antibiotik, antiseptik, dan antijamur. Soekarno rutin mendapat pasokan satu dus madu Sidr satu atau dua bulan sekali. Satu karton madu itu terdiri dari 20 botol masing-masing seberat satu kilogram.

Sabtu, 01 Agustus 2020

K. U. R. B. A. N

๐Ÿ…ฑukan kambing ๐Ÿatau sapi ๐Ÿ„ yang menjadi esensi dari ibadah kurban,
Tetapi ketaqwaan, tawadhu (kerendahan hati) dan keikhlasan, itulah esensi makna kurban yang sebenarnya. 

ู„َู† ูŠَู†َุงู„َ ูฑู„ู„َّู‡َ ู„ُุญُูˆู…ُู‡َุง ูˆَู„َุง ุฏِู…َุงุٓคُู‡َุง ูˆَู„َٰูƒِู† ูŠَู†َุงู„ُู‡ُ ูฑู„ุชَّู‚ูۡˆَู‰ٰ ู…ِู†ูƒُู…ۡۚ ูƒَุฐَٰู„ِูƒَ ุณَุฎَّุฑَู‡َุง ู„َูƒُู…ۡ ู„ِุชُูƒَุจِّุฑُูˆุงْ ูฑู„ู„َّู‡َ ุนَู„َู‰ٰ ู…َุง ู‡َุฏَู‰ٰูƒُู…ۡۗ ูˆَุจَุดِّุฑِ ูฑู„ูۡ…ُุญุۡณِู†ِูŠู†َ

Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah Dia menundukkannya untuk-mu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

-Surat Al-Hajj, Ayat 37

✅Semoga kurban ini bisa juga menyembelih rasa kesombongan kita, perasaan lebih baik dan lebih mulia dari yang lain. 
Astaghfirullah... 

Terimalah kurban kami yaa Rabb...

::: Cinere, sabtu 11 Dzulhijah 1441 H/ 1 Agustus 2020