Senin, 09 Februari 2015

tahapan (proses) Tarbiyah

Tarbiyah memiliki sifat –di antaranya- definitif, realistis, obsesif dan dapat diukur. Dengan sifatnya yang definitif, tarbiyah dapat dilakukan dengan baik dan jelas oleh para aktivisnya. Dengan sifatnya yang realistis, tarbiyah menjadi sesuatu yang dapat, mudah, dan sangat mungkin untuk diwujudkan. Dengan sifatnya yang obsesif, tarbiyah tidak mengijinkan komunitasnya untuk diam, merasa puas dan kehilangan gairah untuk membangun masa depan yang lebih baik. Dan dengan sifatnya yang dapat diukur, tarbiyah membentuk dirinya dalam ukuran-ukuran kuantitatif yang membuatnya dapat dievaluasi.

’Tahwilul jahaalati ’ilaal ma’rifah’

Setiap Jenjang Tarbiyah memiliki karakter pembinaan yang berbeda-beda. Pada jenjang-jenjang awal, Tarbiyah adalah sebuah proses yang membangkitkan rasa kebutuhan Peserta Tarbiyah kepada Islam, membangkitkan pelaksanaan adab-adab dan hukum-hukum Islam serta membangkitkan rasa cinta peserta tarbiyah untuk hidup di bawah naungan Islam. Karakter marhalah selanjatnya adalah proses tarbiyah yang menumbuhkan urgensi amal jama’i, merasakan urgensi berkhidmat pada Islam, dan merasakan kemestian bergabung dengan Gerakan Dakwah. Karakter marhalah selanjutnya adalah sebuah proses tarbiyah yang menanamkan urgensi berkorban dengan waktu dan harta, melaksanakan tugas yang dibebankan kepadanya dan berinteraksi secara aktif dengan Manhaj (metodologi) Dakwah. Pada masanya, ada tarbiyah yang menyiapkan seseorang untuk memiliki komitmen dengan seluruh pedoman dan aturan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugasnya. Dan karakter marhalah tertentu adalah proses yang menyiapkan seorang menjadi da’i teladan dan semua aspeknya – aspek pemikiran, aspek amaliyah, dan aspek pengorbanannya- menjadi representasi dari Gerakan Dakwah. Marhalah ini membentuk seorang yang menjadi representasi Gerakan Dakwah.

Lalu apa yang dimaksud dengan halaqah tarbawiyah? Halaqah Tarbawiyah adalah proses tarbiyah secara rutin dalam dinamika kelompok untuk mencapai ahdaf (tujuan-tujuan yang hendak dicapai) melalui berbagai program dan ketentuannya. Murabbi bisa mentarbiyah mutarabbi sesuai kesanggupan optimalnya mengelola forum; baik dari segi jumlah personal dalam satu kelompok maupun jumlah kelompok halaqah tarbawiyah yang ditanganinya.
Murabbi (Pembina) adalah seseorang yang melakukan program tarbiyah sesuai dengan tahapnya. Kata Murabbi digunakan untuk menunjukkan sekaligus murabbi (laki-laki) dan murabiyah (perempuan). Mutarabbi adalah seseorang atau sekelompok orang yang tengah mengikuti program tarbiyah. Kata ini digunakan untuk menunjukkan sekaligus mutarabbi dan mutarabiyah.

Indikasi keberhasilan tarbiyah dapat dilihat pada tercapainya tujuan-tujuan (ahdaf) dan muwashafat setiap tahap sesuai target waktu. Muwashafat adalah sifat-sifat yang diharapkan muncul pada diri peserta tarbiyah selama masa pentarbiyahan sesuai tahapnya Dengan demikian, yang menjadi pokok perhatian dalam tarbiyah adalah upaya pencapaian tujuan dan muwashafat setiap tahap sesuai target waktu, dengan menggunakan berbagai macam sarana, materi dan program.

Tersampaikannya materi bukanlah tujuan di dalam tarbiyah

Terlaksananya kegiatan-kegiatan bukanlah tujuan dari proses tarbiyah. Materi hanyalah sarana mencapai tujuan. Kegiatan juga hanya sarana untuk mencapai tujuan. Dengan demikian mentarbiyah adalah sebuah proses dan manajemen menghantarkan peserta mencapai tujuan, dalam waktu tertentu.

Lalu ada berapa tahap?

Dakwah adalah upaya mengajak manusia kepada keridhaan Allah yang dilakukan dengan hikmah dan dengan nasehat yang baik sehingga manusia meninggalkan thaghut dan beriman kepada Allah agar mereka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam.

Dakwah dilakukan dengan mempertimbangkan kesiapan mad’u menerima dakwah. Prinsip dakwah yang relevan dan yang dikenal luas adalah ; at ta’rif qobla taklif (Pengenalan sebelum pembebanan). Nabi Muhammad saw menasehati para aktivis untuk berinteraksi dan menyampaikan gagasan sesuai dengan kadar berpikir mad’u. Maka, dakwah, tarbiyah atau pembinaan dilakukan secara bertahap.

Lalu ada berapa tahapan?

Sebenarnya bukan berapa tahap yang penting untuk dibahas. Para aktivis bisa sangat berbeda dalam hal jumlah tahapannya. Jumlah tidak penting. Yang harus dikedepankan adalah persoalan amal dakwah apa yang ada. Lalu Amalud da’wah itulah yang kemudian menentukan jumlah tahapan dalam tarbiyah. Sepanjang yang saya ketahui, ada 5 amalud da’wah yaitu ;

1. Dakwah dalam arti sebuah aktivitas yang mengubah atau mentransformasikan kebodohan (al jahalah) ke kondisi kefahaman (al ma’rifah). Dalam adagium bahasa arab, amal ini biasa dirumuskan dengan ’Tahwilul jahaalati ’ilaal ma’ifah’.

2. Dakwah dalam arti sebuah aktivitas yang mengubah kefahaman atau mentransformasikan kefahaman dalam diri menjadi fikrah atau gagasan. Dalam adagium dakwah biasanya dirumuskan dengan ; ’Tahwilul ma’rifah ’ilaal fikrah’.

3. Dakwah dalam arti sebuah aktivitas yang mentransfomasikan gagasan menjadi gerakan. Yang dalam rumusannya biasanya dikenal dengan ungkapan ; ’Tahwilul fikrah ’ilaal harokah’.

4. Dakwah dalam arti sebuah aktivitas yang mentransformasikan gerakan menjadi sebuah natijah. Natijah kerap diartikan dengan arti hasil. Maka pada amalud da’wah ini, peserta tarbiyah sedang melakukan transformasi gerakan menjadi sesuatu yang memiliki arti atau hasil. Para aktivis mengenal aktivitas ini dengan ungkapan ; ’Tahwilul harokah ’ilaa an natijah’.

5. Dakwah dalam arti sebuah aktivitas yang mentransformasikan natihah menjadi ghoyah. Ghoyah adalah tujuan. Apa perbedaan antara Natijah dan Ghoyah. Ghoyah adalah tujuan, mungkin semacam orientasi hidup.
Sedangkan Natijah adalah hasil dalam jangkan yang lebih pendek dan lebih semacam proyek. Maka dakwah dalam aktivitas ini adalah upaya mengajak manusia menjadi seorang yang berorientasi dakwah dalam seluruh aspek hidupnya.

Kelimanya khas meski mungkin tidak berupa patahan yang tegas.

Keberadaan kelima aktivitas ini membuat para aktivis mengenal tahapan dakwah. Sebenarnya penamaan tahapan itu tidak lain adalah penamaan terhadap aktivitas dakwah (amalud da’wah). Untuk aktivitas ’Tahwilul jahaalati ’ilaal ma’ifah’ , para aktivis menyebut lembaganya sebagai lembaga ta’lim atau tabligh. Untuk aktivitas ’Tahwilul ma’rifah ’ilaal fikrah’ dan ’Tahwilul fikrah ’ilaal harokah’, para aktivis mengenal sebuah marhalah da’wah yang para aktivis sebut dengan Takwin. Untuk aktivitas mentransformasikan gerakan menjadi sebuah natijah,, para aktivis mengenal marhalah tandzim.
Dan marhalah tanfidz adalah sebuah episode dakwah yang mentransformasikan natijah menjadi ghoyah. Jadi, para aktivis mengenal 5 marhalatud da’wah ; ta’lim, tabligh, takwin, tandzim, dan tanfidz.

Maka, bukan penamaannya yang terpenting, namun alamatud da’wah-nya yang lebih penting. Apa hebatnya para aktivis merasa ada di marhalah dakwah yang para aktivis nilai prestisius jika para aktivis tak melakukan amalud da’wah yang sesuai? Apa ada alasan untuk sedih ketika faktanya para aktivis sedang melakukan amal dakwah yang tampak tak terlalu ’tinggi’? Bukan penamaan yang terpenting dalam tarbiyah ini.

Juga bukan soal jumlah yang menentukan ’benar’ atau ’tidaknya’ sebuah gerakan. Bukan semakin banyak berarti semakin bagus, sebagaimana bukan berarti semakin sedikit berarti semakin bagusnya sebuah cita cita gerakan dakwah. Jumlah bisa berbeda beda, nama tahapan bisa diperdebatkan, dan definisi bisa angat beragam. Berbangga bangga pada tahapan -yang sebenarnya bersifat teoritis- adalah hal yang mencerminkan hal sebaliknya dari kematangan individual.

Setiap tahapan menuntut para aktivis untuk memainkan peran yang khas. Pada tahapan ta’lim wa tabligh, para aktivis mungkin harus lebih banyak menerima, bersikap sebagai murid, menghafal, mengulang, melatih/riyadhoh, dan terus mengunyah ide dan gagasan serta mencatat dan mengamalkan ilmu yang disampaikan murabbi atau pak kyai atau sang muballigh. Para aktivis dengar dan para aktivis pikirkan dengan seksama. Sesekali menunjukkan dan berbagi ide serta gagasan adalah bagus untuk persiapan selanjutnya. Tapi para aktivis harus sadar bahwa para aktivis sedang menghilangkan sekian ketidakmengertian dan menggantinya dengan pemahaman yang bagus. Maka –sebenarnya- kekaguman pihak eksternal terhadap perubahan yang terjadi pada diri para aktivis tarbiyah bukanlah hal yang menjadi prioritas utama.

Marhalah ini sebenarnya tak bagus jika terlalu ramai dan gegap gempita

Murabbi, ustad atau pak kyai yang sedang mentransformasikan kebodohan menjadi pemahaman ini juga tak boleh terlalu terpukau dengan pertunjukkan yang sesekali itu. Tak boleh tergesa gesa dan menikmati ini secara berlebihan. Kadang ini lebih sering menipu daripada memberi manfaat.

Pada tahapan ini, bukan sama sekali tak boleh menunjukkan aksi. Tapi aksi bukan hal utama dalam tahapan ini. Justru di sini kadang ironis. Pada tahapan ini, energi besar –jika tak bisa disebut terbesar- adalah pertunjukkan dan penampakkan. Inqilab dan revolusioner. Bagus. Tetapi itu bukan kewajiban marhalah. Kewajiban para aktivis sebagai mutarabbi adalah menguatkan energi untuk bersikap mulia dan menguatkan pemahaman.

Ini bukan salah para aktivis semata. Dunia menuntut para aktivis untuk tampil dengan sedikitnya kesiapan dan kesiagaan. Dunia tak pernah menunggu. Selalu ada target di depan para aktivis yang mengharuskan para aktivis melangkah dan bahkan berlari. Allah maha mengerti apa yang terbaik untuk mereka. Tapi di saat seperti itu, para aktivis harus sadar bahwa bergerak bukanlah target utama para aktivis dalam marhalah ini. Seperti kalimat awal saya, tahapan tahapan ini memang khas tetapi tak selalu tegas dalam perbedaannya.

Penutup

Saya ingin para aktivis adil menatap. Hari ini para aktivis saksikan sebagian para aktivis sudah kelelahan dalam usaha menjadi bagian penting dalam barisan dakwah. Sebagian lagi repot dan kaget. Sebagian para aktivis yang lelah kemudian tak sanggup lagi melangkah dan mentrasnformasikan aspek aspek yang belum tuntas. Dan sebagian para aktivis repot dan kaget dengan fakta yang berkembang yang ternyata tak bisa atau tak mudah lagi dikendalikan.

Saya juga ingin dunia adil menatap upaya mereka. Biarkan mereka menapaki tahapan demi tahapan. Bantu mereka menapaki tahapannya dengan baik.
 
 
dikutip dari tulisan ust Ekonov...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar