Jumat, 30 Agustus 2013

Agar Bisa Menikmati Dakwah

Engkau hanya memerlukan kesadaran, bahwa yang engkau lakukan seluruhnya dalam dakwah ini adalah untuk Allah. Kerjamu untuk Allah. Keringatmu untuk Allah. Waktu yang engkau habiskan untuk Allah. Harta yang engkau alokasikan dalam dakwah adalah untuk Allah. Pikiran yang engkau curahkan untuk Allah. Tenaga yang engkau sumbangkan untuk Allah.

Berjalanmu dalam melakukan semua kegiatan, berangkat dan pulangnya, untuk Allah. Dudukmu dalam mengikuti rapat dan koordinasi, untuk Allah. Suaramu saat engkau menyampaikan pendapat dan pandangan, untuk Allah. Mengawali dan mengakhiri rapat dan semua pertemuanmu, untuk Allah. Program kerja yang engkau tunaikan, untuk Allah. Berlelah-lelahmu untuk Allah. Berpagi-pagimu untuk Allah. Bermalam-malammu untuk Allah.

Engkau hanya memerlukan kesetiaan, bahwa segala yang engkau pikirkan adalah untuk Allah. Segala yang engkau kerjakan adalah untuk Allah. Segala yang engkau rancang adalah untuk Allah. Segala yang engkau inginkan adalah ridha Allah.


Engkau tidak perlu memusingkan dirimu akan mendapatkan apa dalam jalan dakwah ini, karena itu urusan Allah. Engkau tidak perlu merisaukan posisimu seperti apa dalam organisasi dakwah karena telah diatur oleh Allah. Mungkin saja engkau mengetahui ada sebagian orang yang hasad kepadamu, kepada posisimu, kepada kedudukanmu, namun engkau telah menyerahkan semuanya kepada Allah. Engkau tidak perlu menyimpan rasa iri dengki atas posisi, kedudukan, jabatan, dan harta benda yang dimiliki saudaramu di jalan dakwah, karena engkau lebih menginginkan kedudukan mulia di sisi Allah.


Engkau tidak perlu resah memikirkan omongan dan sikap orang kepadamu, selama engkau selalu bersandar kepada Allah. Engkau tidak perlu menyibukkan diri untuk berharap-harap jabatan, posisi, kedudukan, kekuasaan tertentu dalam perjalanan dakwah, karena telah dikelola oleh Allah. Engkau tidak perlu menyibukkan diri untuk mencari-cari gemerlapnya pujian dalam mengemban amanah dakwah, karena segala puji hanyalah milik Allah.


Engkau hanya perlu menyibukkan diri untuk selalu membawa kesadaran Rabbaniyah dalam segala langkah.

Engkau hanya perlu menyibukkan diri untuk selalu mengingat Allah dalam segala kegiatan. Engkau hanya  perlu menyibukkan diri untuk memberikan kontribusi terbaik di jalan dakwah, dengan segala potensi dan kemampuan yang engkau miliki, karena Allah.


Engkau hanya perlu menyadari bahwa kemuliaan itu hanya milik Allah. Bukan pada jabatan, posisi, kedudukan, harta dan materi duniawi. Engkau hanya perlu memupuk dan menguatkan kecintaan kepada Allah, karena pada sisi Allah terdapat segala kekuatan dan kesempurnaan. Tidak ada orang terhina selama dia mendekat kepada Allah. Tidak ada orang mulia dalam menjauhi Allah.


Maka, resapilah setiap hari setiap saat, betapa nikmat berada di jalan dakwah ini. Karena proposalmu adalah kepada Allah, bukan kepada manusia. Proposalmu adalah kerja di jalanNya, bukan untuk posisi dunia.


Selamat menempuh jalan dakwah yang begitu nikmat, setiap waktu setiap saat.
*dikutip dari tulisannya ust Cahyadi Takariawan "Agar Bisa Menikmati Indahnya Dakwah

Selasa, 13 Agustus 2013

Memaafkan




Tujuan puasa adalah utk mencapai derajat TAQWA
Diantara tanda TAQWA adalah MEMAAFKAN


Memaafkan bukan bagaimana kita mendengar, tapi bagaimana kita mengerti.
Bukan bagaimana kita melupakan, tapi bagaimana kita mengikhlaskan

Sejatinya, memaafkan itu bisa :

>menghapus dendam
>menghapus luka jiwa
>Menghapus sakit hati

Setiap jiwa pemaaf pasti akan tenang
hingga ketenangan itu menghantarkan perjumpaan dengan NYA

Mohon maaf lahir batin....
semoga Allah menerima semua amal kita dan mengampuni segala dosa2 kita...

Teladan MEMAAFKAN dari nabi Yusuf alayhis-salam

قَالَ لَا تَثْرِيبَ عَلَيْكُمُ الْيَوْمَ يَغْفِرُ اللهُ لَكُمْ وَهُوَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ


Nabi Yusuf berkata (kepada saudara-saudaranya): "Tak ada cercaan kepada kalian. Semoga Allah mengampuni kalian dan Dia Paling Penyayang diantara para penyayang." (Yusuf: 92).

وَرَفَعَ أَبَوَيْهِ عَلَى الْعَرْشِ وَخَرُّوا لَهُ سُجَّدًا وَقَالَ يَا أَبَتِ هَٰذَا تَأْوِيلُ رُؤْيَايَ مِن قَبْلُ قَ
دْ جَعَلَهَا رَبِّي حَقًّا وَقَدْ أَحْسَنَ بِي إِذْ أَخْرَجَنِي مِنَ السِّجْنِ وَجَاءَ بِكُم مِّنَ الْبَدْوِ مِن بَعْدِ أَن نَّزَغَ الشَّيْطَانُ بَيْنِي وَبَيْنَ إِخْوَتِي إِنَّ رَبِّي لَطِيفٌ لِّمَا يَشَاءُ إِنَّهُ هُوَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ

Nabi Yusuf menaikkan kedua orang tuanya ke atas singgasana dan mereka semua bersujud menghormat kepada Nabi Yusuf

Dan dia berkata: "Wahai ayahku, inilah ta'wil mimpiku yang dulu itu Tuhanku telah menjadikannya kenyataan. Sesungguhnya Tuhanku telah berbuat baik kepadaku ketika Dia membebaskan aku dari penjara dan ketika Dia membawa kalian dari dusun setelah setan merusak hubungan antara aku dan saudara-saudaraku. Sungguh Tuhanku Maha Lembut terhadap apa yang Dia kehendaki. Sungguh Dia lah Yang Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. (surat Yusuf ayat 100

Yang menarik adalah bahwa ucapan Nabi Yusuf benar-benar mencerminkan kesempurnaan maaf yang diberikannya untuk saudara-saudaranya yang dulu telah hampir membunuhnya dengan menceburkannya ke dalam sumur.

Nabi Yusuf mengalami setidaknya dua kejadian yang membahayakan dan menyakitkan : diceburkan ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya sendiri dan dijebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan mencoba memperkosa majikannya.

Namun saat berbicara dihadapan orang tua dan saudaranya tentang nikmat Allah kepadanya di ayat 100 tsb Nabi Yusuf hanya menyebutkan nikmat keluar dari penjara tanpa menyinggung peristiwa sumur.

Pun saat menyebutkan nikmat berkumpul kembali dg mereka, Nabi Yusuf hanya menyalahkan setan yang telah mengganggu hubungannya dg mereka.

Nabi Yusuf benar-benar membuktikan bahwa "tak ada cercaan kpd kalian" baik langsung atau tidak langsung.

Maaf yang tulus dan sempurna yang lahir dari kasih sayang kepada saudaranya seolah mereka tak pernah menyakitinya.

Shalawat dan salam kepada Nabi Yusuf dan Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam