Senin, 14 Desember 2015

Pesan Sang Pembangun

Ada satu pesan yang pernah disampaikan oleh Imam Syahid Hasan Al Banna, sebagaimana termaktub di buku Memoar Hasan AlBanna, halaman 356, berjudul "Sikap Kita Dan Organisasi Lain"  :

“Menurut kami, sikap kita terhadap organisasi-organisasi agama, sosial, ekonomi, dan politik di negeri kita – berdasarkan karakteristik dakwah kita – adalah satu saja; yaitu mengharapkan kebaikan semua organisasi tersebut dan mendoakan agar semuanya mendapat taufiq dan hidayah dari Allah swt. Jalan terbaik yang mesti kita tempuh adalah hendaklah kita tidak sibuk memperhatikan kekurangan organisasi lain sehingga melupakan organisasi kita sendiri. Kita memerlukan jumlah dan mobilisasi. Lapangan-lapangan kosong dalam tubuh umat kita memerlukan para tentara dan pejuang. Sedangkan waktu tidak memberi kita kesempatan luas untuk melihat dan menyibukkan diri dengan orang lain. Biarkan semua bekerja sesuai dengan bidang masing-masing. Sedangkan Allah menyertai orang-orang yang berbuat baik, sampai Allah memberikan keputusan yang benar antara kita dan kaum kita.”

Imam Hasan Al Banna meneruskan:
“Kalian akan mendengar organisasi-organisasi lain membicarakan kalian. Jika perkataan itu baik, hendaklah kalian bersyukur atasnya dalam diri kalian. Jika sebaliknya, hendaklah kalian memaklumi mereka dan nantikanlah sampai suatu saat zaman akan menyingkapkan kebenaran. Janganlah dosa itu kalian balas dengan dosa serupa. Jangan menyibukkan diri untuk membantahnya sehingga mengurangi keseriusan kalian dalam pekerjaan yang sedang kalian lakukan. Yakinlah bahwa semua itu tidak dapat memalingkan seorang pun dari kalian dan tidak akan membahayakan kalian, selama kalian bersabar dan bertaqwa. Sesungguhnya sabar dan taqwa adalah kewajiban yang ditekankan bagi kalian.”

“Kalian akan mendengar  ada organisasi yang menuduh kalian menjalin hubungan dengan organisasi-organisasi lain yang dibencinya atau yang bertentangan dengannya. Maka janganlah kalian mempedulikan tuduhan itu dan jangan coba menolak atau membenarkannya. Karena yang berkewajiban membawa bukti dan saksi adalah pihak yang menuduh dan membuat pernyataan. Hal itu tidak luput dari salah satu di antara dua kemungkinan: Pertama, barangkali pihak yang menuduh itu serius sehingga – meskipun lama – ia akan mengetahui hakikat dakwah kalian tidak pernah berhubungan kecuali dengan Allah dan rasulNya serta tidak pernah berjuang kecuali untuk islam dan umat islam; Kedua, atau barangkali ia tidak serius dalam perkataannya  melainkan sekedar menghibur diri dengan melemparkan tuduhan dan bersenang-senang dengan ghibah. Maka hal itu tidak membahayakan kalian sedikitpun. Karena itu, biarkanlah ia menikmati ucapannya itu sekehendak hatinya dan mohonlah petunjuk serta pertolongan kepada Allah untuk diri kita dan untuk hatinya.”

Imam Syahid melanjutkan.
“Kalian juga akan mendengar sebagian orang dari kalangan aktivis yang ingin menjalin hubungan dengan kalian, mungkin dengan tulus dan mungkin juga tidak. Maka saya ingin mengatakan kepada kalian di sini dengan penuh kejelasan bahwa dakwah kalian adalah dakwah tertinggi yang pernah dikenal umat manusia. Kalian adalah para pewaris Rasulullah saw, khalifah-khalifah pengganti beliau dalam menjalankan Al Quran dari Tuhannya, orang-orang yang memegang amanat beliau untuk menjaga syariatNya, serta pengikut-pengikut beliau yang mewakafkan  segala sesuatu untuk menghidupkan  Islam di masa merajalelanya hawa nafsu dan melemahnya tanggungjawab. Jika keadaan kalian seperti itu, maka dakwah kalian layak untuk didatangi oleh manusia dan ia tidak perlu mendatangi siapapun, karena ia merupakan simpul dari segala kebaikan sedangkan yang lain tidak terlepas dari segala kekurangan. 

Karena itu, terimalah keadaan diri kalian, jangan merendahkan penawaran terhadap manhaj kalian, dan tawarkanlah ia kepada manusia dengan penuh kepercayaan diri dan keteguhan. Barangsiapa yang mengulurkan tangan kepada kalian dengan landasan tersebut, maka terimalah dengan lapang dada dan perasaan senang, sebagaimana cerahnya subuh, rekahan fajar, dan cahaya siang, sebagai saudara kalian yang akan bekerja bersama kalian, beriman sebagaimana iman kalian, dan melaksanakan ajaan-ajaran yang kalian sampaikan. Dan barangsiapa yang enggan menerimanya, niscaya Allah mendatangkan suatu kaum yang dicintaiNya dan mencintaiNya.”

Imam Syahid lalu menutup uraian di atas dengan untaian nasihatnya yang indah berikut ini.
Saudaraku semua, janganlah kalian tergesa-gesa. Waktu yang terbentang di hadapan kalian masih luas. Kalian akan menjadi orang-orang yang dicari, bukan orang-orang yang mencari, karena sesungguhnya kemuliaan hanyalah milik Allah. Kalian pasti mengetahui beritanya, meskipun setelah berlalu beberapa lama. Itulah yang saya pandang sebagai sikap yang harus kita miliki terhadap berbagai organisasi (yang ada di sekitar kita). Kita menginginkan kebaikan untuk mereka, memaklumi kesalahan mereka, tidak meminta dan tidak pula menolak. Janganlah kalian mengatakan kepada siapa saja yang menyampaikan salam kepada kalian dengan ucapan, ‘Kamu bukan orang mukmin’.”

Dunia bergerak semakin cepat. Setiap orang akan sibuk dengan urusannya masing-masing. Kebutuhan-kebutuhan meningkat, sementara waktu yang tersedia sangat terbatas. Keterbatasan itu pun berbanding lurus dengan kemampuan kita sebagai manusia yang karenanya harus saling melengkapi dan menasihati satu sama lain. Jika kondisinya demikian, maka sinergi adalah solusi yang harus kita kedepankan bersama-sama.

Nasihat Imam Syahid di atas, meski sudah lama ditulisnya, masih sangat relevan dengan kondisi kita saat ini. Ketika masing-masing organisasi mulai muncul ke permukaan dengan ciri dan kelebihannya masing-masing dan karenanya berinteraksi dengan organisasi dakwah kita, maka bersinergi dan saling mendukung, selama yang didukung itu adalah hal-hal yang positif, merupakan pilihan yang tepat. Kesatuan umat di era yang penuh fitnah ini mutlak diperlukan, karena orang-orang yang membencinya akan berusaha sedemikian rupa agar membuat umat ini rapuh dan tercerai-berai.

1 komentar: