Asma’ binti Abu Bakar adalah salah seorang shahabiyah terbaik. Meski ibu
kandungnya (Qatilah) adalah seorang kafir dan mati dalam keadaan belum
sempat beriman, ketakwaan Abu Bakar terwarisi dengan sangat baik dalam
dirinya. Selain menjadi salah satu pemeran utama dalam tim sukses hijrah
Rasulullah ke Madinah, banyak teladan yang bisa kita timba dari pribadi
luar biasa ini.
Dari Asma’, kita diberitahu tentang akhlak seorang anak kepada orangtua
(ibunya) yang kafir. Dari dirinya, kita juga dapati teladan tentang
menutup aurat. Melaluinya, kita diberitahu banyak hal tentang
kesungguhan, kedermawanan, kecerdasaan dan ketaatan kepada suaminya.
Asma’ pun berjodoh dengan Zubair bin Awwam. Salah seorang pengawal setia
Rasulullah dan masuk dalam sepuluh orang yang dijamin masuk surga.
Meskipun, dia adalah sosok yang miskin harta.
Tentang pernikahannya, Asma’ bertutur, “Ketika Zubair menikahiku, ia
tidak memiliki seorang budak atau harta sedikit pun. Ia hanya memiliki
seekor kuda.” Mari catat baik-baik. Wanita semulia Asma’ mau dinikahi
oleh sahabat miskin tak berharta. Karena kemuliaannya, dia menerima
suaminya yang bagus iman dan takwanya. Bukan sekedar jabatan, keturunan
atau asesoris duniawi lainnya.
Bersebab tak memilik budak, Asma’ sering melakukan pekerjaan-pekerjaan
berat. Pun, yang bisa dilakukan oleh kaum lelaki. Katanya melanjutkan,
“Maka akulah yang memberi makan kudanya, memelihara dan menanggung biaya
perawatannya, menumbuk biji-bijian sebagai bahan makanannya serta
menyiapkan air untuk minumannya.” Cintanya karena Allah, menghasilkan
ketaatan dalam kebaikan. Dia menyadari bahwa suaminya sibuk mencari
nafkah dan berdakwah. Maka dirawatlah kuda yang dijadikan tunggangan
suaminya dalam berjihad.
Ia juga sosok yang piawai dalam menyiapkan makanan bagi suaminya, sesuai
dengan kemampuan terbaiknya. Dan tak segan meminta bantuan dari wanita
lainnya untuk hal yang tak bisa dikerjakannya. Katanya, “Aku yang
membuat adonan roti. Namun, aku tak mahir membuat roti. Maka, beberapa
wanita Anshar yang membuatkan roti untukku. Mereka semua adalah wanita
yang jujur.” Banggalah jika anda menjadi wanita rumahan yang selalu
mempunyai waktu dan antusiasme yang tinggi dalam menyediakan makanan
untuk suami tercinta. Sebab masakan istri, adalah masakan berbumbu cinta
dan ketulusan. Sehingga enak di mulut, sehat di badan, dan menambah
ikatan cinta antara dia dan suaminya.
Yang lebih mencengangkan, Asma’ sering membawa biji-bijian hasil kebun
suaminya yang merupakan pemberian Rasulullah. Hingga suatu ketika,
bersebab bertemu dengan rombongan Rasulullah sepulangnya dari kebun,
Asma’ mendapat kemuliaan dengan didudukkan di atas unta Nabi mulia itu.
Biasanya, Asma’ membawa biji-bijian dari kebun suaminya dengan berjalan
kaki. Biji-bijian itu diletakkannya di atas kepala. Jarak antara kebun
dan rumahnya sejauh dua pertiga farsakh. Satu farsakh setara dengan 3
mil. Sedangkan 3 mil setara dengan 1,6 kilometer. Sehingga, jarak yang
ditempuh oleh Asma’ ketika membawa biji-bijian hasil kebun suaminya,
setara dengan 3 kilometer lebih.
Begitulah pernikahan yang menyejarah. Tak ada gemerlap lampu pesta atau
tamu undangan yang buka-bukaan aurat di dalamnya. Dasarnya cinta karena
Allah, niatnya karena-Nya, yang ditempuh adalah jalan Nabi-Nya. Maka
dari pernikahan barokah itu, lahirlah Abdullah bin Zubair yang kelak
menjadi salah satu khalifah kebanggaan Islam.[]
dari milis...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar