Selasa, 10 September 2024

Kesalahan Bukan pada Ukhuwah, Tapi Iman yang Melemah

 

Kesalahan Bukan pada ukhuwah, Tapi iman yg melemah

Karena saat ukhuwah kita melemah, saat keakraban kita merapuh.
Saat salam terasa menyakitkan, saat kebersamaan serasa siksaan.
Saat kebaikan justru melukai. 
Sesungguhnya yg rusak bukanlah ukhuwah. Tapi iman-iman kita sedang sakit.

Mari kita waspadai jebakan setan hingga melemahkan keimanan.

? Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna mengingatkan:

"Wahai Ikhwan, sungguh aku sama sekali tak khawatir jika seluruh dunia bersatu untuk melibas kalian. Sebab dengan izin Allah, kalian lebih kuat daripada mereka. Tapi aku khawatirkan 2 hal menimpa kalian:

1. Aku khawatir kalian melupakan Allah, hingga Allah membiarkan kalian.
2. Atau kalian melupakan ikhwah-ikhwah, hingga akhirnya satu sama lain saling memperdayai."

Ibnu Abbas ra menasihati kepada kita,"Mengunyah garam dalam sebuah jama'ah masih lebih baik dari pada memakan puding dalam perpecahan."

Mari kita jaga ukhuwah karena Allah..
Jangan pernah kita rusak dengan segala kesalahfahaman tanpa adanya tabayun atau klarifikasi terlebih dahulu.
Semua hanya karena Allah….
Semua hanya karena Allah….

Al-Imam Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :

Wahai manusia, sesungguhnya aku tengah menasihati kalian, dan bukan berarti aku orang yang terbaik di antara kalian, bukan pula orang yang paling shalih di antara kalian.

Sungguh, akupun telah banyak melampaui batas terhadap diriku. Aku tidak sanggup mengekangnya dengan sempurna, tidak pula membawanya sesuai dengan kewajiban dalam menaati Rabb-nya.

Andaikata seorang muslim tidak memberi nasihat kepada saudaranya kecuali setelah dirinya menjadi orang yang sempurna, niscaya tidak akan ada para pemberi nasihat.

Akan menjadi sedikit jumlah orang yang mau memberi peringatan dan tidak akan ada orang-orang yang berdakwah di jalan Allah ‘Azza wa Jalla, tidak ada yang mengajak untuk taat kepada-Nya, tidak pula melarang dari memaksiati-Nya.

Namun dengan berkumpulnya ulama dan kaum mukminin, sebagian memperingatkan kepada sebagian yang lain, niscaya hati-hati orang-orang yang bertakwa akan hidup dan mendapat peringatan dari kelalaian serta aman dari lupa dan kekhilafan.

Maka terus meneruslah berada pada mejelis-mejelis dzikir (mejelis ilmu), semoga Allah ‘Azza wa Jalla mengampuni kalian. Bisa jadi ada satu kata yang terdengar dan kata itu merendahkan diri kita namun sangat bermanfaat bagi kita. Bertaqwalah kalian semua kepada Allah ‘Azza wa Jalla dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan muslim.

*(Mawai’zh lil Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal.185-187)

Kamis, 05 September 2024

10 Kaidah Dakwah

 

Dakwah? Apaan tuh?
Banyak yang bilang dakwah itu tentang cinta... dakwah itu tentang peduli... dakwah itu ini dan itu rupa-rupa warna dan rasanya. Memang dakwah mengajak pada kebaikan adalah hal yang amat terpuji dan patut diacungi jempol. Apalagi kondisi umat Islam sekarang tidak seantusias generasi-generasi terdahulu dalam menerima dakwah. Sayang, banyak da'i belum paham beberapa kaidah dakwah sehingga cara Ia menyerukan kebenaran kurang tepat.
Aturannya sih sederhana sahabat, sesuatu yang benar jika disampaikan dengan cara yang salah bisa disebut salah. Sesuatu yang salah jika disampaikan dengan cara yang tepat bisa diaminkan oleh orang lain, dibenarkan bahkan didukung.
Berikut salah 10 kaidah dalam dakwah yang banyak dibahas dalam buku-buku seputar dakwah dan pergerakan...

1. Al Qudwah Qabla Ad Da’wah (Menjadi Teladan Sebelum Berdakwah)

Pepatah Arab mengatakan Lisanul Haal Afsahu Min Lisanil Maqal” (Bahasa perbuatan lebih fasih daripada bahasa lisan). Dalam bahasa Inggris kita juga mengenal "action speaks louder than words" (aksi berbicara lebih keras daripada kata-kata). Itu sebabnya menjadikan diri kita sebagai teladan dari apa yang kita sampaikan adalah strategi dakwah paling wah. Apakah harus menjadi teladan yang sempurna? Gak, harus. Poinnya adalah mengusahakan diri untuk melaksanakan apa yang kita sampaikan.

أَتَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ ٱلْكِتَٰبَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri…” (QS Al Baqarah: 44)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ ۝ كَبُرَ مَقْتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُوا۟ مَا لَا تَفْعَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian kerjakan ? Sungguh besar murka di sisi Allah bila kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian kerjakan.” (QS Ash Shaff: 2-3)
Contoh:
  • Saat menggaungkan jargon anti korupsi jadilah orang yang tidak korupsi
  • Daripada sibuk meminta masyarakat melakukan vaksinasi, contohkanlah vaksinasi pada diri sendiri
  • Capek meminta teman-teman tepat waktu? Contohkan ketepatanwaktu

2. At Ta’lif Qabla At Ta’rif (Mengikat Hati Sebelum Mengenalkan)

Objek dakwah (mad’u) adalah manusia yang sikap dan perbuatannya ditentukan oleh kondisi hatinya. Untuk itu mensuasanakan hati mad'u sebelum diberikan dakwah adalah hal yang penting. Selain agar Ia tidak terkejut, tentunya agar Ia bisa lebih menerima dakwah yang kita bawa. Salah satu cara mensuasanakan hati tersebut adalah dengan cara membangun kekaraban.
Contoh:
  • Sebelum mengajak teman ikut ngaji, coba ajak ia makan bareng dengan peserta ngaji lainnya biar tahu bahwa orang-orang yang ngaji gak serem
  • Ingin mengajak teman berkerudung? Coba kadoin temen dulu, ajak main, bantu ia dengan tulus

3. At Ta’rif Qabla At Taklif (Mengenalkan Sebelum Memberi Beban/Amanah)

Salah satu kesalahan dakwah terbesar adalah membebankan suatu amalan kepada mad’u sebelum diajarkan dengan baik. Baik beban berupa suatu amal yang hukumnya wajib maupun amalan yang hukumnya sunnah. Sebab dakwah itu tegak di atas landasan ilmu dan hujjah yang jelas, bukan doktrin-doktrin yang membabi buta.
Contoh:
  • Kenalkan dulu apa dalil zakat hingga manfaatnya untuk pemerataan ekonomi, jangan langsung mewajibkan tanpa diberitahu terlebih dahulu kenapa

4. At Tadarruj fi At Taklif (Bertahap Dalam Membebankan Suatu Amal)

Manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik dari sudut pandang latar belakang pendidikan, keluarga hingga kondisi sosial yang melahirkannya. Oleh karena itu, seorag da'i harus memahami kondisi manusia yang beraneka ragam tersebut agar perlakuannya kepada setiap mad'u disesuaikan dengan kondisi mereka masing-masing.
Contoh:
  • Jangan minta orang yang baru mengaji untuk langsung qiyamullail 11 rakaat setiap malam karena ini amal yang berat untuk banyak orang, ajak dulu untuk shalat 5 waktu sehari, bertahap tambahkan shalat di masjid, tambahkan mengaji dsb baru qiyamullail
  • Jangan minta orang untuk sedekah langsung 1jt, bertahap dulu dari 2rb setiap pagi, tambahkan dikit demi sedikit

 5. At Taysir Laa At Ta’sir (Memudahkan Bukan Menyulitkan)

يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ

“Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu…” (QS Al Baqarah: 185)


Contoh:
  • Apabila ada muallaf hendak bersyahadat atau shalat tapi kalimat arabnya belum sempurna karena sulit melafalkannya jangan paksa harus sempurna di awal. Permudah jalannya untuk beribadah di awal sambil dibimbing secara bertahap
  • Mengajarkan anak qiyamullail apabila sang anak hanya sanggup 3 rakaat jangan paksa langsung 1 rakaat. Qiyamullail itu sunnah, mau qiyamullail aja sudah hamdalah. Jangan persulit jalan kebaikannya

6. Al Ushul Qabla Al Furu’ (Perkara Pokok Sebelum Perkara Cabang)

Da’i yang tidak memahami masalah-masalah ushul dan furu’ ini akan menjadikan dakwah tidak lagi menuai maslahat, bahkan dapat bersifat kontraproduktif bagi dakwah itu sendiri. Hal ini dikarenakan perkara ushul harus didahulukan daripada furu’, sedangkan furu’ dapat dilaksanakan dengan baik dan benar ketika berpijak pada ushul yang baik dan benar pula.
Contoh:
  • Hal pokok dalam Islam adalah tauhid, pelajari dulu itu dengan baik
  • Dalam ibadah salah satu ibadah wajib dan penting adalah shalat 5 waktu, pelajari dulu sebelum belajar fiqih lainnya seperti waris

7. At Targhib Qabla At Tarhib (Memberi Harapan Sebelum Ancaman)

Seorang da’i harus senantiasa memberikan semangat kepada mad’unya agar dapat beramal. Saat mad’u melakukan dosa, ia harus diberi harapan besar bahwa Allah selalu membuka pintu taubat bagi siapa saja. Bukan justru menyalahkan atau bahkan memvonis mad'u dengan vonis yang menyeramkan. 
Contoh: 
  • Sahabat pasti tahu kisah seseorang yang meninggal di perjalanan taubatnya lalu diperebutkan oleh dua malaikat setelah membunuh 100 orang. Sang 'aalim memberikan harapan taubat daripada ancaman neraka. Dengan cara ini dakwah (In syaa’a Allah) akan menuai hasil yang diharapkan.
  • Hendak mengajak teman berhijab? Jangan ancam dengan neraka yang luas, ajak melihat surga dan merasakan ketenangan batin ketika berhijab

8. At Tafhim Laa At Talqin (Memberi Pemahaman Bukan Mendikte)

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًۭا

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS Al Israa’: 36)

9.  At Tarbiyah Laa At Ta’riyah (Mendidik Bukan Menelanjangi)

Menjaga kehormatan termasuk salah satu tujuan syari’at Islam. Oleh karena itu, dakwah harus berupaya memberikan didikan yang baik kepada mad’unya.
Contoh:
  • Apabila seseorang melakukan kesalahan jangan telanjangi kesalahannya apalagi di depan umum, tapi bantu ia lepas dari kesalahan tersebut, belajar dari pengalaman dan menjadi lebih baik kedepan

10. Tilmidzu Imam Laa Tilmidzu Kitab (Murid Guru Bukan Murid Buku)

Sebuah pepatah mengatakan, “Guru tanpa buku akan melahirkan kejumudan, sedangkan buku tanpa guru akan melahirkan kesesatan”. Kadang kala kita salah dalam memahami ilmu apabila hanya membaca buku saja karena maksud penulis bukunya bisa jadi berbeda dari pemahaman kita. Di sinilah pentingnya guru. Ia bisa menunjukkan pemahaman mendetail hingga referensi lain yang masih terkait dengan pembahasan yang sedang dipelajari.

Rabu, 27 Januari 2021

Siapa Yang Selamat?

🌹 Coba kita Renungkan Tiga Pertanyaan ini ... 

Kali ini kita akan merenungkan beberapa pertanyaan yang akan kita cari jawabannya dari ayat-ayat Al-Qur’an.

Setelah semua pertanyaan ini terjawab, kita akan menukil pelajaran besar di akhir.

Tanya : Berapa orang dari kaum Tsamud yang membunuh unta Nabi Sholeh as?

Jawab : Hanya satu orang saja.

فَنَادَوْا صَاحِبَهُمْ فَتَعَاطَىٰ فَعَقَرَ
“Maka mereka memanggil kawannya, lalu dia menangkap (unta itu) dan memotongnya.” (QS.Al-Qamar:29)

Tanya : Berapa orang yang ikut merencanakan kejahatan ini?

Jawab : Sembilan orang.

وَكَانَ فِي الْمَدِينَةِ تِسْعَةُ رَهْطٍ يُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ وَلَا يُصْلِحُونَ
“Dan di kota itu ada sembilan orang laki-laki yang berbuat kerusakan di bumi, mereka tidak melakukan perbaikan.” (QS.An-Naml:48)

Tanya : Siapa saja yang mendapatkan adzab dari perbuatan ini?

Jawab : Kaum Tsamud seluruhnya.

فَأَخَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا فِي دَارِهِمْ جَاثِمِينَ
Lalu datanglah gempa menimpa mereka, dan mereka pun mati bergelimpangan di dalam reruntuhan rumah mereka. (QS.Al-A’raf:78)

Pelakunya satu orang, yang merencanakan sembilan orang, namun yang terkena adzab adalah seluruh penduduk Tsamud.

Pelaku, penghasut, pembuat rencana, orang yang rela, orang yang senang bahkan orang yang diam melihat perbuatan itu semuanya terkena adzab dari Allah swt.

Maka berhati-hatilah dengan orang-orang yang berbuat munkar atau menyebar keburukan bahkan hanya sekedar pendukung perbuatan tersebut. Karena semua yang berada dalam lingkaran ini akan terkena adzab dari Allah.

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksa-Nya. (QS.Al-Anfal:25)

Lalu siapa yang selamat?

Allah swt berfirman,

وَأَنْجَيْنَا الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ
“Dan Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” (QS.An-Naml:53)

Yang selamat adalah mereka yang memegang teguh keimanan dan ketakwaan, serta tidak diam melihat kemunkaran.

🍁 Semoga Bermanfaat 🍁

#copasWAG

Karena Memilih Adalah Hak Pembeli



🟧Ketika kita membeli sesuatu, sudah menjadi hal biasa jika kita memilih sesuatu yang akan dibeli. Bahkan kita berani membayar (lebih) mahal untuk barang yang bagus yang kita beli.
Misalnya ketika membeli mangga, maka kita pun akan memilih mangga yang bagus, meski harganya lebih mahal..
pun ketika membeli yang lain. 
karena memilih itu merupakan salah satu hak pembeli.
Sepakat ?

🟠Jika kelak Allah pilih-pilih diantara semua mahlukNya, untuk dibayar mahal dengan surga, _apakah kita bakal terpilih oleh Allah_? 😭

Ya Allah... membayangkan hal ini saja bikin sedih dan menangis... Karena ngukur diri ini masih belum pantas dipilih oleh Allah..😥

_"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka"_ (At-Taubah, 111)

#Renunganku
#BerusahaMemantaskanDiri

Selasa, 25 Agustus 2020

Pasangan Hidup, antara KEKASIH dan SAHABAT

 

❓ sudah berapa lama anda menikah?
5? 7? 10? Atau lebih?

💖Sekarang, perhatikan pasanganmu. Perhatikan baik baik, segala details yang ada di wajahnya. Mulai dari rambutnya, turun ke mata.. hidung, bibir, dagu.. lehernya.
💡Sudah mulai terlihat jelas, guratan usia itu. Ya! Ia tidak lagi semuda dulu, ketika ia menikahimu. Namun, guratan garis kebijaksanaan itu, menyatakan dengan tegas.. telah berapa lama ia mendampingi dengan setia, engkau mengharungi hidup.

💚
Dimulai dengan awal-awal pernikahan yg tentu saja membuat hati bahagia, menunggu tibanya buah hati pertamamu. Melewati segala serba-serbi menjadi orang tua baru.
Cobaan, rintangan, keberkahan.. satu-demi-satu. Urusan pengasuhan, mertua,saudara, himpitan keuangan, hingga putra ketiga hadir dalam keluarga kecilmu.

▶
Kini, mungkin urusan anak, sudah tidak serepot dulu. Maklumlah, sudah yang kesekian, sudah pakarlah dianggapnya. Rumah juga sudah sering rapihnya.

📶
Kendaraan sudah bertambah..karena anak juga bertambah, jumlahnya jadi 2.
Bisnis mulai lancar, anak mulai besar, orang tua mulai menua dan sakit disana sini.
Setiap tahapan kehidupan membawa tantangan baru.

☑
Ia pun, kini, lebih menjadi sahabat dibanding kekasih. Segala sesuatunya sudah seperti rutinitas abadi. Mulai dari bangun pagi, siapkan sarapan, menyiapkan semuanya agar siap berangkat.. Memastikan tidak ada yg tertinggal, hingga ke penghujung hari.
Menemani anak belajar, murojaah, makan malam, lipat kain, menidurkan anak.dan kitapun tidur. Hingga pagi menjelang, dan rutinitas itu terulang kembali.

💧
Yang agak serius dibicarakan di tahap perkawinan seusia ini : sakit orang tua, sumber rezeki, kemana Si adik jadi masuk TK yang uang masuknya berjuta-juta itu? Kalau iya, darimana uang dicari. Menghitung cicilan apa saja yang sudah lunas, dan apa yang mesti dilunasi.
Kebutuhan kakak yang masuk SMP/SMA, geliat dia menjelang dewasa,dan berharap kelak hidupnya bahagia dunia dan akhirat.. de el el .. de el el...

🌴
Daannn, kalaupun ada yang seru yang bisa dibicarakan diantara semua itu, yaa paling seputar teman, politik, agama, dan keadaan negeri saat ini.
Diselangi dengan updetan kabar teman itu dan teman ini. Iya kan?
Coba dibaca lagi 👆🏼. Bukankan ia sudah lebih menjadi sahabat, dibanding kekasih???

🌸
🌸🌸

🧡
Menjelang 40 kah? Walau masih 5-6 th lagi. Sudah waktunya, introspeksi diri. Jangan lupakan tujuan utama, berkumpul kelak di Jannah-NYA nanti. Bersamanya? atau tidak? Pengennya sih. Tapi, apakah usahanya sudah sepadan?

💎
Usia segini, sudah masuk 'injury time' kalau istilah di persepak bolaan. Banyak yang sudah mulai mengeluh sakit sana, sakit sini. Tidak sedikit, yang ditinggal mati?

🌿
Aduhai, berapa lama lagi kah kiranya diizinkan bersama oleh Ilahi? Menikmati semua ini? Anak-anak.. kehidupan, orang tua. Yang pasti, jauh di dalam hati, kita tahu, tidak ada yang abadi. Dan semua ini, sewaktu-waktu bisa berganti. Karena memang, tidak ada warranty ( jaminan ) akan selalu begini.

💕
Lalu, bagaimana kalau ia tiba-tiba pergi?
Bukankah berita kematian berseliweran disana sini? Setiap hari?
Siapkah? Jika ia pergi? Sahabat yang juga kekasih hati? Mendadak, kita sendiri. Semoga tidak ada penyesalan nanti. Sesal karena kurang berbakti, kurang bisa menyenangkan pada hal-hal kecil yg remeh sekali. Kurang berpegangan tangan, memasakkan kesukaan, tertawa bersama, mengelap iler atau kangen sama ngoroknya .. hahaha.

❗
Intinya..
Cherish what you have! Nikmati si dia!
Kita tidak pernah tahu, berapa lama lagi waktu yang kita punya bersamanya, menyentuh jemarinya, kecupan sayang dan manja. Keluarlah dari rutinitas anda, sekali kalii saja.

💚
Anak-anak memang penting. Toh, sudah 24 jam kita dedikasikan pada mereka. Sekarang lihat yang ada disamping, yang walau termakan waktu, ganteng dan cantiknya masih bertahan sampai kini.
Dialah yang Allah pilihkan untukmu. Sebaik baik imam bagimu.

💓
Enjoy while you can..
Tapi jangan lupa janji utamamu...
Beribadahlah yang lajuuuu...
Apalagi menjelang empat puluh.
Sehingga kelak Allah mempersatukanmu.. dilevel Jannah no 1!
Aamiin....🌸🌸🌸

By. bunda Elly Risman

Karena SURGA itu terlalu luas

 

Adalah ia, Anas bin Malik sedang sangat bahagia. Saat mendengar Rasulullah bersabda, "Seseorang, kelak (di hari kiamat) akan bersama orang yang dicintainya."
Dengan terisak, ia berkata bahwa ia sangat mencintai hadits ini dan tak akan pernah menukarnya dengan apapun di dunia.

Ia, dengan kerendahan hatinya, mengakui bahwa dirinya dalam hal amal, tak lebih baik dari Umar dan Abu bakar. Apalagi Rasulullah, jauuhh ....
Tapi sungguh, setelah Rasulullah, ia sangat mencintai dua lelaki itu. Dan amat berharap, kelak dibersamai mereka dalam jannah-Nya.

Anas bin Malik, paham betul. Bahwa segala amalannya belum tentu diterima dan seluruh dosanya belumlah tentu diampuni. Namun, ia mencintai mereka dengan sepenuh hati. Pun para sahabat yang mulia, meski tak dipungkiri lagi tingkat keimanan mereka, namun berlomba dalam kebaikan masihlah menjadi keutamaan.

Suatu saat selesai sholat shubuh berjama'ah selepas dari pulang berjihad, malamnya. Rasulullah bertanya kepada para sahabatnya :
"Siapakah yang hari ini telah qiyamullail?"
"Siapakah yang hari ini sudah mengantar jenazah?"
"Siapakah yang hari ini menyantuni anak yatim?"
"Siapakah yang hari ini telah menengok orang sakit?"
"Siapakah yang hari ini sudah bersedekah?"

Dan, kemudian hening. Senyap merambat. Tak ada satupun yang mengangkat tangan. Hingga Rasulullah memerintahkan Abu Bakar untuk mengangkat tangannya, sebab beliau tahu bahwa Abu Bakar pasti telah menunaikan itu.

Akhirnya, Abu Bakar pun bersuara :
"Ya Rasulullah. Sepulang dari berjihad semalam, saya sungguh lelah dan khawatir tidak bisa bangun malam. Maka saya melaksanakan qiyamulail sesudah sholat isya.
Ya Rasulullah, si fulan, sahabat Anshar yang semalam terluka sepulang berjihad akhirnya syahid. Dan saya tadi, sebelum shubuh mengurus jenazah dan ikut menguburkannya.
Ya Rasulullah, sahabat Anshar yang syahid itu, memiliki istri dan anak. Maka saya meninggalkan untuk mereka, bekal selama satu bulan.
Ya Rasulullah, saat akan berangkat ke masjid untuk sholat shubuh tadi, saya menghampiri Abdurrahman bin Auf untuk mengajaknya. Namun ternyata ia sedang sakit. Maka saya menengok dan mendoakannya.
Ya Rasulullah, tadi sebelum berangkat saya membawa beberapa kerat roti dan sewadah susu. Kemudian saya berikan kepada Abu Hurairoh dan teman-temannya."
MasyaAllah ... maka, sejak saat itu, tak ada satupun para sahabat yang merasa bisa menandingi amalan Abu Bakar. Pun, tidak juga Umar.

Disini, bukanlah ketinggian ilmu yang membuat mereka cemburu. Namun kesigapan Abu Bakar dalam menangkap peluang amal. Sesederhana apapun itu.

Pun, disini, Rasulullah mengajarkan. Bahwa terkadang, amalan kebaikan pun perlu diperlihatkan untuk memberi contoh teladan.

Di saat para musuh Islam secara terang-terangan menunjukkan kebencian mereka, di saat para pelaku kedzaliman dengan bangga menyebarluaskan dan mempertontonkan tindak keji mereka, maka umat Islam tak perlu ragu dan takut untuk menebarkan amal kebaikan. Tentu, sambil terus berlatih, mengasah diri dan berdoa agar dijauhkan dari ujub dan riya.
Hatta, saat Rasulullah menyuruh Abu Bakar mengangkat tangannya, tak sedikitpun beliau ragu ... bahwa seluruh amalan itu akan ternodai olehnya.
Maka, keteladanan dan saling mengingatkan, merupakan bukti cinta atas ukhuwah kita. Sebab surga, begitu luas jika hanya ditempati diri sendiri saja. Tentang ikhlas? Biarlah itu menjadi urusan kita dengan-Nya.


#CopasWAG

Rabu, 19 Agustus 2020

Mengenal Pemilik Rumah Proklamasi

 

Faradj Martak lahir di Hadramaut pada tahun 1897 sebagai putra ketiga dari empat bersaudara, Djuslam, Muhammad, dan Ahmad.

Setelah hijarh ke Indonesia, pada tahun 1940 keluarga Martak bersama keluarga Badjened merintis berdirinya N.V. Alegemeene Import-Export en Handel Martak Badjened (Marba), salah satu dari sedikit konglomerasi di Indonesia dengan Faradj Martak sebagai Presiden Direkturnya.

Faradj memiliki putra bernama Ali bin Faradj Martak, yang dikenal dekat dengan Bung Karno dan menjadi penerus usaha ayahnya.

Faradj Martak memiliki jasa dalam proses terciptanya kemerdekaan Indonesia. Rumah yang berlokasi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat (sekarang bernama Jalan Proklamasi) adalah miliknya, rumah tersebut kemudian dijadikan tempat tinggal Soekarno sekaligus tempat pembacaan naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Faradj Martak menghibahkan rumah tersebut untuk negara, dan membelikan sejumlah gedung di Jakarta untuk pemerintah.

Atas jasanya tersebut, pemerintah Indonesia kemudian memberinya ucapan terima kasih dan penghargaan kepada Faradj bin Said Awad Martak. Ucapan tersebut disampaikan secara tertulis atas nama Pemerintah Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1950, yang ditandatangani oleh Ir. Mananti Sitompoel selaku Menteri Pekerdjaan Umum dan Perhubungan Indonesia. Dalam ucapan terima kasih tersebut juga disebutkan bahwa Faradj bin Said Awad Martak telah membeli beberapa gedung lain di Jakarta yang amat berharga bagi kelahiran negara Republik Indonesia.

Madu Arab

Sebelum proklamasi kemerdekaan dikumandangkan, Bung Karno mengalami sakit beri-beri dan malaria. Dua penyakit tersebut menyebabkan tubuh Bung Karno terus lemas. Melihat Bung Karno yang cukup mengkhawatirkan, Faradj Martak akhirnya memberikan Bung Karno sebuah madu yang sangat berkhasiat bernama Sidr Bahiyah dari Hadhramaut.

Madu Sidr memiliki kemampuan membunuh aneka bakteri tanpa efek samping. Madu ini bersifat antibiotik, antiseptik, dan antijamur. Soekarno rutin mendapat pasokan satu dus madu Sidr satu atau dua bulan sekali. Satu karton madu itu terdiri dari 20 botol masing-masing seberat satu kilogram.