Kamis, 15 Oktober 2015

Wara' Jahil

WARA’ JAHIL

Salah satu sebab yang melatar belakangi terbunuhnya amirul mukminin Utsman bin ‘Affan (RA), atau yang juga dikenal dengan istilah al-fitnah al-kubro, adalah adanya al-wara’ al-jahil.

Terkait dengan hal ini, Sa’id Hawwa – rahimahullah – berkata (dan dikutip oleh DR Muhammad Ali Shallabi dengan adanya perubahan sedikit dalam redaksinya):

اَلْوَرَعُ فِي الشَّرِيْعَةِ طَيِّبٌ، وَهُوَ أَنْ يَتْرُكَ الْإِنْسَانُ مَا لَا بَأْسَ بِهِ، مَخَافَةً مِمَّا فِيْهِ بَأْسٌ، وَهُوَ فِي الْأَصْلِ تَرَفُّعٌ عَنِ الْمُبَاحَاتِ فِي اللهِ، وَللهِ.

Wara’, dalam pandangan syari’ah, adalah sesuatu yang baik, yaitu: seseorang meninggalkan sesuatu yang tidak mengandung dosa, karena khawatir terjerumus ke dalam sesuatu yang mengandung dosa. Dengan demikian, wara’ pada asalnya adalah meninggalkan sebagian perkara-perkara yang mubah, di jalan Allah swt dan karena Allah SWT.

وَالْوَرَعُ شَيْءٌ شَخْصِيٌّ؛ يَصِحُّ لِلْإنْسَانِ أَنْ يُطَالِبَ بِهِ نَفْسَهُ، وَلَكِنْ لَا يَصِحُّ أَنْ يُطَالِبَ بِهِ الْآخَرِيْنَ.

Jadi, wara’ itu sesuatu yang bersifat pribadi; [dalam arti], sah-sah saja seseorang menuntut dirinya untuk wara’, namun, tidak dibenarkan kalau wara’ itu dipergunakan untuk menuntut orang lain.

وَمِنْ أَخْطَرِ أَنْوَاعِ الْوَرَعِ: اَلْوَرَعُ الْجَاهِلُ اَلَّذِيْ يَجْعَلُ الْمُبَاحَ حَرَاماً، أَوْ مَفْرُوْضاً.

Diantara bentuk wara’ yang sangat berbahaya adalah wara’ jahil (wara’ bodoh), yaitu wara’ yang merubah perkara mubah menjadi haram, atau menjadi fardhu.

وَهَذَا الَّذِيْ وَقَعَ فِيْهِ أَصْحَابُ الْفِتْنَةِ ...
Dan Wara’ Jahil inilah yang menjerumuskan para pelaku fitnah [di zaman khalifah Utsman bin ‘Affan (RA)].

فَقَدِ اسْتَغَلَّ أَعْدَاءُ الْإِسْلَامِ يَوْمَهَا مَشَاعِرَهُمْ هَذِهِ، وَنَفَخُوْا فِيْهَا، فَرَأَوْا فِيْمَا فَعَلَهُ عُثْمَانُ مِنَ الْمُبَاحَاتِ، أَوِ الْمَصَالِحِ خُرُوْجاً عَلَى الْإِسْلَامِ، وَتَغْيِيْراً لِسُنَّةِ مَنْ سَبَقَهُ، وَعَظُمَتْ هَذِهِ الْمَسَائِلُ فِي أَعْيُنِ الْجَهَلَةِ، فَاسْتَبَاحُوْا أَوْ أَعَانُوْا مَنِ اسْتَبَاحَ دَمَ الْخَلِيْفَةِ الرَّاشِدِ عُثْمَانَ بْنِ عَفّانَ - رَضِيَ اللهُ عَنْهُ - وَفَتَحُوْا عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ بَابَ الْفِتْنَةِ إِلَى الْيَوْمِ.

Pada saat itu [di zaman khalifah Utsman bin ‘Affan (RA)], para musuh Islam mengeksploitasi perasaan publik dan memanas-manasinya. Akibatnya publik melihat hal-hal yang dilakukan oleh khalifah Utsman bin ‘Affan (RA), meskipun sebenarnya mubah, atau maslahat, oleh publik dipandang sebagai sesuatu yang telah keluar dari Islam, atau perubahan dari sunnah dua khalifah sebelumnya. Perkara-perkara ini dipandang sebagai sesuatu yang sangat besar dalam pandangan mereka, karenanya, mereka menghalalkan darah khalifah Utsman bin ‘Affan, atau membantu mereka yang menghalalkannya. Dan akibat lanjutannya, terbukalah fitnah besar bagi kaum muslimin sampai hari ini.

(lihat: al-Asas fis-Sunnah wa Fiqhuha, karya Sa’id Hawwa, juz 4, hal. 1676. Lihat juga ad-Daulah al-Umawiyah, karya DR. Muhammad Ali Shallabi, juz 1, hal. 97 – 98).

Semoga Allah SWT menjaga kita dari langkah-langkah syetan yang mencoba menyeret kita kepada “fitnah” melalui pintu wara’, amin.

Dikutip dari http://musyafa.com/wara-jahil/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar