Di
alam tarbiyah ini, banyak kita temui aktivis yang telah mencapai
prestasi yg baik dalam beriltizam dan beramal didalam islam, begitu pula
mereka telah menghabiskan sebagian umurnya untuk sesuatu yg penuh arti.
Namun kita dapati sekarang tiba-tiba saja ia terpuruk, berbalik 180
derajat. Semua itu adalah KENISCAYAAN atau KEPASTIAN, dikarenakan
terjadinya taqshir dalam amalan hati. Bagaimana mungkin ia dapat
berjalan menuju Allah sementara hatinya diam tidak bergerak, berhenti
di tengah jalan, dan bekal yg dimilikinya telah habis tanpa sempat
mencari bekal lainnya..
Sebagai dai, (aktivis dakwah), bekal utamanya adalah iman….
Ketika iman ini mengalami degradasi atau taqshir, maka solusinya adalah melakukan tajdid..
Hendaklah kita perbarui selalu iman kita dari waktu ke waktu. Pembaruan ini sangat penting bagi kita. Mengapa ? karena kita sangat mungkin disibukkan dengan amal dakwah, manajemen berbagai urusan dan kebutuhan, serta memikirkan semuanya. Atau juga disibukkan dengan banyaknya kerja nyata dalam amal islami ataupun upaya untuk menghadapi musuh2 agama ini dengan berbagai macam metode yg disyariatkan.
Kalo kita merujuk quran surat an nisa ayat 136, disitu Allah perintahkan org2 yg beriman utk beriman kpd Allah, Rasul dan kitabNya…
Khitab atau obyek ayat tsb adalah (untuk) org2 yg beriman….
Dan perintahnya adalah utk beriman…
Mengapa demikian ? kok orang beriman diperintahkan untuk beriman ?
ini merupakan perintah kpd orang-orang beriman utk memperbarui imannya….
Segala amalan atau aktifitas dakwah sangat mungkin menyita waktu
sehingga tiada lagi waktu bagi amal hati serta perhatian yg seharusnya
diberikan kepadanya. Sungguh, seorang dai sejati berjalan menuju ALlah
dengan hatinya, bukan dengan anggota badannya.
Setiap dai harus menjadikan iman sebagai aset utamanya….
Sehingga, apapun aktifitasnya jgn sampe menjadikan imannya sekedar pelengkap….
Akan menjadi aneh jika seorang dai yg sibuk dg aktifitasnya, tapi tidak menambah atau memperkuat modal utamanya…
Ibarat bisnis, ketika kita mendapat proyek besar, tentunya kita juga mesti menyiapkan modal yg lebih…
Bukankah aktifitas dakwah ini merupakan transaksi bisnis kita dg Allah ?
Monggo tengok surat 9 ayat 111… juga ayat2 akhir di surat shaff ….
Ketika kita sdh menjual jiwa dan harta kita kpd Allah… maka menjadi terserah Allah kita mau ditempatkan dan diposisikan dimana dan sebagai apa…
Sama halnya ketika kita menjual barang, ketika sdh kita serahkan
brg tsb kpd pembeli, maka terserah pembeli mau diapakan brg kita tsb…
Sementara saya cukupkan dulu bahasan ttg ini….
Aquulu qouli hadza….
Wa astaghfirullah al_azhiim lii wa lakum…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar