Selasa, 02 Desember 2014

STOP...Labelling pada ANAK

“Aduh kok kamu lambat banget seh nangkapnya?”
“Kok kamu bego banget ya anak mama bukan sih?”
“Kamu ini dah mama bilangin, ga ngerti-ngerti juga?”
“Kamu mau ngelawan papa ya? dasar anak susah banget dibilangin…..”
“Kalo sekarang kamu aja udah males mau jadi apa kamu besar nanti? Bisa-bisa cuma jadi pecundang…..”

Dan banyak lagi ungkapan kejengkelan kita sebagai orangtua kepada anak kita, ketika sang anak melakukan sebuah tindakan yang menurut kita “nakal, lemot, dsb”. Padahal belum tentu begitu adanya keadaan si anak.

Apakah bila dia belum menangkap isi pelajaran yang kita ajarkan berarti anak kita lambat, atau karena dia tidak fokus jika kita beri nasihat berarti anak kita kurang ajar, atau kalau dia melakukan hal yang udah kita larang berarti dia mau melawan……

Belum tentu seperti itu. Sebab, anak punya daya tangkap dan pemahaman yang berbeda dari kita, bahkan kalau kita mau lebih bersabar dan bertanya pada anak kita kenapa dia mengambil keputusan dengan melakukan tindakan itu, bisa jadi alasannya membuat kita tercengang.

Banyak orangtua berdalih supaya seorang anak mengerti bahwa perbuatannya itu salah dan berharap si anak merubah prilakunya dengan segera, tetapi si orangtua lupa bahwa si anak sudah terlanjur terluka.

Hingga boro-boro mau mengerti kesalahannya dan merubahnya,bisa-bisa yang terjadi sebaliknya, sianak menjadi bertambah berprilaku buruk dan bermental buruk.

Mengapa bisa begitu?

Dalam ilmu psikologi ada yang dinamakan “self fulfilling propchecy”, jika seseorang terus menerus membayangkan keburukan atas dirinya atau atas orang lain, lama-lama bayangan subjektifnya itu akan menjadi kenyataan objektif. Karena itu tidak Rasullullah SAW mengajarkan kepada kita untuk selalu optimis dan berbaik sangka (positive thinking) dan jangan memohon kejelakan, sebab doa bisa merubah takdir seseorang.
Karena itu mari kita mulai gerakan stop labeling pada anak.


[Umi Indah]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar