...karena kata-kata bukan sekedar untuk diucapkan, tetapi ia untuk dipahami dan diamalkan...
Minggu, 13 Oktober 2013
Surat Cinta untuk Jiwa
(sebuah renungan bagi kita --- khususnya saya-- yang selama ini mengaku sebagai penyeru kebaikan)
Surat ini kutujukan untuk diriku sendiri serta saudara-saudaraku yang Insya Allah tetap mencintai Allah swt dan Rasul-Nya di atas segala-galanya. Karena hanya cinta itulah yang dapat mengalahkan segalanya, cinta hakiki yang membuat manusia melihat segalanya dari sudut pandang yang berbeda, lebih bermakna dan indah.
Surat ini kutujukan pula untuk jiwaku serta jiwa saudara-saudaraku yang mulai lelah menapaki jalan-Nya, ketika seringkali mengeluh, merasa terbebani bahkan terpaksa untuk menjalankan amanah dakwah yang sangat mulia. Padahal tiada kesakitan, kelelahan, serta kepayahan yang dirasakan oleh seorang hamba melainkan Allah swt akan mengampuni dosa-dosanya dan memberinya ganjaran dengan sebaik-baik ganjaran.
Surat ini kutujukan untuk hatiku dan hati saudara-saudaraku yang kerap kali terisi oleh cinta selain-Nya, yang mudah sekali terlena oleh indahnya dunia, yang terkadang melakukan segalanya bukan karena-Nya. Lalu di ruang hatinya yang kelam merasa senang jika dilihat dan dipuji orang lain, entah dimana keikhlasan. Maka saat ini kurasakan kekecewaan dan kelelahan karena kulakukan tidak sepenuhnya berlandaskan keikhlasan, padahal Allah tidak pernah menanyakan hasil. Dia hanya akan melihat kesungguhan dalam berproses dan dalam berusaha.
Surat ini kutujukan untuk ruh-ku dan ruh saudara-saudaraku yang mulai terkikis oleh dunia yang menipu, serta membiarkan fitrahnya tertutup oleh maksiat yang membiarkannya untuk dinikmati. Lalu dimanakah kejujuran diletakkan ? , dan kini terabaikan sudah secara nurani yang bersih, saat ibadah hanya rutinitas belaka, saat fisik dan pikiran disibukkan oleh dunia, saat wajah menampakkan kebahagiaan yang semu.
Cobalah sejenak luangkan waktu untuk melihat hatimu menangis, tertawa, atau merana.
Surat ini kutujukan untuk diriku dan saudara-saudaraku yang sombong, yang terkadang bangga pada dirinya sendiri, sungguh tiada satupun yang membuat kita lelah di hadapan-Nya, selain ketaqwaan. Padahal kita menyadari bahwa tiap-tiap jiwa akan merasakan mati namun kita bergulat terus dengan kefanaan.
Surat ini kutujukan untuk hatiku dan hati saudara-saudaraku yang mulai mati, saat tiada getar penyesalan ketika kebaikan terlewat begitu saja, saat tiada rasa berdosa ketika menzhalimi diri dan saudaranya.
Akhirnya, surat ini kutujukan untuk jiwa yang masih memiliki cahaya meskipun sedikit, cobalah kau jaga agar cahaya itu tak padam. Maka terus kumpulkan cahaya itu hingga ia dapat menerangi wajah-wajah di sekelilingnya, memberikan keindahan Islam yang sesungguhnya. Hanya dengan kekuatan dari-Nya.
Ya Allah saksikanlah, sesungguhnya aku telah menyampaikan.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Semoga tetap istiqamah di jalan-Nya.
Sungguh, surga takkan pernah pantas ditukar dengan lalai dan kemalasan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar