Rabu, 06 September 2017

Islam, antara Toleran dan Kemuliaan

Islam memang agama rahmat, agama damai, agama kasih sayang, agama toleran, agama wasathiyah.
Tapi semuanya itu baru betul-betul terwujud bila Islam punya kekuatan dan kekuasaan. Bagaimana akan membuktikan kalau kita orang yang penuh rahmah, kedamaian, toleran dan wasathiyah, kalau kita sendiri dalam keadaan terhina dan tertindas.

Justru kampanye Islam agama damai dalam kondisi di bawah telapak orang, yang muncul adalah kemunafikan dan menjilat kepada musuh agar dikasihani, takut dituduh teroris, dan membungkuk-bungkuk kepada musuh demi kesenangan dunia.
Supaya dikatakan agama damai, dia rela saudaranya sesama muslim dibantai di mana-mana. Demi julukan umat yang toleran dia lebih marah kalau gereja dirusak dari pada mesjid dan mushaf al Qur'an dihancurkan.

Yang melakukan hal itu bukanlah memperlihatkan kerahmatan dan ketoleransian Islam, tapi lagi memperagakan sikap najisnya. Sementara Islam sendiri berlepas diri dari tindakan seperti itu.

"Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. (Al Anfal: 61)
Tadabburilah ayat ini dan ayat sebelumnya.
Alangkah izzahnya kita bila semacam kalimat "wa mu'tashima" berkumandang, musuh gemetaran dan dan seluruh hak Islam kembali ke pangkuannya. Keadilan ditegakkan dan tidak ada yang terzalimi.

Sekalipun tidak mampu meng-'izzahkan Islam ini dihadapan musuh, aku tidak akan menghinakannya di hadapan mereka.


Akhirnya aku katakan: Aku tidak pernah menemukan najis yang lebih kotor dan menjijikkan dari pada seorang muslim yang jadi agen musuh untuk menghancurkan umat Islam ini dari dalam, ia sadari atau tidak.

Tidak percuma kalau Allah mengatakan bahwa tempat orang munafik itu di dalam kerak neraka. Lebih dalam dari pada tempat Fir'aun, Abu Jahal dll.

by. ust Zulfi Akmal

Tidak ada komentar:

Posting Komentar