Ada satu pesan yang pernah disampaikan oleh Imam Syahid Hasan Al Banna, sebagaimana termaktub di buku Memoar Hasan AlBanna, halaman 356, berjudul "Sikap Kita Dan Organisasi Lain" :
“Menurut kami, sikap kita terhadap organisasi-organisasi agama,
sosial, ekonomi, dan politik di negeri kita – berdasarkan karakteristik
dakwah kita – adalah satu saja; yaitu mengharapkan kebaikan semua
organisasi tersebut dan mendoakan agar semuanya mendapat taufiq dan
hidayah dari Allah swt. Jalan terbaik yang mesti kita tempuh adalah
hendaklah kita tidak sibuk memperhatikan kekurangan organisasi lain
sehingga melupakan organisasi kita sendiri. Kita memerlukan jumlah dan
mobilisasi. Lapangan-lapangan kosong dalam tubuh umat kita memerlukan
para tentara dan pejuang. Sedangkan waktu tidak memberi kita kesempatan
luas untuk melihat dan menyibukkan diri dengan orang lain. Biarkan semua
bekerja sesuai dengan bidang masing-masing. Sedangkan Allah menyertai
orang-orang yang berbuat baik, sampai Allah memberikan keputusan yang
benar antara kita dan kaum kita.”
Imam Hasan Al Banna meneruskan:
“Kalian
akan mendengar organisasi-organisasi lain membicarakan kalian. Jika
perkataan itu baik, hendaklah kalian bersyukur atasnya dalam diri
kalian. Jika sebaliknya, hendaklah kalian memaklumi mereka dan
nantikanlah sampai suatu saat zaman akan menyingkapkan kebenaran.
Janganlah dosa itu kalian balas dengan dosa serupa. Jangan menyibukkan
diri untuk membantahnya sehingga mengurangi keseriusan kalian dalam
pekerjaan yang sedang kalian lakukan. Yakinlah bahwa semua itu tidak
dapat memalingkan seorang pun dari kalian dan tidak akan membahayakan
kalian, selama kalian bersabar dan bertaqwa. Sesungguhnya sabar dan
taqwa adalah kewajiban yang ditekankan bagi kalian.”
“Kalian akan
mendengar ada organisasi yang menuduh kalian menjalin hubungan dengan
organisasi-organisasi lain yang dibencinya atau yang bertentangan
dengannya. Maka janganlah kalian mempedulikan tuduhan itu dan jangan
coba menolak atau membenarkannya. Karena yang berkewajiban membawa bukti
dan saksi adalah pihak yang menuduh dan membuat pernyataan. Hal itu
tidak luput dari salah satu di antara dua kemungkinan: Pertama,
barangkali pihak yang menuduh itu serius sehingga – meskipun lama – ia
akan mengetahui hakikat dakwah kalian tidak pernah berhubungan kecuali
dengan Allah dan rasulNya serta tidak pernah berjuang kecuali untuk
islam dan umat islam; Kedua, atau barangkali ia tidak serius dalam
perkataannya melainkan sekedar menghibur diri dengan melemparkan
tuduhan dan bersenang-senang dengan ghibah. Maka hal itu tidak
membahayakan kalian sedikitpun. Karena itu, biarkanlah ia menikmati
ucapannya itu sekehendak hatinya dan mohonlah petunjuk serta pertolongan
kepada Allah untuk diri kita dan untuk hatinya.”
Imam Syahid melanjutkan.
“Kalian
juga akan mendengar sebagian orang dari kalangan aktivis yang ingin
menjalin hubungan dengan kalian, mungkin dengan tulus dan mungkin juga
tidak. Maka saya ingin mengatakan kepada kalian di sini dengan penuh
kejelasan bahwa dakwah kalian adalah dakwah tertinggi yang pernah
dikenal umat manusia. Kalian adalah para pewaris Rasulullah saw,
khalifah-khalifah pengganti beliau dalam menjalankan Al Quran dari
Tuhannya, orang-orang yang memegang amanat beliau untuk menjaga
syariatNya, serta pengikut-pengikut beliau yang mewakafkan segala
sesuatu untuk menghidupkan Islam di masa merajalelanya hawa nafsu dan
melemahnya tanggungjawab. Jika keadaan kalian seperti itu, maka dakwah
kalian layak untuk didatangi oleh manusia dan ia tidak perlu mendatangi
siapapun, karena ia merupakan simpul dari segala kebaikan sedangkan yang
lain tidak terlepas dari segala kekurangan.
Karena itu, terimalah
keadaan diri kalian, jangan merendahkan penawaran terhadap manhaj
kalian, dan tawarkanlah ia kepada manusia dengan penuh kepercayaan diri
dan keteguhan. Barangsiapa yang mengulurkan tangan kepada kalian dengan
landasan tersebut, maka terimalah dengan lapang dada dan perasaan
senang, sebagaimana cerahnya subuh, rekahan fajar, dan cahaya siang,
sebagai saudara kalian yang akan bekerja bersama kalian, beriman
sebagaimana iman kalian, dan melaksanakan ajaan-ajaran yang kalian
sampaikan. Dan barangsiapa yang enggan menerimanya, niscaya Allah
mendatangkan suatu kaum yang dicintaiNya dan mencintaiNya.”
Imam Syahid lalu menutup uraian di atas dengan untaian nasihatnya yang indah berikut ini.
“Saudaraku
semua, janganlah kalian tergesa-gesa. Waktu yang terbentang di hadapan
kalian masih luas. Kalian akan menjadi orang-orang yang dicari, bukan
orang-orang yang mencari, karena sesungguhnya kemuliaan hanyalah milik
Allah. Kalian pasti mengetahui beritanya, meskipun setelah berlalu
beberapa lama. Itulah yang saya pandang sebagai sikap yang harus kita
miliki terhadap berbagai organisasi (yang ada di sekitar kita). Kita
menginginkan kebaikan untuk mereka, memaklumi kesalahan mereka, tidak
meminta dan tidak pula menolak. Janganlah kalian mengatakan kepada siapa
saja yang menyampaikan salam kepada kalian dengan ucapan, ‘Kamu bukan
orang mukmin’.”
Dunia bergerak semakin cepat. Setiap orang akan
sibuk dengan urusannya masing-masing. Kebutuhan-kebutuhan meningkat,
sementara waktu yang tersedia sangat terbatas. Keterbatasan itu pun
berbanding lurus dengan kemampuan kita sebagai manusia yang karenanya
harus saling melengkapi dan menasihati satu sama lain. Jika kondisinya
demikian, maka sinergi adalah solusi yang harus kita kedepankan
bersama-sama.
Nasihat Imam Syahid di atas, meski sudah lama
ditulisnya, masih sangat relevan dengan kondisi kita saat ini. Ketika
masing-masing organisasi mulai muncul ke permukaan dengan ciri dan
kelebihannya masing-masing dan karenanya berinteraksi dengan organisasi
dakwah kita, maka bersinergi dan saling mendukung, selama yang didukung
itu adalah hal-hal yang positif, merupakan pilihan yang tepat. Kesatuan
umat di era yang penuh fitnah ini mutlak diperlukan, karena orang-orang
yang membencinya akan berusaha sedemikian rupa agar membuat umat ini
rapuh dan tercerai-berai.
izin share
BalasHapussalam kenal