Perjuangan yang dilakukan Rasulullah, baik dalam dakwah, membentuk
kepribadian pengusungnya, membangun tatanan negara yang penuh dengan
amalan, termasuk bagaimana mengatur strategi dalam fase jihad melawan
kebatilan memerlukan strategi yang cukup brillian. Namun, kalau kita
perhatikan, Rasulullah dan para sahabat juga memerhatikan beberapa pilar
jihad sebagai langkah sunatullah sekaligus aspek terbesar kemenangan
setiap perjuangannya, baik pilar-pilar jihad yang sifatnya maknawi
maupun materi.
Adapun pilar-pilar jihad yang bersifat maknawi, dalam buku "Strategi Perang Rasulullah” karya Muhammad Abu Ayyasy disebutkan sebagai berikut.
1. Quwwatul Iman; Kekuatan Iman
Basis
keimanan inilah kunci kemenangan di setiap medan pertempuran. Bahwa
sesungguhnya kemenangan itu adalah milik Allah, dan akan Allah berikan
kepada setiap tentara-Nya yang memperkuat aspek keimanan. Tsiqah,
percaya bahwa pertolongan Allah akan turun. Ini juga sifat yang harus
dibangun. Yakin bahwa Allah akan menepati janji-Nya, yakin bahwa
kemenangan dan kekuatan akan dianugerahkan Allah kepada pasukan-Nya,
yakin bahwa Allah membeli pengorbanan para mujahid dengan surga-Nya yang
penuh dengan kenikmatan, sebuah keyakinan bahwa kematian yang paling
baik adalah kematian di saat ia dalam perjuangan menegakkan kalimat
Allah. Semangat keimanan inilah yang Rasulullah bangun sebelum
memberangkatkan pasukannya ke medan perang.
Allah SWT berfirman.
"Allah
telah meridhai orang-orang mukmin ketika mereka memberikan bai'at
kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati
mereka. Lalu, Dia menurunkan ketenangan kepada mereka dam memberikan
balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat. Dan harta rampasan
perang yang banyak yang mereka ambil. Allah Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana" (QS Al-Fath [48]: 18-19)
Begitu juga Allah
berfirman dalam surat Ali Imran ayat 125--126, Al-Hujurat ayat 15,
Ghafir ayat 51, dan firman Allah lainnya yang menegaskan aspek keimanan
sebagai pilar kekuatan mujahid dan syarat turunnya pertolongan Allah
SWT.
Bahkan, ketika sebuah perjuangan, apa pun bentuknya ketika
meninggalkan aspek keimanan ia akan kehilangan ruh perjuangan itu
sendiri, atau akan berdampak kekalahan. Hati dengan keimanan, akal yang
persenjatai dengan ilmu, jiwa para mujahid yang selalu dekat pada Allah,
inilah password Rasulullah dan kaum muslin contohkan kepada kita.
2. Ittihad Ash-Shufuf; Kesatuan Barisan
Allah
SWT memberikan statemen kecintaan-Nya dengan format barisan kaum muslim
yang rapi guna mengokohkan barisan kekuatan.
Unsur-unsur yang harus
ditegakkan di antaranya.
a. Kekuatan hubungan yang kuat antarkaum muslim
Itulah
kenapa Rasulullah telah hijrah dari Mekah ke Madinah mempersaudarakan
antara prajurit dakwah, Muhajirin, dan Anshar. Membangun persaudaraan
keimanan (al-ukhuwah al-imaniyah). Tujuannya untuk saling merasakan
beban dakwah bersama, berjuang bersama dalam perjuangan, saling
menguatkan dalam perjuangan suci. Dari sinilah titik tolak kekuatan kaum
muslim. Adanya jalinan hubungan yang kuat antarprajurit inilah yang
sanggup menjadikan umat Islam dan pasukan muslim laksana satu jasad dan
satu tubuh yang saling melengkapi dan saling berkaitan. Tidak ada
hubungan yang lebih kuat daripada akidah, dan tiada akidah yang lebih
kuat daripada Islam.
"Berpegang teguhlah kalian kepada tali
Allah dan janganlah kalian bercerai-berai. Ingatlah nikmat Allah yang
telah diberikan kepada kalian ketika kalian bermusuhan. Lalu, Allah
mempersatukan hatimu, sehingga berkat nikmat-Nya kalian. menjadi
bersaudara. (dan ingat juga) ketika kamu berada di pinggir neraka, lalu
dia menyelamatkanmu darinya, demikianlah Dia menjelaskan tanda-tanda
kebesaran-Nya kepada kalian agar mendapat petunjuk." (QS Ali lmran [31: 103)
b. Kepercayaan antara Pemimpin dan Pasukan
Adanya
saling percaya dalam tubuh pasukan merupakan salah satu aspek
kemenangan perjuangan Islam. Saling percaya antarprajurit, prajurit
terhadap pemimpin maupun pemimpin terhadap pasukan itu sendiri. Hal ini
dicontohkan oleh Rasulullah ketika dalam perang Badar. Rasulullah
menerima saran dan kritik dari para sahabat tentang memilih strategi
tempat dalam bermarkas.
c. Adanya Ketaatan dan Kepatuhan
Inilah
aspek terpenting dari kemenangan dakwah. Taat terhadap instruksi
komando adalah kewajiban bagi setiap pasukan. Hal ini ditunjukkan oleh
para sahabat dalam menyikapi setiap komando strategis dari Rasulullah
selaku panglima tertinggi dalam setiap peperangan, dan mereka mendapat
kemenangan. Namun, ketika para sahabat berada di puncak gunung Uhud
terpesona dengan harta yang hampir saja ditinggalkan oleh kaum musyrik
(ghanimah), kaum muslim hampir saja mengalami kekalahan yang sangat
telak. Ketaatan adalah harga mahal yang harus dibayar untuk setiap fase
perjuangan.
Allah SWT berfirman.
"Wahai orang-orang yang
beriman, taatilah Allah dan Rasul, serta ulil amri di antara kalian.
Jika kalian berselisih paham dalam sesuatu hal, kembalikanlah kepada
Allah dan Rasul-Nya, jika kalian benar-benar mengimani Allah dan Hari
Akhir.” (QS An-Nisa' [4]: 59)
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus