Kamis, 06 Oktober 2016

Sebelum Terlambat

Maha Suci Engkau ya Alllah, Betapa Agung dzat-Mu..
Pada hari kiamat nanti orang-orang yang menderita (ahlil-bala’) akan dihadapkan kepada Allah. Mereka tidak menerima timbangan maupun catatan amal, tetapi langsung digelontor dengan balasan kebaikan. Sehingga orang-orang yang sehat/sempurna (ahlul-‘afiyah) berharap kiranya tubuh mereka dipotong, karena iri dengan hebatnya balasan yang diberikan Allah kepada mereka yang menderita itu.
Asal tahu saja, kesedihan adalah bagian dari bala’, kesempitan nafkah juga bala’, terputus hubungan dengan orang-orang tercinta juga bala’, dijauhi orang lain juga bala’, terlilit hutang juga bala’, kematian keluarga juga bala’, kemiskinan juga bala’, bahkan sekadar sakit tertusuk duri hingga derita paling berat yang kita alami juga bala’, problema keluarga juga bala’, iri pun bala’, intinya segala hal yang membuat dada kita terasa sempit adalah bala’.

 
Cepat-cepatlah bersedekah, karena sesungguhnya bala’ tidak akan pernah mendahului sedekah.
Alhamdulillah. Ada tiga macam amal yang tidak masuk dalam timbangan pada hari kiamat, karena sangat agungnya amal-amal tersebut, yaitu:
1. Sabar. Allah swt. befirman, “Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu akan diberi balasan tanpa hisab.” (QS.39:10). Ini amal yang balasannya tidak terbatas.
2. Memaafkan orang lain. Allah swt. berfirman, “Barang siapa yang memaafkan (kesalahan orang lain) dan memperbaiki hubungan, maka balasannya sepenuhnya ditangan Allah…” (QS.42:40). Ini juga amal yang balasannya tidak terbatas.
3. Puasa. Rasululah saw. bersabda, “Allah ta’ala berirman, ‘Semua amal manusia itu untuk dirinya sendiri, kecuai puasa. Puasa itu untuk-Ku, dan Aku sendiri yang akan menentukan balasannya.’” (HR. Al-Bukhari dan Muslim, dari Abi Hurairah ra.). Ini juga amal yang balasannya tidak terbatas.

Pada hari kebangkitan nanti malaikat pemanggil akan memanggil, “Mana orang-orang yang balasan amalnya tergantung Allah..?” maka menghadaplah orang-orang yang sabar, ahli puasa, dan orang-orang yang suka memaafkan kesalahan orang lain…

Duhai, batapa mahal apa yang dimilikinya itu.. 

Maka sabarlah, puasalah, dan maafkanlah kesalahan orang lain..!! Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang akan dipanggil dengan panggilan tersebut.

Ketika Nabi Musa as. berjalan di malam yang gelap gulita, beliau melihat api dan hendak mengambil barang sepercik untuk menerangi jalannya, beliau tidak tahu akan kelangsung hidupnya, hingga beliau mendengar nafasnya sendiri terengah-engah, ternyata beliau diarahkan untuk mendengar langsung firman Allah Rabb semesta alam. Maka, tsiqoh sajalah kepada Allah.
Ketika Nabi Ibrahim as. membaringkan putra beliau satu-satunya, dan telah meletakkan pisau di leher sang putra untuk menyembelihnya, sementara Ismail as. (sang putra) mengatakan, “Wahai ayah, laksanakan apa yang diperintahkan Allah..!”, mereka berdua tidak tahu bahwa seekor domba dari surga telah disiapkan untuk menggantikan pengorbanan mereka pada detik itu juga. Jadi, tsiqoh sajalah kepada Allah.

Ketika Nabi Nuh as. mengadu kepada Allah, “Sungguh aku telah dikalahkan, maka menangkanlah aku..” (QS.54:10), tidak terlintas seditikpun dalam benak beliau bahwa Allah swt. akan menenggelamkan umat manusia lantaran doanya itu, dan seluruh penduduk bumi akan lenyap kecuali beliau dan mereka yang ikut di dalam bahtera beliau. Jadi, tsiqoh sajalah kepada Allah.

Ketika Nabi Musa as. (yang masih bayi merah) kelaparan dan jeritannya melengking memenuhi istana Fir’un, beliau tidak mau disusui oleh siapa pun hingga membuat gaduh seluruh penghuni istana: Asia (sang permaisuri), para ibu yang diperintah menyusui, hingga para pengawal kerajaan, ternyata semua itu merupakan jawaban atas kerinduan hati seorang ibu yang berada di balik sungai terhadap anaknya, sebagai bentuk kasih sayang dan kelembutan dari Rabb semesta alam kepada sang ibu dan anaknya. Jadi, tsiqoh sajalah kepada Allah.

Ketika kegelapan menyelimuti Nabi Yunus as., dan kegelisahan membuncah di rongga dada, beliau berseru “Tidak ada Ilah selain Engkau, ya Allah, sungguh aku termasuk orang-orng yang dzalim..” (QS.21:87), Allah swt menjawab, “Kami ijabah dia, dan Kami selamatkan dia dari kegelisahan..” (Q.21:88). Jadi, tsiqoh sajalah kepada Allah. 


Ketika Rasulullah saw. meringkuk di pembaringan berselimut duka, karena meninggalnya istri dan paman beliau tercinta, dan kesedihan itu demikian menghimpit, maka Allah swt. memerintahkan malaikat Jibril as. untuk membawa beliau mi’raj ke langit, hingga dipertemukan dengan nabi-nabi lainnya (‘alaihimussalam) sehingga segala beban beliau menjadi ringan. Jadi, tsiqoh sajalah kepada Allah.


Ketika Allah hendak mengeluarkan Nabi Yusuf as. dari penjara, Allah tidak mengirimkan petir untuk mendobrak pintu penjara, juga tidak memerintahkan dinding-dinding penjara retak-retak, tetapi mengirimkan mimpi yang menyelinap di keheningan malam ke dalam benak sang raja yang tengah tidur pulas. Jadi, tsiqoh sajalah kepada Allah.


Ya, tsiqah saja kepada Allah.. Tengadahkan tanganmu dengan rendah hati dan rendah diri.. Ketahuilah, di atas tujuh petala langit ada Allah swt. yang Maha Bijaksana lagi Maha Pemurah, “Kami tidak punya apa-apa selain Engkau Ya Rabb…” Kita adalah kaum yang ketika dunia terasa sempit maka langit menjadi lapang. Maka jangan pernah putus asa.

(Kiriman dari Ustadzh Ummu Hammad, translated by miswan thahadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar