Saudaraku, Rahmat Allah ‘Azza Wa Jalla adalah hak setiap kaum beriman.
Inilah yang dikatakan para salafus shalih :” Kasihan para orang yang
lalai, mereka keluar dari dunia, tapi tidak sempat merasakan sesuatu
yang paling indah di dunia.
” Tabi’in yang lain mengatakan :” Andai para raja itu tahu kebahagiaan
yang kami miliki, pastilah mereka rebut kebahagiaan itu dengan
pedang-pedangnya.”
Saudaraku,
Renungkanlah firman Allah ‘Azza Wa Jalla,” Dan bersabarlah kamu
bersama-sama dengan orang yang menyeru Rabb-nya di pagi dan senja hari
dengan mengharap keridhoan-Nya. .” (Q.S: Al Kahfi:28)
Saudaraku,
Tak ada yang lebih indah dari kebersamaan dan menjalin kedekatan dengan
Allah ‘Azza Wa Jalla. Ketenangan jiwalah yang akan terpancar dari semua
usaha pendekatan diri kepada Allah ‘Azza Wa Jalla. Kedekatan dengan
Allah ‘Azza Wa Jalla yang akan menjadikan seorang pejuang saat di
penjara seorang diri merasakan terbukanya pintu penjara justru
mengganggu konsentrasinya dari suasana ‘intim’ bersama Sang Khaliq. Ia
memanfaatkan kondisi di penjara untuk menyendiri dengan Allah ‘Azza Wa
Jalla, berdzikir, tafakur, shalat dan berdo’a. Jika umumnya para tahanan
sangat ingin menanti waktu istirahat dimana pintu penjara dibuka, tapi
sang pejuang itu justru mengatakan,” Jika pintu ini terbuka maka
keintimanku dengan Allah terganggu, dan aku justru merasa tidak tenang
ketika pintu ini dibuka, dari pada pintu ini tertutup.” ( Baina
Rabbaniyah Wal Maddiyah, Mushthafa Masyhur, 86 )
Seperti itulah tenang dan nikmatnya bersama Allah ‘Azza Wa Jalla saudaraku. Mari letakkan hati kita disini. Bersama Allah.
Saudaraku,
Seringlah mengunjungi saudaramu dalam jalan ini. Jangan jauhkan mereka
dari hati. Sering-seringlah berkunjung, bertatap muka dan memandang
wajah mereka. Disanalah engkau akan menemui berkah hidup berjama’ah,
yang dapat memberi bekal bagi jiwa agar kita dapat melanjutkan
perjalanan ini sampatujuan akhir…ridha Allah dan Surga-Nya.
Saudaraku,
Jika ada di antara kita yang merasakan adanya jarak dan kesenjangan
hubungan dengan kaum beriman, kembalikanlah keadaan itu pada kualitas
kedekatan hubungan kita dengan Allah ‘Azza Wa Jalla. Jika kita merasakan
sulit memperoleh simpati dan hati manusia, bandingkanlah kondisi itu
dengan kondisi kita dalam menarik simpati dan cinta Allah ‘Azza Wa
Jalla.
Saudaraku,
Jiwa ini perlu tantangan dan benturan. Dalam suasana ada tantangan dan
benturan yang memunculkan mujahadah atau upaya keraslah akan muncul
kualitas iman yang baik. Sayyid Quthb, pejuang da’wah Islam yang mati
terdzolimi di tiang gantung mengerti sekali tentang hal ini. Katanya,”
Hakikat iman tidak akan terbukti kesempurnaannya dalam hati seseorang
sampai ia menghadapi benturan dengan upaya orang lain yang berlawanan
dengan imannya. Karena disinilah, seseorang akan melakukan mujahadah
kepadanya untuk menghalanginya dari keimanan. Disinilah cakrawala iman
akan tersingkap dan terbuka. Keterbukaan yang tidak pernah terjadi pada
orang yang merasakan iman secara datar.” ( Sayyid Quthb, Mustaqbal li
Haadza Diin, 10 )
Saudaraku,
kita memang hamba-hamba Allah yang jauh dari kesempurnaan dan penuh
kelemahan. Karenanya, selain menanamkan niat dan tekad yang kuat, mari
sama-sama tengadahkan tangan. Berharap dan berdo’alah kepada Allah ‘Azza
Wa Jalla agar kita diberi kekuatan dan keteguhan.
Saudaraku,
Mari lanjutkan iringan langkah kita. Bersama-sama menuntun dan saling
memberi pelita agar langkah kita tidak menyimpang dari jalan yang benar.
Bersama-sama saling memompa semangat agar tekad kita terpelihara sampai
tujuan hidup terakhir.
“ Perjalanan panjang hanya bisa ditempuh dengan keseriusan dan berjalan
waktu malam. Jika seorang musafir menyimpang dari jalan, dan
menghabiskan waktu malamnya untuk tidur, kapan ia akan sampai ke
tujuan?” ( al fawaid 113)
Tetaplah disini saudaraku,
Kita mungkin akan melalui perjalanan yang lebih mendaki dan terjal. Tapi
di sanalah kita berharap bisa bersama merasakan kenikmatan yang kita
idam-idamkan. Maka, ucapkanlah “Alhamdulillah ” atas seluruh keadaan
yang kita alami. Meski kebersamaan ini sungguh menguras keringat dan
meletihkan sendi-sendi.
Saudaraku,
Ada benteng perjalanan panjang di hadapan. Kita akan terus melangkah dan
tak akan berhenti. Kita akan tetap bersama-sama berada di atas jalan
ini. Mari saling berpegangan di jalan ini. Saling membantu bila ada di
antara kita yang akan jatuh ke dalam jurang. Bertahanlah, karena
perjalanan kita di dunia ini tidak akan lama, dan hanya sebentar.
Bertahanlah…saudarak u.
Saudaraku,
Selamat jalan. Selamat berjuang. Semoga Allah ‘Azza Wa Jalla
mengumpulkan kita di surga kelak. Dalam naungan ridha dan kasih-Nya.
Ilahi…Iringi tiap langkah kami dengan cinta-Mu…
Wallahu A’lam
Teruntuk Saudara-Saudariku di jalan da’wah…Jaga kenikmatan dari Ilahi
ini, jangan pernah biarkan ia pergi dari hidup kita, karena da’wah fii
sabilillah.. adalah nafas kita. Uhibbukum Fillah.
Dikutip dari :
Berjuang di Dunia Berharap Pertemuan di Surga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar