Minggu, 22 Maret 2015

Yang Manakah Pemimpin Kita ?

Pemimpin Melupakan Syariat Allah dan Lebih Mengikuti Hawa Nafsu

                Allah Ta’ala berfirman:

وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

“Dan janganlah kalian taati orang yang Kami lupakan hatinya untuk mengingat Kami dan ia mengikuti hawa nafsu dan perintahnya yang sangat berlebihan.” (QS. Al Kahfi: 28)

Imam Ibnul Jauzi Rahimahullah menjelaskan makna man aghfalnaa qalbahu -  مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ - yaitu ja’alnaahu ghaafilan- Kami menjadikan dia lalai. Sedangkan makna  ‘an dzikrinaa -عَنْ ذِكْرِنَا -  yaitu:

أي عن التّوحيد والقرآن والإسلام، وَاتَّبَعَ هَواهُ في الشّرك

Yaitu lalai dari tauhid, Al Quran, dan Islam, dan dia mengikuti hawa nafsunya dalam kesyirikan. (Zaadul Masiir, 3/80. Cet. 1, 1422H. Darul Kitab Al ‘Arabi, Beirut)

Maka, para pemimpin yang mengenyampingkan tauhid, Al Quran, dan Islam, dan lebih mengikuti kesyirikan, kekafiran, dan golongan mereka, tidak layak untuk ditaati, baik pemimpin itu kafir atau mengaku-ngaku muslim.

Pemimpin Penipu

                Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَا مِنْ وَالٍ يَلِي رَعِيَّةً مِنَ المُسْلِمِينَ، فَيَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لَهُمْ، إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الجَنَّةَ

          Tidaklah seseorang yang diberikan amanah untuk memimpin urusan kaum muslimin, lalu dia mati dalam keadaan menipu mereka (kaum muslimin), melainkan Allah haramkan surga baginya. (HR. Al Bukhari No. 7151, Muslim No. 152, dari Ma’qil bin Yasar. Ini lafaznya Al Bukhari)

                Apa makna “menipu mereka”? Berkata Imam ‘Ali Al Qari Rahimahullah:

أي خائن لهم، أو ظالم لهم، لا يعطي حقوقهم، ويأخذ منهم ما لا يجب عليهم

            Yaitu mengkhianati mereka (kaum muslimin), atau berbuat zhalim kepada mereka, tidak memberikan hak-hak mereka, dan mengambil dari mereka apa-apa yang tidak wajib atas mereka untuk mengeluarkannya. (Mirqaah Al Mafaatiih, 6/2403. Cet 1, 1422H. Darul Fikr, Beirut)

Pemimpin Diktator

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Salam bersabda:

إن في جهنم واد ، في ذلك الوادي بئر يقال له هبهب ، حق على الله تعالى أن يسكنها كل جبار

                “Sesungguhnya di neraka jahanam ada sebuah lembah, di lembah tersebut terdapat sumur yang dinamakanHab Hab, yang Allah Ta’ala tetapkan sebagai tempat tinggal bagi setiap diktator.”

 (HR. Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Ausath, No. 3548, Al Hakim, Al Mustadrak ‘alash Shaihihain, No. 8765, katanya:shahih. Ibnu Abi Syaibah, Al Mushannaf No. 34159, Imam Al Haitsami mengatakan sanadnya hasan. Lihat Majma’uz Zawaid, 5/197. Ini lafaz  milik Al Hakim. Sebagian ulama mendhaifkannya, lantaran semua jalur terdapat Azhar bin Sinaan, yang telah didhaifkan oleh Ibnu Ma’in, Ali Al Madini, Ahmad, Ibnu Syaahin, As Saaji, dan lainnya. Hanya Ibnu ‘Adi yang mengatakan: “Haditsnya baik dan bukan termasuk sangat munkar dan aku berharap dia tidak apa-apa.” LihatTahdzibut Tahdzib, 1/204. Sehingga para ulama mendhaifkannya seperti Imam Al ‘Iraqi,  Syaikh Al Albani, Syaikh Salim Husein Asad, dan lainnya)

Dari Mu’awiyah Radhiallahu ‘Anhu, RasulullahShallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

سَيَكُونُ أَئِمَّةٌ مِنْ بَعْدِي يَقُولُونُ وَلا يُرَدُّ عَلَيْهِمْ، يَتَقَاحَمُونَ فِي النَّارِ كَمَا تَتَقَاحَمُ الْقِرَدَةُ

                “Akan datang para pemimpin setelahku yang ucapan mereka tidak bisa dibantah, mereka akan masuk ke neraka berdesa-desakkan seperti kera yang berkerubungan.”

 (HR. Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Kabir, No. 925, Al Awsath No. 5311, Abu Ya’la, No. 7382, menurut Syaikh Husein Salim Asad: isnadnya shahih.  Alauddin Muttaqi Al Hindi, Kanzul ‘Umal, 6/69/14884. Al Haitsami mengatakan para perawinya tsiqat. Lihat Majma’ az Zawaid, 5/236. Syaikh Al Albani menshahihkan,  Shahihul Jami’ No. 3615)

Pemimpin Dibenci Kaumnya

Abu Umamah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa RasulullahShallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

ثلاثة لا تجاوز صلاتهم آذانهم : العبد الآبق حتى يرجع وامرأة باتت وزوجها عليها ساخط وإمام قوم وهم له كارهون

          “Tiga golongan manusia   yang shalatnya tidak sampai telinga mereka, yakni: budak yang kabur sampai dia kembali, isteri yang tidur sementara suaminya marah kepadanya, dan pemimpin sebuah kaum dan kaum itu membencinya.”

(HR.  At Tirmidzi, No. 360, At Tirmidzi berkata: hasangharib. Ibnu Syaibah, Al Mushannaf No. 17138, Ath Thabarani,Al Mu’jam Al Kabir No. 8098, Al Baihaqi, As Sunan Al Kubra No. 5342.   Syaikh Al Albani menghasankannya. Lihat  Shahihul Jaami’  No. 3058)

                Imam Al Baghawi Rahimahullah menjelaskan:

قلت: قد قيل: إن المراد من الإمام أئمة الظلم، فأما من أقام السنة فاللوم على من كرهه.

                Aku berkata: “Telah disebutkan bahwa maksud dari pemimpin adalah para pemimpin yang zalim, ada pun bagi pemimpin yang menegakkan sunnah, maka celaan itu justru bagi rakyat yang membencinya. (Syarhus Sunnah, 3/404)

                Imam At Tirmidzi Rahimahullah menjelaskan lebih detil lagi:

وقد كره قوم من أهل العلم: أن يؤم الرجل قوما وهم له كارهون فإذا كان الإمام غير ظالم فإنما الإثم على من كرهه.

وقال أحمد، وإسحاق في هذا: إذا كره واحد أو اثنان أو ثلاثة فلا بأس أن يصلي بهم حتى يكرهه أكثر القوم

                Segolongan ulama memakruhkan seseorang menjadi imam padahal kaumnya membencinya. Ada pun jika si imam bukan termasuk orang zalim maka dosanya justru bagi yang membencinya. Imam Ahmad dan Ishaq berkata tentang ini: “Jika yang membenci hanya satu, atau dua, atau tiga orang saja, maka tidak mengapa shalat bersama mereka, sampai yang membenci itu mayoritas.” (Lihat Sunan At Tirmidzi No. 358)

Pemimpin Yang Dilaknat dan Melaknat Rakyatnya

Dari ‘Auf bin Malik Al Asyja’i Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

 .... وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ  ....

“  ..... Seburuk-buruknya pemimpin kalian adalah yang kalian benci dan mereka pun membenci kalian, kalian melaknat mereka, dan mereka pun melaknat kalian .....”  (HR. Muslim No. 1855, Ahmad No. 23981, Ad Darimi No. 2839,dll)

- Abu Hudzaifi- 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar