Kamis, 16 Oktober 2014

Membentuk Generasi Qurani dengan Market Day





Alhamdulillah, hari ini, kamis 16 Oktober 2014 kegiatan market day kembali digelar oleh keluarga besar komunitas  Sekolah Alam Indonesia. Sebagaimana kegiatan lainnya yg selalu ramai, acara market day hari ini pun cukup ramai. Terlihat cerianya anak-anak bersemangat menawarkan dagangannya kepada pengunjung yang hadir, tanpa ada perasaan minder ataupun malu-malu.
Tapi.... tulisan ini bukanlah pengen menceritakan gelaran market day pagi tadi. Saya mencoba melihat 'sisi lain' dari acara market day tersebut.

Sebagaimana namanya, market day (hari pasaran),  secara sederhana bisa kita maknai  "jualan di sekolah..".
Meski acaranya cuma sehari...eh, setengah hari ding.... malah hanya sekitar  3 jam...
Bukan soal waktu yang akan dibahas disini. Tapi soal kegiatan jualan itu sendiri. Di acara market day siswa dilatih untuk jualan, mulai dari menyiapkan segala sesuatunya, hingga  menawarkan apa yang bisa mereka jual kepada komunitas yang hadir. Singkatnya, dengan market day, anak-anak dilatih untuk menjadi seorang penjual. Atau minimal memiliki jiwa penjual.
Menjadi penjual ? Sekolah kok malah disuruh menjadi penjual ?
ya....  menjadi penjual.
Terus, ada apa dengan penjual ?

Ketika kita ditanya, mana yang kita pilih : menjadi pembeli atau penjual, kira-kira apa jawaban kita ?
kalau kita memiliki wawasan qurani, maka pasti kita akan memilih menjadi penjual, karena al quran menegaskan bahwa posisi kita  ---selaku hambaNYA yg  beriman-- adalah sebagai penjual, dan Allah_lah sang pembelinya...
So... tepat sekali jika anak-anak kita didik untuk memiliki jiwa dan semangat seorang penjual,  bukan pembeli.

Pastinya ada perbedaan antara penjual dan pembeli.
Diantara perbedaan mendasar antara seorang penjual dengan pembeli adalah sikap mental.

Pertama
, Seorang penjual memiliki sikap melayani. Sementara  pembeli punya sikap pilih-pilih, minta dilayani, dan tidak merasa perlu.
Apa pun yang dituntut pembeli, penjual akan menyesuaikan diri. Bahkan, penjual harus siap direpotin, dicela, dimarahi pembeli, tanpa memperlihatkan reaksi ketidaksukaan apalagi perlawanan.

Kedua dan  Ketiga adalah Penjual selalu berpikiran positif dan optimis. 
Setiap hari, penjual selalu yakin bahwa akan datang pembeli yang akan membeli dagangannya. Untuk itulah, penjual selalu bersemangat membuka usahanya, karena yakin bahwa akan ada yang beli dagangannya.

Sekalil lagi, jadilah penjual, bukan pembeli.

Begitu pun dalam beramal. Posisi seorang hamba Allah di dunia ini tak lain adalah seorang penjual. Dan Allahlah si Pembeli. Pembeli bisa menentukan kriteria apa saja atas barang yang dibeli. Dan penjual wajib memenuhi, jika dagangannya mau terjual.

Allah swt. berfirman dalam surah At-Taubah ayat 111, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Alquran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka, bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.”
Tak ada satu penjual pun yang santai-santai saja menyambut tawaran harga tinggi dari seorang pembeli. Dan, adakah  harga yang lebih tinggi dari surga yang penuh kenikmatan ?

Satu lagi.... Tak ada penjual yang sedemikian cintanya dengan dagangannya sehingga ia tak akan pernah menjual. Sungguh naif seorang penjual yang bersikap, “Biarlah saya tak untung, yang penting barang dagangan yang saya cintai tak terjual!” Saat itu, ia bukan lagi seorang penjual. Tapi, penikmat.

Seorang hamba Allah yang cerdas tak akan terpedaya dengan dunia. Seindah apa pun ia tampil. Segemerlap apa pun dunia bersolek. Karena dalam pandangan Allah, dunia tak senilai sayap nyamuk. Rasulullah saw. bersabda, “Andaikan dunia itu senilai dengan sayap nyamuk di sisi Allah, maka Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir walaupun seteguk air dari dunia.” (HR. Tirmidzi)



Kembali ke market day...

Selalu kita temui anak-anak yang menawarkan dagangannya dengan penuh keramahan, mereka juga bersabar ketika ternyata dagangannya ga dibeli.

Disini saya ingin memberikan apresiasi kepada pihak Sekolah Alam Indonesia, sekaligus menegaskan bahwa program market day adalah program yang luar biasa. 

Dengan market day, kita telah membentuk & mengajarkan anak-anak untuk memiliki jiwa sebagai seorang penjual yang ulet, sabar, melayani, ramah, optimis, tidak menyia-nyiakan kesempatan & peluang, dll.

Melalui kegiatan market day ini, secara tidak langsung, kita telah membentuk anak-anak kita menjadi generasi qurani. Karena semangat seorang penjual adalah semangat  qurani.

Wallahu a'lam.

Cinere. 16 Oktober 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar