Jumat, 30 Januari 2015

tentang perayaan MAULID Nabi

“Katakanlah: “Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira “.(QS:Yunus:58)

Abu Saikh mengeluarkan riwayat dari Ibnu Abas ra. tentang tafsir ayat ini: bahwa yang dimaksud dari kurnia Allah disini adalah Ilmu dan yang dimaksud dari rahmat Allah adalah Nabi Muhammad saw. Allah berfirman:
“Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (Al hafidz As-Suyutiy, Ad-Dur al-Mansur/4 hal.364). Penafsiran serupa dapat pula kita jumpai di kitab Ruhul Maani 10. hal. 141, Tafsir Abi Suud 4. hal.156, Tafsir Kabir 18 hal. 123. 


Hal ini bukan berarti kita menafikan penafsiran yang lian, seperti menafsiri makna rahmat disini dengan al Quran, Iman, Islam, atau yang lainnya, karena memang rahmat Allah sangat luas dan rahmat terbesar bagi kita adalah Nabi Muhammad saw. karena beliu adalah rahmat seluruh alam.
bersyukur kepada Allah atas nikmat yang telah Dia berikan kepada kita adalah suatu kewajiban bagi kita. Ekpresi syukur dapat dilakukan dengan beragam cara selama dalam nilai-nilai ketaatan kepada Allah. Mengingat hari-hari tertentu dimana kita mendapat nikmat dengan selalu mensyukurinya adalah hal yang diajarkan Nabi saw.
 

Nabi saw. ketika ditanya tentang puasa hari senin beliu menjawab” hari tersebut adalah hari saya dilahirkan dan hari saya diutus atau hari saya diturunkan”(HR. Muslim)

Al Hafidz Ibnu Rojab al Hambaliy mengomentari hadis ini:” Didalam hadis ini ada sebuah isyaroh, yaitu disunahkanya berpuasa pada hari-hari Allah memberi nikmat kepada hambnya. Dan nikmat terbesar bagi umat ini adalah adanya Nabi Muhammad dan diutusnya beliu sebagai rasul bagi mereka, sebagaimana firman Allah: “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri” maka puasa pada hari dimana Allah memperbaharui nikmat hambanya yang beriman adalah sangat terpuji, dan hal tersebut kategori membayar nikmat dengan rasa syukur.

Dari Ibnu Abas ra. bahwa Rasulullah datang ke Madinah dan menemukan kaum Yahudi sedang berpuasa hari Asyura, maka Nabi bertanya kepada mereka:” Hari apa ini yang Engkau puasai?” mereka menjawab: “Ini adalah hari besar, hari Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya dan meneggelamkan Firaun dan kaumnya kemudian Musa mempusai hari tersebut karena rasa syukur, maka kamipun ikut berpuasa”. Maka Nabi saw. berkata “Kami lebih berhak dan lebih utama terhadap Musa as. dari pada kalian, kemudian Nabi berpuasa dan memerintahkan untuk berpusa pada hari tersebut(HR.Bukhori dan Muslim)
 

Al Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolaniy mengatakan: “Dan dapat diambil faidah dari hadis tersebut adalah sikap syukur kepada Allah atas anugrah yang telah Dia berikan pada hari tertentu berupa pemberian nikmat atau dihindarkan dari bahaya, dan syukur tersebut diulang setiap tahun pada hari yang sama dan syukur kepada Allah dapat dilakukan dengan macam-macam ibadah seperti sujud, puasa, shodaqoh, membaca al-Quran. Dan nikmat mana yang lebih besar dari nikmat adanya Nabi Muhammad, Nabi rahmat?”. Kemudian Ibnu Hajar menjadikan hadis ini sebagai dalil dianjurkannya perayaan maulid Nabi.(Al Hawiy Lilfatawa.2/196)

Perayaan Mulid Dan Kontroversial Ma’na Bid’ah
 

Peryataan bahwa perayaan maulid Nabi adalah amalan bida’h adalah peryataan sangat tidak tepat, karena bida’h adalah sesuatu yang baru atau diada-adakan dalam Islam yang tidak ada landasan sama sekali dari dari al-Quran dan as-Sunah, adapun maulid walaupun suatu yang baru di dalam Islam akan tetapi memiliki landasan dari al-Quran dan as-Sunah.
 

Di dalam maulid Nabi didalamya banyak sekali nilai ketaatan, seperti: sikap syukur, membaca dan mendengarkan bacaan al Quran, bersodaqoh, mendengarkan mauidhoh hasanah atau menuntut ilmu, mendengarkan kembali sejarah dan keteladanan Nabi, dan membaca sholawat yang kesemuanya telah dimaklumi bersama bahwa hal tersebut sangat dianjurkan oleh agama dan ada dalilnya di dalam al-Quran dan as-Sunah.

1. Pengkhususan Waktu

Ada yang menyatakan bahwa menjadikan maulid dikatakan bid’ah adalah adanya pengkhususan (takhsis) dalam pelakanaan di dalam waktu tertentu, yaitu bulan Rabiul Awal yang hal itu tidak dikhususkan oleh syariat. Pernyataan ini sebenarnaya perlu di tinjau kembali, karena takhsis yang dilarang di dalam Islam ialah takhsis dengan cara meyakini atau menetapkan hukum suatu amal bahwa amal tersebut tidak boleh diamalkan kecuali hari-hari khusus dan pengkhususan tersebut tidak ada landasan dari syar’iy sendiri(Dr. Alawy bin Shihab, Intabih Dinuka fi Khotir. hal.27).

Hal ini berbeda dengan penempatan waktu perayaan maulid Nabi pada bulan Rabiul Awal, karena orang yang melaksanakan maulid Nabi sama sekali tidak meyakini, apalagi menetapkan hukum bahwa maulid Nabi tidak boleh dilakukan kecuali bulan Robiul Awal, maulid Nabi bisa diadakan kapan saja, dengan bentuk acara yang berbeda selama ada nilai ketaatan dan tidak bercampur dengan maksiat. Pengkhususan waktu maulid disini bukan kategori takhsis yang di larang syar’iy tersebut, akan tetapi masuk kategori tartib(penertiban).

Pengkhususan waktu tertentu dalam beramal sholihah adalah diperbolehkan, Nabi Muhammad sendiri mengkhusukan hari tertentu untuk beribadah dan berziaroh ke masjid kuba, seperti diriwatkan Ibnu Umar bahwa Nabi Muhammad mendatangi masjid Kuba setiap hari Sabtu dengan jalan kaki atau dengan kendaraan dan sholat sholat dua rekaat disana (HR.Bukhori dan Muslim). Ibnu Hajar mengomentari hadis ini mengatakan: “bahwa hadis ini disertai banyaknya riwayatnya menunjukan diperbolehkan mengkhususan sebagian hari-hari tertentu dengan amal-amal solihah dan dilakukan terus menerus”.(Fathul Bariy.3 hal. 84) Imam Nawawi juga berkata senada di dalam kitab Syarah Sohih Muslim.

Para sahabat Anshor juga menghususkan waktu tertentu untuk berkumpul untuk bersama-sama mengingat nikmat Allah,( yaitu datangnya Nabi saw) pada hari Jumat atau mereka menyebutnya Yaumul ‘Urubah dan direstui Nabi. Jadi dapat difahami, bahwa pengkhususan dalam jadwal Maulid, Isro’ Mi’roj dan yang lainya hanyalah untuk penertiban acara-acara dengan memanfaatkan momen yang sesui, tanpa ada keyakinan apapun, hal ini seperti halnya penertiban atau pengkhususan waktu sekolah, penghususan kelas dan tingkatan sekolah yang kesemuanya tidak pernah dikhususkan oleh syariat, tapi hal ini diperbolehkan untuk ketertiban, dan umumnya tabiat manusia apabila kegiatan tidak terjadwal maka kegiatan tersebut akan mudah diremehkan dan akhirnya dilupakan atau ditinggalkan.

Acara maulid diluar bulan Rabiul Awal sebenarnya telah ada dari dahulu, seperti acara pembacaan kitab Dibagh wal Barjanji atau kitab-kitab yang berisi sholawat-sholawat yang lain yang diadakan satu minggu sekali di desa-desa dan pesantren, hal itu sebenarnya adalah kategori maulid, walaupun di Indonesia masyarakat tidak menyebutnya dengan maulid, dan jika kita berkeliling di negara-negara Islam maka kita akan menemukan bentuk acara dan waktu yang berbeda-beda dalam acara maulid Nabi, karena ekpresi syukur tidak hanya dalam satu waktu tapi harus terus menerus dan dapat berganti-ganti cara, selama ada nilai ketaatan dan tidak dengan jalan maksiat. Semisal di Yaman, maulid diadakan setiap malam jumat yang berisi bacaan sholawat-sholawat Nabi dan ceramah agama dari para ulama untuk selalu meneladani Nabi. Penjadwalan maulid di bulan Rabiul Awal hanyalah murni budaya manusia, tidak ada kaitanya dengan syariat dan barang siapa yang meyakini bahwa acara maulid tidak boleh diadakan oleh syariat selain bulan Rabiul Awal maka kami sepakat ini adalah bid’ah dholalah.


2.Tidak Pernah Dilakukan Zaman Nabi Atau Sahabat.
 

Diatara orang yang mengatakan maulid adalah bid’ah adalah karena acara maulid tidak pernah ada di zaman Nabi, sahabat atau kurun salaf. Pendapat ini muncul dari orang yang tidak faham bagaimana cara mengeluarkan hukum(istimbat) dari al-Quran dan as-Sunah. Sesuatu yang tidak dilakukan Nabi atau Sahabat –dalam term ulama usul fiqih disebut at-Tark – dan tidak ada keterangan apakah hal tersebut diperintah atau dilarang maka menurut ulama ushul fiqih hal tersebut tidak bisa dijadikan dalil, baik untuk melarang atau mewajibkan. Sebagaimana diketahui pengertian as-Sunah adalah perkatakaan, perbuatan dan persetujuan beliu. Adapun at-Tark tidak masuk di dalamnya. Sesuatu yang ditinggalkan Nabi atau sohabat mempunyai banyak kemungkinan, sehingga tidak bisa langsung diputuskan hal itu adalah haram atau wajib. Disini akan saya sebutkan alasan-alasan kenapa Nabi meninggalkan sesuatu:

Nabi meniggalkan sesuatu karena hal tersebut sudah masuk didalam ayat atau hadis yang maknanya umum, seperti sudah masuk dalam makna ayat :”dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan”(QS. Al-Haj:77). Kebajikan maknanya adalah umum dan Nabi tidak menjelaskan semua secara rinci.
 

Nabi meninggalkan sesutu karena takut jika hal itu beliu lakukan akan dikira umatnya bahwa hal itu adalah wajib dan akan memberatkan umatnya, seperti Nabi meninggalkan sholat tarawih berjamaah bersama sohabat karena khawatir akan dikira sholat terawih adalah wajib.
Nabi meninggalkan sesuatu karena takut akan merubah perasaan sahabat, seperti apa yang beliu katakan pada siti Aisyah:” Seaindainya bukan karena kaummu baru masuk Islam sungguh akan aku robohkan ka’bah dan kemudian saya bangun kembali dengan asas Ibrahim as. Sungguh Quraiys telah membuat bangunan ka’bah menjadi pendek”(HR. Bukhori dan Muslim) Nabi meningglakan untuk merekontrusi ka’bah karena menjaga hati mualaf ahli Mekah agar tidak terganggu.
 

Nabi meninggalkan sesuatu karena telah menjadi adatnya, seperti di dalam hadis: Nabi disuguhi biawak panggang kemudian Nabi mengulurkan tangannya untuk memakannya, maka ada yang berkata:” itu biawak!”, maka Nabi menarik tangannya kembali, dan beliu ditanya:” apakah biawak itu haram? Nabi menjawab:”tidak, saya belum pernah menemukannya di bumi kaumku, saya merasa jijik!”(QS. Bukhori dan Muslim) hadis ini menunjukan bahwa apa yang ditinggalkan Nabi setelah sebelumnya beliu terima hal itu tidak berarti hal itu adalah haram atau dilarang.
 

Nabi atau sahabat meninggalkan sesuatu karena melakukan yang lebih afdhol. Dan adanya yang lebih utama tidak menunjukan yang diutamai(mafdhul) adalah haram.dan masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang lain(untuk lebih luas lih. Syekh Abdullah al Ghomariy. Husnu Tafahum wa ad Dark limasalati at-Tark)

Dan Nabi bersabda:” Apa yang dihalalakan Allah di dalam kitab-Nya maka itu adalah halal, dan apa yang diharamkan adalah haram dan apa yang didiamkan maka itu adalah ampunan maka terimalah dari Allah ampunan-Nya dan Allah tidak pernah melupakan sesuatu, kemudian Nabi membaca:” dan tidaklah Tuhanmu lupa”.(HR. Abu Dawud, Bazar dll.) dan Nabi juga bersabda:”Sesungguhnya Allah menetapkan kewajiban maka jangan enkau sia-siakan dan menetapkan batasan-batasan maka jangan kau melewatinya dan mengharamkan sesuatu maka jangan kau melanggarnya, dan dia mendiamkan sesuatu karena untuk menjadi rahmat bagi kamu tanpa melupakannya maka janganlah membahasnya”.(HR.Daruqutnhi)

Dan Allah berfirman:”. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya”.(QS.Al Hasr:7) dan Dia tidak berfirman dan apa yang ditinggalknya maka tinggalkanlah. Maka dapat disimpulkan bahwa “at-Tark” tidak memeberi faidah hukum haram, dan alasan pengharaman maulid dengan alasan karena tidak dilakukan Nabi dan s
ahabat sama dengan berdalil dengan sesuatu yang tidak bisa dijadikan dalil!
 

Imam Suyuti menjawab peryataan orang yang mengatakan:” saya tidak tahu bahwa maulid ada asalnya di Kitab dan Sunah” dengan jawaban:” tidak mengetahui dalil bukan berarti dalil itu tidak ada”, peryataannya Imam Suyutiy ini didasarkan karena dia sendiri dan Ibnu Hajar al-Asqolaniy telah mampu mengeluarkan dalil-dalil maulid dari as-Sunah.( Syekh Ali Jum’ah. Al-Bayan al-Qowim.hal.28)

Pendapat Ulama-Ulama Klasik dan Konteporer tentang Maulid
 

1.Imam Yahya Bin Syorof an-Nawawiy
“Dan yang terbaik diantara sesuatu yang baru di zaman kita ini adalah apa yang dilakukan setiap tahun, yaitu pada hari kelahiran Nabi (Maulid Nabi) yang berisi shodaqoh, menampilkan keindahan dan kebahagiaan. Hal tersebut adalah bentuk rasa cinta dan memulyakan Nabi di dalam hati orang melakukan maulid dan bentuk ugkapan syukur kepada Allah atas anugrah yang beliau berikan yaitu menciptakan Nabi Muhammad untuk menjadi rahmat untuk seluruh alam” (Al-Ba’is ala Inkarilbida’ wal Hawadis. Hal. 3)
 

2. Al Hafidz Imam as-Suyutiy
“Ada sebuah pertanyaan tentang acara maulid Nabi di bulan Robiul Awal, apakah hukumnya menurut syariat, apakah terpuji atau tercela? Apakah orang yang melakukannya mendapat pahala atau tidak? Jawaban saya adalah … maulid Nabi termasuk bid’ah hasanah yang bagi pelakunya akan mendapat pahala, di karnakan di dalamnya ada rasa mengagungkan Rasul dan memperlihatkan kebahagian karena lahirnya Nabi Muhammad”.(Al Hawi lilfatawa/2. hal. 221)
 

3. Ibnu Taimiyah
“Dan maulid adalah sesuatu yang baru yang di buat sebagian manusia, munkin untuk menyaingi Nasrani di dalam Milad Nabi Isa as. atau karena rasa cinta dan memulyakan Nabi, sungguh Allah akan memberi pahala atas rasa cinta dan kesungguhan ini”(Iqtidho Shirotil Mustaqim. Hal. 266)
 

Dan ulama-ulama lain yang menyatakan dianjurkannya maulud atau mengarang kitab tentang maulid Nabi adalah: Ibnu Hajar al Asqolani (lih. Al Hawi Lilfatawa), Al Hafidz al Iroqiy (lih.Al-maulud al-Haniy fi al-Maulid an-Nabawiy), Ibnu Jauziy (lih.Mauludul Urus), Ibnul Haj al-Malikiy( Al-Madkhol), Ibnu Katsir, Imam Sakhowi, Imam Qostholaniy, Imam as-Subkiy, Dr. Yusuf Qordhowiy(Mufti Qatar), Dr. Sa’id Romadhon al-Buthiy, Sayid Muhamad Bin Alawi al Malikiy, Saikh Ahmad Bin Abdul Aziz al-Mubarok(Mufti Emirat Arab),Saikh Isa Bin Abdullah Al Humairiy(ketua majlis Fatwa dan kajian Pemerintahan Dubai), Syaikh Ali Jum’ah(Mufti Mesir) Sayed Ali Mashur(Mufti Hadhromaut) dll.

Kisah Peringanan Azab Abu Lahab pada Hari Senin
 

Para ulama ilmu hadis, seperti Imam Bukhoriy, al Hafidz Ibnu Hajar, al Hafidz Ibnu Katsir, al-Hafidz al-Baihaqiy, al-Hafidz al-Baghowiy, Imam Son’aniy dan yang lainnya di dalam kitab-kitab hadis dan siroh yang mereka tulis menyebutakan bahwa Sahabat Abas bin Abdil Mutholib bermimpi bertemu Abu Lahab yang telah wafat, dan Sahabt Abas bertanya tentang keadaannya, Abu Lahab menjawab: bahwa dirinya terus disiksa di kubur, tapi untuk hari senin siksanya diringankan disebabkan dia sewaktu hidup pernah memerdekakan budak karena bahagia waktu Nabi saw. lahir.(Untuk mengetahui lebih jelas mengenai bahwa cerita ini dapat menjadi hujah menurut ilmu hadis, lih. Sayed. Dr, Muhammad al-Malikiy, Mafahim Yajibu Antushohah. Hal 252).
 

Al-Hafidz Syamsyudiin as-Dimsiqiy setelah mendengar cerita ini dia menulis sebuah syair:
Jika Abu Lahab yang kafir ini telah jelas celanya dan merugi dineraka selamanya
Datang setiap senin tuk selamanya ringan adzab sebab senang kelahiran Ahmad
Lalu apa diduga dengan hamba yang hidupnya bahagia sebab ahmad dan mati keadaan bertauhid. (lih. Marud as-Shoodiy fi Mauludi al Hadiy)
 

Dapat difahami dari cerita dan syair tersebut, bahwa ekpresi kebahagiaan atas lahirnya Nabi Muhammadpun mampu menurunkan rahmat Allah kepada paman Nabi, Abu Lahab yang kafir, lalu bagaimana dengan kita yang muslim yang selalu senang dan bahagia dengan kelahiran Nabi Muhammad!. Dan jika kita mau merenungi kenapa Nabi tidak membuat perayaan maulid ini sebenarnya juga adalah rahmat bagi kita, karena kita dapat mengekpresikan kebahagiaan maulid Nabi dengan jenis ibadah yang sesui kemampuan kita dan dengan hati suka rela. .

Hal ini dapat kita ketahui dari cerita sahabat-sahabat Nabi dan kaum Yahudi yang mengekpresikan sikap sukurnya dengan ibadah yang bebeda-beda tanpa bertanya dulu kepada Nabi, tapi semuanaya disetujui oleh Nabi. Dan telah menjadi sifat rahmat Nabi kepada umatnya bahwa beliu sering meniggalkan amal karena khawatir akan dikira amal itu wajib, dan nanti akan memberatkan umatnya, karena banyaknya kewajiban, yang sebenarya amal tersebut boleh dilakukan. Seperti dalam ilmu Ushul Fiqih, Nabi tidak melakukan suatu amal secara rutin(muwadhobah) untuk memberi tahu bahwa amal itu tidak wajib, tapi sunah, dan Nabi meninggalkan amal yang boleh dilakukan(mubah) agar tidak dikira amal itu sunah atau wajib.(M. Sulaiman al-Asqor, Af’alul Rasul. Hal. 54) .Jika memang maulid adalah ekpresi syukur, maka jangan sampai hal ini menjadi sebab perpecahan dengan sesama muslim karena perbedaan pemahaman tentang hukum maulid, agar makna rahmat itu tetap terasa. Mari kita saling bekerja sama dalam hal yang kita sepakati, dan saling memaafkan dalam hal yang kita berbeda pendapat.Wallahu a’lam bi showab.

Oleh: Zarnuzi Ghufron*)
*) Penulis adalah ketua LMI-PCI NU Yaman dan sekarang sedang belajar di Fakultas Syariah wal Qonun Univ. Al-Ahgoff. Hadramaut, Yaman

Selasa, 27 Januari 2015

Dua pintu surga kita

Seorang tabi’in yang mulia bernama Iyas bin Mu’awiyah menangis sejadi-jadinya ketika meninggal salah satu dari orang tuanya. Maka dikatakan pada beliau, “Mengapa Anda menangis sedemikian rupa?”

Maka ia menjawab, “Tidaklah aku menangis karena kematian, karena yang hidup pasti akan mati. Akan tetapi yang membuatku menangis karena dahulu aku memiliki dua pintu ke surga, maka tertutuplah satu pintu pada hari ini dan tidak akan di buka sampai hari kiamat. Aku memohon pada Allah Ta’ala agar aku bisa menjaga pintu yang ke dua…”

Maksud Iyas bin Muawiyah adalah bahwa kedua orang tua adalah dua pintu menuju surga, yang mana kita dapat menikmati bau harumnya surga itu setiap pagi dan petang.

Rosululloh Shallahu‘alaihi wasallam bersabda :

“Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah, maka jangan sia-siakanlah pintu itu atau jagalah ia.” (HR. Tirmidzi).

Benar, pintu surga yang paling tengah, yang paling indah, yang paling elok. Maka masihkah engkau sia-siakan pintu itu? Bahkan engkau haramkan dirimu untuk memasukinya, dengan mengangkat suaramu di hadapannya, dengan membentaknya di kala tulang-tulangnya semakin lemah karena dimakan usia? Sementara tubuhmu yang kini berotot kekar, dahulu telah dibasuh kotoranmu dengan tangannya yang kini tak bertenaga.

Duhai sungguh ruginya… Celaka! Celaka! Celaka! Jika kau berani Durhaka!

Rosululloh Shallahu‘alaihi waSallam bersabda, “Celaka, celaka, celaka !”

Dikatakan pada beliau, “Siapa wahai Rosululloh?”

Maka Rosululloh Sholalllahu'alaihi wasallam bersabda, “Siapa saja yang menjumpai kedua orang tuanya, baik salah satu atau kedua-duanya di kala mereka lanjut usia, akan tetapi (perjumpaan tersebut) tidak memasukannya ke Surga.”
(HR.Muslim)

“Duhai Allah, berilah kami Rizki untuk berbakti kepada kedua orang tua kami dan kumpulkanlah kami bersama mereka di surga-Mu..”

Yang dikehendaki ISLAM dari dirimu

“Sesungguhnya yang dikehendaki oleh Islam adalah sebagian besar waktumu, hampir seluruh hartamu, dan segarnya masa mudamu. Islam menghendaki dirimu, seluruhnya.

Islam menghendakimu saat kamu bertenaga, bukan saat telah loyo.

Islam menghendaki masa mudamu, masa kuatmu, masa sehatmu, dan masa perkasamu, bukan masa rentamu.

Islam mengehendaki semua yang terbaik, termulia, dan teragung darimu. …

Sesungguhnya Islam membutuhkan orang yang memberikan segalanya untuk din-nya: kehidupannya, waktunya, hartanya, tenaganya, ruhnya, rumahnya, mobilnya dan semua yang dimilikinya.

Kita menghendaki seseorang ‘yang menjual dirinya kepada Allah’ dengan keutuhan makna kalimat ini.

Kita menghendaki seseorang yang setiap harinya membawa sesuatu yang baru untuk dipersembahkan kepada Islam.”

(Syaikh Dr. Abdullah Azzam)

Terlihat Cantik.. episode ghadhul bashor

Seorang suami mengadukan apa yang ia rasakan kepada seorang Syekh. Dia berkata:
"Ketika aku mengagumi calon istriku seolah-olah dalam pandanganku Allah tidak menciptakan perempuan yang lebih cantik darinya di dunia ini.

Ketika aku sudah meminangnya, aku melihat banyak perempuan seperti dia.

Ketika aku sudah menikahinya aku lihat banyak perempuan yang jauh lebih cantik dari dirinya.

Ketika sudah berlalu beberapa tahun pernikahan kami, aku melihat seluruh perempuan lebih manis dari pada istriku."

Syekh berkata: 
"Apakah kamu mau aku beritahu yang lebih dahsyat dari pada itu dan lebih pahit?"
Laki-laki penanya: Iya, mau.

Syekh: Sekalipun kamu mengawini seluruh perempuan yang ada di dunia ini pasti anjing yang berkeliaran di jalanan itu lebih cantik dalam pandanganmu dari pada mereka semua.

Laki-laki penanya itu tersenyum masam, lalu ia berujar: "Kenapa tuan Syekh berkata demikian?"

Syekh: Karena masalahnya terletak bukan pada istrimu. Tapi masalahnya adalah bila manusia diberi hati yang tamak, pandangan yang menyeleweng, dan kosong dari rasa malu kepada Allah, tidak akan ada yang bisa memenuhi pandangan matanya kecuali tanah kuburan.

Rasulullah bersabda:
"Andaikan anak Adam itu memiliki lembah penuh berisi emas pasti ia akan menginkan lembah kedua, dan tidak akan ada yang bisa memenuhi mulutnya kecuali tanah. Dan Allah akan menerima taubat siapa yang mau bertaubat".

Jadi, masalah yang kamu hadapi sebenarnya adalah kamu tidak menundukkan pandanganmu dari apa yang diharamkan Allah.

Sekarang, apakah kamu menginginkan sesuatu yang akan mengembalikan kecantikan istrimu seperti pertama kali kamu mengenalnya? Ketika ia menjadi wanita tercantik di dunia ini?

Laki-laki penanya: Iya, mau sekali.
Syekh: Tundukkan pandanganmu !

Sebuah episode Keikhlasan dan Kesabaran

Namanya adalah Bar 'ah, seorang gadis berumur 10 tahun. Orang tua Bar 'ah adalah Dokter asal Mesir yang pindah ke Arab Saudi untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Pada seusia ini, Bar`ah telah menghafal seluruh Al Qur’an berikut tajweednya , dia sangat cerdas hingga gurunya pernah mengatakan bahwa dia paling unggul untuk anak seusianya.

Dia hidup dalam keluarga kecil yang berkomitmen dalam Islam dan ajaran-ajarannya … . Tiba-tiba suatu hari ibunya mulai merasa sakit perut yang parah dan setelah dilakukan test dan pemeriksakan, diketahuilah bahwa ibu bar’ah menderita kanker yang ternyata sudah dalam stadium akhir/kronis (sukar untuk disembuhkan/tidak dapat diselamatkan).

Ibunya berfikir bahwa dia harus memberitahu putrinya, terutama jika ia terbangun suatu hari dan tidak menemukan ibunya di sampingnya … jadi Ibunya berkata kepadanya, “Bar`ah, aku akan pergi ke surga di depan-mu, tapi aku ingin kamu selalu membaca Al-Qur'an dan menghafalkannya setiap hari karena Ia akan menjadi pelindungmu kelak… “

Gadis kecil itu tidak benar-benar memahami tentang apa yang coba Ibunya sampaikan. Tapi dia mulai merasakan adanya perubahan keadaan kesehatan ibunya, terutama ketika ia mulai dipindahkan ke rumah sakit untuk waktu yang lama. Gadis kecil ini menggunakan waktu sepulang sekolahnya untuk menjenguk ibunya ke rumah sakit dan membaca Quran untuk ibunya sampai larut malam, sampai ayahnya datang dan membawa Bar 'ah pulang.

Suatu hari pihak rumah sakit menelepon Ayah Bar 'ah dan memberitahukan bahwa kondisi istrinya sangat buruk dan dia harus datang secepatnya, sehingga ayah Bar’ah menjemput Bar `ah dari sekolah dan langsung menuju ke rumah sakit. Ketika mereka tiba di depan rumah sakit ia meminta Bar’ah untuk tetap tinggal di mobil … sehingga ia tidak akan shock jika ibunya meninggal dunia.

Ayah Bar’ah keluar dari mobil seraya berlinang air mata mencemaskan kondisi istrinya. Ketika ia menyeberang jalan untuk masuk rumah sakit, tapi tiba-tiba datang sebuah mobil melaju kencang dan menabrak ayah Bar’ah dan ia meninggal seketika itu juga di depan kedua mata putrinya itu…tak terbayangkan ..tangisan Bar 'ah yang berusaha mendekati ayahnya yang kini ia lihat tak bernyawa lagi.

Tragedi Bar`ah belum berakhir… setelah lima hari semenjak kematian sang ayah tercinta didepan matanya, akhirnya ibunya meninggal dunia juga. Dan kini gadis kecil ini sendirian tanpa kedua orangtuanya. Untunglah teman-teman dari orangtuanya disekolah, Bar’ah dihubungkan dengan kerabatnya di Mesir, sehingga kerabatnya bisa merawatnya.

Tak berapa lama tinggal di mesir gadis kecil Bar`ah mulai mengalami nyeri mirip dengan ibunya dan oleh keluarganya ia lalu di periksakan, dan setelah beberapa kali tes dan pemeriksaan di dapati Bar’ah juga mengidap kanker … tapi sungguh mengejutkan setiap orang ketika Bar 'ah mengetahui kalau ia menderita kanker…. Dia hanya berkata : “Alhamdulillah, sekarang saya akan bertemu dengan orangtuaku.”

Semua teman-teman dan keluarganya terkejut. Gadis kecil ini sedang menghadapi musibah yang bertubi-tubi dan dia tetap sabar dan ikhlas dengan apa yang ditetapkan Allah untuknya!…..Subhanallah….

Berita tentang Bar `ah dan kisahnya semakin tersebar, dan Saudi ketika mendengarnya memutuskan untuk mengurusnya … ia mengirim Bar’ah ke Inggris untuk pengobatan penyakitnya.

Inilah suara indah dari Bar 'ah yang berhasil dihubungi oleh salah satu Tv Islam dan memintanya untuk membaca Qur'an,.. Subhanallah.. benar-benar amat indah ...

http://www.youtube.com/watch…

Ini rekaman Bar 'ah sebelum ia koma, salah satu tv Islam menghubunginya dan disini Bar 'ah berdoa untuk orang tuanya dan melantunkan sebuah Nasheed..

http://www.youtube.com/watch?v=yD5S-jtxFls&fmt=5

Dan ini rekaman laiinnya dimana Bar 'ah membaca Al Qur'an .. Subhanallah, andai dapat,. silahkan untuk mendengarnya sendiri suara indah Bar 'ah ini...

http://www.youtube.com/watch…

Di Inggris, kondisinya memburuk dan kanker mulai menyebar di seluruh tubuhnya, para dokter harus mengamputasi kakinya, namun ia tetap bersabar dengan apa yang ditetapkan Allah baginya … namun beberapa hari setelah operasi amputasi kakinya, kanker sekarang menyebar ke otaknya, dokter memutuskan untuk dilakukan operasi otak …

Kisah ini terjadi pada th 2009 silam.. dan sekarang Bar’ah sudah berpulang menyusul ayah bundanya...

Semoga Allah memasukannya kedalam jannah-Nya... aamiin..!

Semoga dapat menjadi pelajaran bagi kita semua,..

‪#‎kisah‬ ‪#‎hikmah‬ ‪#‎teladan‬ ‪#‎ikhlas‬ ‪#‎sabar‬

Antara LEBAH dan Lalat

Mengapa lebah cepat menemukan bunga, sedangkan lalat cepat menemukan kotoran?

Karena naluri lebah hanya untuk menemukan bunga, sedangkan naluri lalat hanya untuk menemukan Kotoran...

Lebah tidak tertarik pada kotoran, sebaliknya lalat tidak tertarik pada harum dan keindahan bunga.

Alhasil...
Lebah kaya akan madu sedangkan lalat kaya dengan kuman penyakit...

Mengapa sebagian orang menjadi buruk dan sebagian orang menjadi baik?

Karena orang yang menjadi buruk tidak tertarik dan tidak peduli pada hal-hal yang baik (nilai-nilai keimanan), namun bila ada hal-hal yang buruk, nilai-nilai kekafiran, menyelisihi syariat, ghibah, permusuhan terhadap Islam, sampai kepada kesyirikan yang sistemik mereka begitu bersemangat tanpa pikir panjang lagi.

Orang baik ialah orang yang tidak tertarik dan tak mau merespon akan hal-hal buruk, menyelisihi syariat, kemaksiatan, kesyirikan, isme-isme atau ideologi yg tidak jelas bahkan memusuhi islam, isu yang tak jelas, ghibah, dll. bahkan semua jenis perkara dien yang tidak diajarkan dalam islam sekalipun itu nampaknya baik tapi tetap ditolaknya...

Berkata Abdullah bin Abbas:
"Sesungguhnya kebaikan (kebenaran) itu memberikan cahaya pada wajah pelakunya, menjadi pelita bagi hati, memberi kelapangan rezeki, membentuk kekuatan jasad, dan membuat orang-orang mencintainya.

Adapun sesungguhnya kejahatan (keburukan) itu membuat muka carut-marut, memberi kegelapan dalam hati, kelemahan pada badan, mengurangi pintu rezeki, dan membuat orang lain membencinya."
(Ad Da' wad Dawa' & Ibnul Qoyyim)

Jika kita seperti lebah yang menghasilkan madu (kebaikan), maka orang-orang di sekeliling kita juga akan mencicipi manisnya (kebaikan). Tapi jika kita seperti lalat, maka kuman (kebathilan) yang kita tebarkan juga akan menjerumuskan orang lain.

Janganlah engkau seperti lalat,
Hinggap di tempat busuk dan berulat...
Tak peduli apa yang dijilat,
Yang penting baginya lezat dan nikmat...

Alangkah bagusnya lebah,
Mencari penghidupan di tempat yang indah...
Ia tak terlihat di kubangan sampah,
Apa yang diambil & dihasilkannya pun berfaedah...

Dari Abu Hurairah, Rosululloh shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Merupakan tanda baiknya Islam seseorang, dia meninggalkan sesuatu yang tdk bermanfaat baginya" (HR. Tirmidzi).

Baarokallahu fiykum.

#BersabarBersyukurPositivethinking

Selasa, 20 Januari 2015

14 waktu mustajab untuk berdoa

 
💢☝14 WAKTU MUSTAJAB UNTUK BERDOA
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

💐📗 “Wahai manusia, selagi engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, aku mengampuni dosamu dan tidak aku pedulikan lagi dosamu” (HR. At Tirmidzi, ia berkata: ‘Hadits hasan shahih’)

🔖 Sesungguhnya ada waktu-waktu tertentu yang mustajab, artinya ketika memohon pada Allah dalam do'a di waktu tersebut, insyaallah akan dikabulkan oleh-Nya.

🌷❓Kapan sajakah 14 waktu yang dimaksud?

▶1. Saat adzan berkumandang
Dari Sahl bin Saad bahwa Rosulullah SAW bersabda, ”Ada dua yang tidak tertolak atau jarang tertolak: Do'a pada saat adzan dan doa tatkala perang berkecamuk.” (HR. Abu Daud, Baihaqi, dan Hakim)

▶2. Do'a di antara Adzan dan iqamah
Dari Anas bin Malik berkata bahwa Rosulullah SAW bersabda, “Do'a antara adzan dan iqamah tidak ditolak, maka berdoalah kamu” (HR. Ahmad)

▶3. Sebelum Salam pada saat Shalat Wajib
“Ada yang bertanya: Wahai Rosulullah, kapan doa kita didengar oleh Allah? Beliau bersabda: “Diakhir malam dan diakhir shalat wajib” (HR. Tirmidzi, 3499)

Ibnu Qayyim Al Jauziyyah dalam Zaadul Ma’ad (1/305) menjelaskan bahwa yang dimaksud ‘akhir shalat wajib’ adalah sebelum salam. Dan tidak terdapat riwayat bahwa Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam dan para sahabat merutinkan berdo'a meminta sesuatu setelah salam.

▶4. Di hari Rabu, antara Dzuhur dan Ashar
Sunnah ini belum diketahui oleh kebanyakan kaum muslimin, yaitu dikabulkannya do'a di antara sholat Dzuhur dan Ashar dihari Rabu. Ini diceritakan oleh Jabir bin AbdillahRadhiallahu’anhu:

“Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam berdo'a di Masjid Al Fath 3 kali, yaitu hari Senin, Selasa dan Rabu. Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara dua sholat. Ini diketahui dari kegembiraan di wajah beliau. Berkata Jabir : ‘Tidaklah suatu perkara penting yang berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk berdo'a,dan saya mendapati dikabulkannya doa saya‘”

“Pada hari Rabu lah do'anya dikabulkan, yaitu di antara shalat Zhuhur dan Ashar” (HR. Ahmad, no. 14603, Al Haitsami dalam Majma Az Zawaid, 4/15, berkata: “Semua perawinya tsiqah”, juga dishahihkan Al Albani di Shahih At Targhib, 1185)

▶5. Saat bangun tidur pada malam hari bagi orang yang sebelum tidur dalam keadaan suci
Dari Amr bin Abasah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba tidur dalam keadaan suci lalu terbangun pada malam hari kemudian memohon sesuatu tentang urusan dunia atau akhirat melainkan Allah akan mengabulkannya.” (HR. Ibnu Majah)

▶6. Saat berbuka puasa bagi orang yang berpuasa
Dari Abdullah bin Amr Ash bahwa dia mendengar Rosulullah SAW bersabda,”Sesungguhnya bagi orang yang berpuasa pada saat berbuka ada do'a yang tidak ditolak” (HR.Ibnu Majah dan Hakim)

▶7. Do'a pada waktu sujud dalam shalat
Do'a di kala sujud yaitu sujud dalam sholat atau sujud-sujud lain yang diajarkan Islam seperti sujud syukur, sujud tilawah, dan sujud sahwi. Dari Abu Hurairah berkata bahwa Rosulullah SAW bersabda, ”Saat yang paling dekat dengan Tuhannya adalah ketika ia sujud, maka perbanyaklah do'a.” (HR. Muslim)

▶8. Saat sedang kehujanan
Dari Sahl bahwa Rosulullah SAW bersabda, “Dua do'a yang tidak pernah ditolak, do'a pada waktu adzan dan do'a pada waktu kehujanan.” (HR. Hakim)

▶9. Saat Melihat Sakratul Maut
Dari Ummu Salamah bahwa Rosulullah SAW mendatangi rumah Abu Salamah pada hari wafatnya, dan beliau mendapatkan kedua mata Abu Salamah terbuka lalu beliau memejamkannya, kemudian berkata, 
”Sesungguhnya tatkala ruh dicabut, maka pandangan mata akan mengikutinya.” 

Semua keluarga histeris. Beliau lalu bersabda, ”Janganlah kamu berdo'a untuk diri kalian kecuali kebaikan, sebab para malaikat mengamini apa yang kamu ucapkan.”(HR. Muslim)

▶10. Sesaat di Hari Jumat
Rosulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menyebutkan tentang hari  Jumat kemudian beliau bersabda: ‘Di dalamnya terdapat waktu. Jika seorang muslim berdo'a ketika itu, pasti diberikan apa yang ia minta’. Lalu beliau mengisyaratkan dengan tangannya tentang sebentarnya waktu tersebut” (HR. Bukhari 935, Muslim 852 dari sahabat Abu Hurairah Radhiallahu’anhu)

▶11. Pada malam Lailatul Qadar
Allah SWT berfirman, “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar.”(Q.S Al-Qadr :3-5)

▶12. Do'a pada hari ‘Arafah
Dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya bahwa Rosulullah SAW bersabda,”Sebaik-baik do'a adalah pada hari ‘Arafah” (HR.Al-Tirmidzi)

▶13. Sepertiga akhir malam
Dari Abu Hurairah bahwa Rosulullah SAW bersabda, “Tuhan kita yang Maha Berkah dan Maha Tinggi turun ke langit dunia setiap malam pada sepertiga malam terakhir dan berfirman,“Barangsiapa berdo'a kepada-Ku pasti Aku kabulkan, barangsiapa meminta kepada-Ku pasti Aku beri, dan barangsiapa yang memohon ampunan-Ku pasti Aku ampuni’” (HR.Bukhari)
Amr bin Abasah mendengar Rosulullah SAW bersabda, “Saat yang paling mendekatkan seorang hamba dengan Tuhannya adalah saat ia dalam sujudnya dan jika ia bangun melaksanakan sholat pada sepertiga malam yang terakhir. Karena itu, jika kamu mempu menjadi orang yang berdzikir kepada Allah pada saat itu maka jadilah.” (HR. Tirmidzi dan Ahmad)

▶14. Saat Minum Air Zamzam
“Khasiat Air Zam-zam itu sesuai niat peminumnya” (HR. Ibnu Majah, 2/1018.

Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibni Majah, 2502)

Senin, 19 Januari 2015

BERKAH

💝BERKAH💝 
*********************

Berkah adalah kata yg diinginkan oleh hampir semua hamba yg beriman, karenanya orang akan mendapat limpahan kebaikan dalam hidup.

Berkah bukanlah cukup & mencukupi saja, tapi berkah ialah bertambahnya ketaatanmu kepada الله dg segala keadaan yg ada, baik berlimpah atau sebaliknya.

Berkah itu: "albarokatu tuziidukum fi thoah" ~ berkah menambah taatmu kepada الله.

Hidup yg berkah bukan hanya sehat, tapi kadang sakit itu justru berkah sebagaimana Nabi Ayyub عليه السلام, sakitnya menambah taatnya kepada الله.

Berkah itu tak selalu panjang umur, ada yg umurnya pendek tapi dahsyat taatnya layaknya Musab ibn Umair.

Tanah yg berkah itu bukan karena subur & panoramanya indah, karena tanah yg tandus seperti Makkah punya keutamaan di hadapan الله tiada yg menandingi.

Makanan berkah itu bukan yg komposisi gizinya lengkap, tapi makanan itu mampu mendorong pemakannya menjadi lebih taat setelah makan.

Ilmu yg berkah itu bukan yg banyak riwayat & catatan kakinya, tapi yg berkah ialah yg mampu menjadikan seorang meneteskan keringat & darahnya dalam beramal & berjuang untuk agama الله.

Penghasilan berkah juga bukan gaji yg besar & bertambah, tapi sejauh mana ia bisa jadi jalan rizqi bagi yg lainnya & semakin banyak orang yg terbantu dg penghasilan tersebut.

Anak² yg berkah bukanlah saat kecil mereka lucu & imut atau setelah dewasa mereka sukses bergelar & mempunyai pekerjaan & jabatan hebat, tapi anak yg berkah ialah yg senantiasa taat kepada Rabb-Nya & kelak di antara mereka ada yg lebih shalih & tak henti²nya mendo'akan kedua Orang tuanya.

Semoga segala aktifitas teman teman hari ini  berkah.

Minggu, 18 Januari 2015

Nafsu yang TERSEMBUNYI

Beberapa pakar sejarah Islam meriwayatkan sebuah kisah menarik. Kisah  Ahmad bin Miskin, seorang ulama abad ke-3 Hijriah dari kota Basrah, Irak.

●●●●
Menuturkan lembaran episode hidupnya, Ahmad bin Miskin bercerita:

Aku pernah diuji dengan kemiskinan pada tahun 219 Hijriyah. Saat itu, aku sama sekali tidak memiliki apapun, sementara aku harus menafkahi seorang istri dan seorang anak. Lilitan hebat rasa lapar terbiasa mengiringi hari-hari kami.

Maka aku berazam untuk menjual rumah dan pindah ke tempat lain. Akupun berjalan jalan mencari orang yang bersedia membeli rumahku.

Bertemulah aku dengan sahabatku Abu Nashr dan kuceritakan kondisiku. Lantas, dia malah memberiku 2 lembar roti isi manisan dan berkata: "berikan makanan ini kepada keluargamu."

Di tengah perjalanan pulang, aku berpapasan dengan seorang wanita fakir bersama anaknya. Tatapannya jatuh di kedua lembar rotiku. Dengan memelas dia memohon:

"Tuanku, anak yatim ini belum makan, tak kuasa terlalu lama menahan siksa lapar. Tolong beri dia sesuatu yang bisa dia makan. Semoga Allah merahmati Tuan."

Sementara itu, si anak menatapku polos dengan tatapan yang takkan kulupakan sepanjang hayat. Tatapan matanya menghanyutkan akalku dalam khayalan ukhrowi, seolah-olah surga turun ke bumi, menawarkan dirinya kepada siapapun yang ingin meminangnya, dengan mahar mengenyangkan anak yatim miskin dan ibunya ini.

Tanpa ragu sedetikpun, kuserahkan semua yang ada ditanganku. "Ambillah, beri dia makan", kataku pada si ibu.

Demi Allah, padahal waktu itu tak sepeserpun dinar atau dirham kumiliki. Sementara di rumah, keluargaku sangat membutuhkan makanan itu.

Spontan, si ibu tak kuasa membendung air mata dan si kecilpun tersenyum indah bak purnama.

Kutinggalkan mereka berdua dan kulanjutkan langkah gontaiku, sementara beban hidup terus bergelayutan dipikiranku.

Sejenak, kusandarkan tubuh ini di sebuah dinding, sambil terus memikirkan rencanaku menjual rumah.

Dalam posisi seperti itu, tiba tiba Abu Nashr terbang kegirangan mendatangiku.

"Hei, Abu Muhammad! Kenapa kau duduk duduk di sini sementara limpahan harta sedang memenuhi rumahmu?", tanyanya.

"Subhanallah....!", jawabku kaget. "Dari mana datangnya?"

"Tadi ada pria datang dari Khurasan. Dia bertanya tanya tentang ayahmu atau siapapun yang punya hubungan kerabat dengannya. Dia membawa berduyun-duyun angkutan barang penuh berisi harta", ujarnya.
"Terus?", tanyaku keheranan.
"Dia itu dahulu saudagar kaya di Bashroh ini. Kawan ayahmu. Dulu ayahmu pernah menitipkan kepadanya harta yang telah ia kumpulkan selama 30 tahun. Lantas dia rugi besar dan bangkrut. Semua hartanya musnah, termasuk harta ayahmu.

Lalu dia lari meninggalkan kota ini menuju Khurasan. Di sana, kondisi ekonominya berangsur-angsur membaik. Bisnisnya melajit sukses. Kesulitan hidupnya perlahan lahan pergi, berganti dengan limpahan kekayaan.

Lantas dia kembali ke kota ini, ingin meminta maaf dan memohon keikhlasan ayahmu atau keluarganya atas kesalahannya yang lalu.

Maka sekarang, dia datang membawa seluruh harta hasil keuntungan niaganya yang telah dia kumpulkan selama 30 tahun berbisnis. Dia ingin berikan semuanya kepadamu, berharap ayahmu dan keluarganya berkenan memaafkannya."

Mengisahkan awal episode baru hidupnya, Ahmad bin Miskin berujar :

"Kalimat puji dan syukur kepada-Nya berdesakan meluncur dari lisanku. Sebagai bentuk syukurku, segera kucari wanita faqir dan anaknya tadi. Aku menyantuni dan menanggung biaya hidup mereka seumur hidup.

Aku pun terjun di dunia bisnis seraya menyibukkan diri dengan kegiatan sosial, sedekah, santunan dan berbagai bentuk amal salih. Adapun hartaku, dia terus bertambah ruah tanpa berkurang.

Tanpa sadar, aku merasa takjub dengan amal salihku. Aku merasa, telah mengukir lembaran catatan malaikat dengan hiasan amal kebaikan. Ada semacam harapan pasti dalam diri, bahwa namaku mungkin telah tertulis di sisi Allah dalam daftar orang orang shalih.

●●●
Suatu malam, aku tidur dan bermimpi.
Aku lihat, diriku tengah berhadapan dengan hari kiamat.
Aku juga lihat, manusia bagaikan ombak, bertumpuk dan berbenturan satu sama lain.

Aku juga lihat, badan mereka membesar. Dosa dosa pada hari itu berwujud dan berupa, dan setiap orang memanggul dosa dosa itu masing-masing di punggungnya.

Bahkan aku melihat, ada seorang pendosa yang memanggul di punggungnya beban besar seukuran KOTA (kota tempat tinggal, pent), isinya hanyalah dosa-dosa dan hal hal yang menghinakan.

Kemudian, timbangan amal pun ditegakkan, dan tiba giliranku untuk perhitungan amal.

Seluruh amal burukku ditaruh di salah satu daun timbangan, sedangkan amal baikku di daun timbangan yang lain. Ternyata, amal burukku jauh lebih berat daripada amal baikku.

Tapi ternyata, perhitungan belum selesai. Mereka mulai menaruh satu persatu berbagai jenis amal baik yang pernah kulakukan.

Namun alangkah ruginya, ternyata dibalik semua amal itu terdapat NAFSU TERSEMBUNYI. Nafsu tersembunyi itu adalah riya, ingin dipuji, merasa bangga dengan amal shalih. Semua itu membuat amalku tak berharga. Lebih buruk lagi, ternyata tidak ada satupun amalku yang lepas dari nafsu nafsu itu.

Aku putus asa.
Aku yakin aku akan binasa.
Aku tidak punya alasan lagi untuk selamat dari siksa neraka.

Tiba-tiba, aku mendengar suara, "masihkah orang ini punya amal baik?"

"Masih", jawab seseorang. "Masih tersisa ini."

Aku pun penasaran, amal baik apa gerangan yang masih tersisa?
Aku berusaha melihatnya. Ternyata, itu HANYALAH dua lembar roti isi manisan yang pernah kusedekahkan kepada wanita fakir dan anaknya.

Habis sudah harapanku.
Sekarang aku benar benar yakin akan binasa sejadi jadinya.

Bagaimana mungkin dua lembar roti ini menyelamatkanku, sedangkan dulu aku pernah bersedekah 100 dinar sekali sedekah (100 dinar = +/- 425 gram emas), dan itu tidak berguna sedikit pun. Aku merasa benar benar tertipu habis habisan.

Segera 2 lembar roti itu ditaruh di timbanganku. Tak kusangka, ternyata timbangan kebaikanku bergerak turun sedikit demi sedikit, dan terus bergerak turun sampai sampai lebih berat sedikit dibandingkan timbangan kejelekan.

Tak sampai disitu, tenyata masih ada lagi amal baikku. Yaitu berupa air mata wanita faqir itu yang mengalir saat aku berikan sedekah. Air mata tak terbendung yang mengalir kala terenyuh akan kebaikanku. Aku, yang kala itu lebih mementingkan dia dan anaknya dibanding keluargaku.

Sungguh tak terbayang, saat air mata itu ditaruh, ternyata timbangan baikku semakin turun dan terus turun. Hingga akhirnya aku mendengar seseorang berkata, "Orang ini telah selamat."
●●●

Adakah terselip dlm hati kita hawa nafsu ingin dilihat hebat oleh org lain pada amal-amal perbuatan kita?

Buang sekarang keinginan itu.. biarkan hanya untuk Allah saja. Karena segala sesuatu yang selain karena-Nya hanya tipuan kosong belaka.

Astaghfirullah....

Rabu, 14 Januari 2015

Pemimpin yang Mendengarkan

Seorang Arab Badui datang menghadap panglima Qutaibah ibnul Muslim, penakluk wilayah As-Sind (India).

Badui itu datang untuk meminta kebutuhannya seraya menancapkan pedang di depannya. Ujung pedangnya melukai salah satu kaki Qutaibah, sementara si Badui tidak menyadarinya.

Si Badui itu terus saja berbicara hingga selesai, sementara Qutaibah menahan rasa sakit dengan kaki yang bercucuran darah.

Qutaibah ditanya seseorang, “Mengapa engkau tidak mengingatkan orang (Badui) itu?”

Qutaibah menjawab, “Saya tidak ingin memotong pembicaraannya. Saya khawatir ia menjadi takut sehingga ia tidak jadi menyampaikan hajatnya kepada kami.”

Sebuah pemahaman yang mendalam dan rasa tanggung jawab yang besar ditunjukkan oleh panglima yang mulia ini. Beliau bukan hanya seorang panglima tapi beliau juga seorang pendidik.

Lihatlah bagaimana beliau menghadapi kondisi seperti itu.  Lihatlah alasan beliau tidak menyingkirkan pedang si Badui itu.

Beliau khawatir orang itu akan merasa takut atau malu dengan tingkahnya yang menyebabkan dia tidak bisa mengatakan hajatnya secara sempurna.

Beliau tidak menganggap perbuatan itu sebagai sikap tidak menghargainya sebagai sosok panglima.

Beliau menahan rasa sakit karena ingin menahan rasa takut rakyatnya terhadap dirinya. Beliau menyimak ucapan rakyatnya sambil menahan rasa sakit.

Bandingkan dengan para pemimpin kita yang sangat susah dijumpai oleh rakyatnya. Jika bertemu pun dia meninggalkan rakyatnya dengan janji-janji dan harapan kosong.

Inilah keteladanan dari seorang panglima yang beriman yang merupakan alumnus dari tarbiyah imaniyah yang agung ..

Ustadz Ibnu Hasan Ath Thabari

Siapakah yang TERORIS itu?

أعجبني رد عالم الالماني المسلم عندما سئل عن الارهاب والاسلام:
قال:
من بدأ الحرب العالمية الأولى؟
ليسوا مسلمين؟

من بدأ الحرب العالمية الثانية؟
ليسوا مسلمين!

من قتل حوالي ٢٠ مليون من السكان الأصليين الاستراليين؟
ليسوا مسلمين!

من أطلق القنابل النووية في هيروشيما و ناغازاكي؟
ليسوا مسلمين!

من قتل أكثر من ١٠٠ مليون هندي أحمر في أمريكا الشمالية؟
ليسوا مسلمين!

من قتل أكثر من ٥٠ مليون هندي أحمر في أمريكا الجنوبية؟
ليسوا مسلمين!

من استعبد أكثر من ١٨٠ مليون أفريقي ورمى ٨٨٪ ممن قتلوا في المحيط الأطلسي؟
ليسوا مسلمين!

لا ليسوا مسلمين!

أولاً يجب عليك تعريف مصطلح الارهاب!

اذا قام غير المسلمين بعمل فهو جريمة .. أما اذا قام المسلمين بنفس العمل فهو ارهاب!

لذا يجب علينا أن نحدد مبادئنا ثم نناقش هذا الموضوع!

أنا فخور بأنني مسلم .. ألست كذلك أيضاً!

انشرها ولا تدعها تقف عندك.

Telah membuatku takjub jawaban seoarang ilmuwan muslim Jerman tatkala ditanya mengenai teorisme dan Islam.

Ia berkata, "Siapakah yang memulai perang dunia pertama?
Bukan kaum muslimin.

Siapa yang memulai peerang dunia kedua? Bukan kaum muslimin.

Siapa yang membunuh sekitar dua puluh juta penduduk asli Australia? Bukan kaum muslimin.

Siapa yang menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki? Bukan kaum muslimin.

Siapa yang membunuh lebih dari  seratus juta Indian kulit merah di Amerika utara ? Bukan kaum muslimin.

Siapa yang membunuh lebih dari lima puluh juta Indian kulit merah di Amerika selatan?. Bukan kaum muslimin.

Siapa yang memperbudak lebih dari seratus delapan puluh juta orang Afrika yang dilemparkan 88%  dari korban pembunuhan ke samudra Atlantik?. Bukan kaum muslimin!!!. Bukan kaum muslimin!!!.

... Yang pertama yang mesti engkau ketahui definisi terorisme!

Apabila non muslim melakukukan sebuah tindakan operasi (bersejata) maka akan dikatakan sebagai tindakan  kriminal. Adapun jika yang melakukan tindakan serupa adalah  kaum muslimin maka yang demikian itulah yang dinamakan terorisme.

Oleh karenanya mestilah kita menjelaskan batasan batasan ideologi kita, kemudian kita diskusikan tema ini. Saya bangga sebagai muslim, bukankah demikian juga halnya dengan anda?

Sebarkan, jangan engkau membiarkannya berhenti di hadapanmu.
                                                                                             Diterjemahkan oleh: Emil abu Rasyid Lc.

Selasa, 13 Januari 2015

Qaulan Sadida untuk anak kita

Remaja.
Pernah saya menelusur, adakah kata itu dalam peristilahan agama kita?

Ternyata jawabnya tidak. Kita selama ini menggunakan istilah ‘remaja’ untuk menandai suatu masa dalam perkembangan manusia. Di sana terjadi guncangan, pencarian jatidiri, dan peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa. Terhadap masa-masa itu, orang memberi permakluman atas berbagai perilaku sang remaja. Kata kita, “Wajar lah masih remaja!”

Jika tak berkait dengan taklif agama, mungkin permakluman itu tak jadi perkara. Masalahnya, bukankah ‘aqil dan baligh menandai batas sempurna antara seorang anak yang belum ditulis ‘amal dosanya dengan orang dewasa yang punya tanggungjawab terhadap perintah dan larangan, juga wajib, mubah, dan haram? Batas itu tidak memberi waktu peralihan, apalagi berlama-lama dengan manisnya istilah remaja. Begitu penanda baligh muncul, maka dia bertanggungjawab penuh atas segala perbuatannya; ‘amal shalihnya berpahala, ‘amal salahnya berdosa.

Isma’il ‘alaihissalaam, adalah sebuah gambaran bagi kita tentang sosok generasi pelanjut yang berbakti, shalih, taat kepada Allah dan memenuhi tanggungjawab penuh sebagai seorang yang dewasa sejak balighnya. Masa remaja dalam artian terguncang, mencoba itu-ini mencari jati diri, dan masa peralihan yang perlu banyak permakluman tak pernah dialaminya. Ia teguh, kokoh, dan terbentuk karakternya sejak mula.

Mengapa? Agaknya Allah telah bukakan rahasia itu dalam firmanNya:

Dan hendaklah takut orang-orang yang meninggalkan keturunan di belakang mereka dalam keadaan lemah yang senantiasa mereka khawatiri. Maka dari itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengatakan perkataan yang lurus benar.
(QS.An Nisaa’ 9)

Ya. Salah satu pinta yang sering diulang Ibrahim dalam doa-doanya adalah mohon agar diberi lisan yang shidiq. Dan lisan shidiq itulah yang agaknya ia pergunakan juga untuk membesarkan putera-puteranya sehingga mereka menjadi anak-anak yang tangguh, kokoh jiwanya, mulia wataknya, dan mampu melakukan hal-hal besar bagi ummat dan agama.

Nah, mari sejenak kita renungkan tiap kata yang keluar dari lisan dan didengar oleh anak-anak kita. Sudahkah ia memenuhi syarat sebagai qaulan sadiidaa, kata-kata yang lurus benar, sebagaimana diamanatkan oleh ayat kesembilan Surat An Nisaa’? Ataukah selama ini dalam membesarkan mereka kita hanya berprinsip “asal tidak menangis”. Padahal baik agama, ilmu jiwa, juga ilmu perilaku menegaskan bahwa menangis itu penting.

Kali ini, izinkan saya secara acak memungut contoh misal pola asuh yang perlu kita tata ulang redaksionalnya. Misalnya ketika anak tak mau ditinggal pergi ayah atau ibunya, padahal si orangtua harus menghadiri acara yang tidak memungkinkan untuk mengajak sang putera. Jika kitalah sang orangtua, apa yang kita lakukan untuk membuat rencana keberangkatan kita berhasil tanpa menyakiti dan mengecewakan buah hati kita?

Saya melihat, kebanyakan kita terjebak prinsip “asal tidak menangis” tadi dalam hal ini. Kita menyangka tidak menangis berarti buah hati kita “tidak apa-apa”, “tidak keberatan”, dan “nanti juga lupa.” Betulkah demikian? Agar anak tak menangis saat ditinggal pergi, biasanya anak diselimur, dilenabuaikan oleh pembantu, nenek, atau bibinya dengan diajak melihat –umpamanya- ayam, “Yuk, kita lihat ayam yuk.. Tu ayamnya lagi mau makan tu!” Ya, anak pun tertarik, ikut menonton sang ayam. Lalu diam-diam kita pergi meninggalkannya.

Si kecil memang tidak menangis. Dia diam dan seolah suka-suka saja. Tapi di dalam jiwanya, ia telah menyimpan sebuah pelajaran, “Ooh.. Aku ditipu. Dikhianati. Aku ingin ikut Ibu tapi malah disuruh lihat ayam, agar bisa ditinggal pergi diam-diam. Kalau begitu, menipu dan mengkhianati itu tidak apa-apa. Nanti kalau sudah besar aku yang akan melakukannya!”

Betapa, meskipun dia menangis, alangkah lebih baiknya kita berpamitan baik-baik padanya. Kita bisa mencium keningnya penuh kasih, mendoakan keberkahan di telinganya, dan berjanji akan segera pulang setelah urusan selesai insyaallah. Meski menangis, anak kita akan belajar bahwa kita pamit baik-baik, mendoakannya , tetap menyayanginya, dan akan segera pulang untuknya. Meski menangis, dia telah mendengar qaulan sadiida, dan kelak semoga ini menjadi pilar kekokohan akhlaqnya.

Di waktu lain, anak yang kita sayangi ini terjatuh. Apa yang kita katakan padanya saat jatuhnya? Ada beberapa alternatif. Kita bisa saja mengatakan, “Tuh kan, sudah dibilangin jangan lari-lari! Jatuh bener kan?!” Apa manfaatnya? Membuat kita sebagai orangtua merasa tercuci tangan dari salah dan alpa.  sang anak akan tumbuh sebagai pribadi yang selalu menyalahkan dirinya sepanjang hidupnya.

Atau bisa saja kita katakan, “Aduh, batunya nakal yah! Iih, batunya jahat deh, bikin adek jatuh ya Sayang?” Dan bisa saja anak kita kelak tumbuh sebagai orang yang pandai menyusun alasan kegagalan dengan mempersalahkan pihak lain. Di kelas sepuluh SMA, saat kita tanya, “Mengapa nilai Matematikamu cuma 6 Mas?” Dia tangkas menjawab, “Habis gurunya killer sih Ma. Lagian, kalau ngajar nggak jelas gitu.”

Atau bisa saja kita katakan, “Sini Sayang! Nggak apa-apa! Nggak sakit kok! Duh, anak Mama nggak usah nangis! Nggak apa-apa! Tu, cuma kayak gitu, nggak sakit kan?” Sebenarnya maksudnya mungkin bagus: agar anak jadi tangguh, tidak cengeng. Tapi sadarkah bahwa bisa saja anak kita sebenarnya merasakan sakit yang luar biasa? Dan kata-kata kita, telah membuatnya mengambil pelajaran; jika melihat penderitaan, katakan saja “Ah, cuma kayak gitu! Belum seberapa! Nggak apa-apa!” Celakanya, bagaimana jika kalimat ini kelak dia arahkan pada kita, orangtunya, di saat umur kita sudah uzur dan kita sakit-sakitan? “Nggak apa-apa Bu, cuma kayak gitu. Jangan nangis ah, sudah tua, malu kan?” Akankah kita ‘kutuk’ dia sebagai anak durhaka, padahal dia hanya meneladani kita yang dulu mendurhakainya saat kecil?

Ah.. Qaulan sadiida. Ternyata tak mudah. Seperti saat kita mengatakan untuk menyemangati anak-anak kita, “Anak shalih masuk surga.. Anak nakal masuk neraka..” Betulkah? Ada dalilnya kah? Padahal semua anak jika tertakdir meninggal pasti akan menjadi penghuni surga. Juga kata-kata kita saat tak menyukai keusilan –baca; kreativitas-nya semisal bermain dengan gelas dan piring yang mudah pecah. Kita kadang mengucapkan, “Hayo.. Allah nggak suka lho Nak! Allah nggak suka!”

Sejujurnya, siapa yang tak menyukainya? Allah kah? Atau kita, karena diri ini tak ingin repot saja. Alangkah lancang kita mengatasnamakan Allah! Dan alangkah lancang kita mengenalkan pada anak kita satu sifat yang tak sepantasnya untuk Allah yakni, “Yang Maha Tidak Suka!” Karena dengan kalimat kita itu, dia merasa, Allah ini kok sedikit-sedikit tidak suka, ini nggak boleh, itu nggak benar.

Alangkah agungnya qaulan sadiida. Dengan qaulan sadiida, sedikit perbedaan bisa membuat segalanya jauh lebih cerah. Inilah kisah tentang dua anak penyuka minum susu. Anak yang satu, sering dibangunkan dari tidur malas-malasannya oleh sang ibu dengan kalimat, “Nak, cepat bangun! Nanti kalau bangun Ibu bikinkan susu deh!” Saat si anak bangun dan mengucek matanya, dia berteriak, “Mana susunya!” Dari kejauhan terdengar adukan sendok pada gelas. “Iya. Sabar sebentaar!” Dan sang ibupun tergopoh-gopoh membawakan segelas susu untuk si anak yang cemberut berat.

Sementara ibu dari anak yang satunya lagi mengambil urutan kerja berbeda. Sang ibu mengatakan begini, “Nak, bangun Nak. Di meja belajar sudah Ibu siapkan susu untukmu!” Si anakpun bangun, tersenyum, dan mengucap terimakasih pada sang ibu.

Ibu pertama dan kedua sama capeknya; sama-sama harus membuat susu, sama-sama harus berjuang membangunkan sang putera. Tapi anak yang awal tumbuh sebagai si suka pamrih yang digerakkan dengan janji, dan takkan tergerak oleh hal yang jika dihitung-hitung tak bermanfaat nyata baginya. Anak kedua tumbuh menjadi sosok ikhlas penuh etos. Dia belajar pada ibunya yang tulus; tak suka berjanji, tapi selalu sudah menyediakan segelas susu ketika membangunkannya.

Ya Allah, kami tahu, rumahtangga Islami adalah langkah kedua dan pilar utama dari da’wah yang kami citakan untuk mengubah wajah bumi. Ya Allah maka jangan Kau biarkan kami tertipu oleh kekerdilan jiwa kami, hingga menganggap kecil urusan ini. Ya Allah maka bukakanlah kemudahan bagi kami untuk menata da’wah ini dari pribadi kami, keluarga kami, masyarakat kami, negeri kami, hingga kami menjadi guru semesta sejati.

Ya Allah, karuniakan pada kami lisan yang shidiq, seperti lisan Ibrahim. Karuniakan pada kami anak-anak shalih yang kokoh imannya dan mulia akhlaqnya, seperti Isma’il. Meski kami jauh dari mereka, tapi izinkan kami belajar untuk mengucapkan qaulan sadiida, huruf demi huruf, kata demi kata. Aamiin. Sepenuh cinta.

[sumber: salimfillah.com]

MEWASPADAI VIRUS TAMAYYU'


Interaksi sosial adalah keniscayaan dalam berdakwah. Menjadi tuntutan bagi para da’i untuk terjun di tengah-tengah masyarakat, melakukan kontak dan komunikasi dengan sebanyak mungkin manusia. Melalui interaksi sosial tersebut diharapkan akan banyak individu atau masyarakat yang merasa tertarik dan mau melaksanakan nilai-nilai yang diajarkan oleh para da’i, sehingga sikap, tindakan, dan tingkah laku individu dan masyarakat tersebut terwarnai oleh nilai-nilai ajaran Islam.

Ada satu hal yang harus diwaspadai oleh para da’i dalam melakukan interaksi sosial, terlebih lagi jika kontak dan komunikasi sosial tersebut dilakukan dalam lingkungan masyarakat yang memiliki karakter, budaya, nilai, ideologi, dan agama yang berbeda, bahkan bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang mereka perjuangkan.

Dalam kondisi seperti itu para da’i harus berhati-hati dan menjaga diri dari serangan virus tamayyu’ (pencairan), yakni kondisi dimana seorang da’i malah terpengaruh oleh gaya, pemikiran, kebiasaan, budaya, ideologi yang dimiliki oleh individu atau masyarakat yang didakwahinya; lalu secara lambat laun mulai meninggalkan idealisme yang dianutnya. Naudzubillahi min dzalik…

Tamayyu’ Khuluqi

Tamayyu’ yang pertama kali muncul biasanya adalah tamayyu khuluqi, pencairan akhlak. Ditandai dengan munculnya sikap tasahul (menggampangkan/ menyepelekan suatu pelanggaran). Dimulai dari hal-hal yang sederhana,
misalnya:

1. Melakukan isyraf (berlebih- lebihan) dalam makan dan minum.
2. Berlebih-lebihan dalam gaya berpakaian.
3. Menyepelekan rambu-rambu hijab.
4. Berlebih-lebihan dalam menikmati musik, nyanyian,
dan tontonan.
5. Longgar atau tidak berhati-hati dalam mu’amalah maaliyah
6. Terlalu banyak tertawa dan bergurau.

Sampai akhirnya munculah sikap ibahiyah (permissive/segala hal boleh) tanpa sungguh-sungguh memperhatikan rambu-rambu syariat.

Tamayyu’ ‘Ubudiyyah

Jika tamayyu’ khuluqi tersebut tidak segera diobati, maka yang akan terjadi selanjutnya adalah tamayyu’ ‘ubudiyyah, pencairan amal ibadah. Ditandai dengan menyepelekan amalan-amalan sunnah atau bahkan amalan-amalan wajib. Misalnya:

1. Malas qiyamu lail.
2. Meremehkan shalat-shalat sunnah rawatib.
3. Semakin jarang shalat berjama’ah di masjid.
4. Sering melaksanakan shalat wajib tidak tepat waktu.
5. Sering terlambat melaksanakan shalat shubuh.
6. Malas melakukan shaum- shaum sunnah
7. Sedikit menyebut nama Allah/ wirid dan dzikir.
8. Sedikit membaca al-Qur’an.

Tamayyu’ Fikriyyah

Berikutnya dari tamayyu’ ‘ubudiyah akan merembet
kepada tamayyu’ fikriyyah, pencairan ideologi. Diantaranya ditandai dengan hilangnya ciri khas fikrah Islami dari seorang da’i.

Bahkan pemahamannya terhadap fikrah islami tersebut semakin lemah dan luntur. Warna pemikirannya menjadi tidak jelas, apakah ia seorang abnaul harakah islamiyah, ataukah seorang liberalis, sosialis, atau nasionalis? Dari pembicaraannya tidak dapat diketahui lagi apakah ia meyakiniIslam sebagai satu-satunya jawaban yang benar dan bersih terhadap persoalan manusia, ataukah menurutnya ada jawaban yang lain? Tidak jelas apakah ia meyakini Islam sebagai sistem yang sempurna dan lengkap ataukah tidak?

Tamayyu’ Aqidiyah

Tamayyu’ yang terparah adalah tamayyu’ aqidiyah, pencairan aqidah. Sebuah kondisi dimana seseorang sudah benar-benar jauh menyimpang, karena tidak lagi memahami Islam sebagai satu- satunya kebenaran yang mesti dianut seluruh manusia. Padahal Allah Ta’ala berfirman,
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam…” (Q.S. Ali Imran: 19)
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang orang yang rugi.” (Q.S. Ali Imran: 85)

Virus tamayyu’ ini dapat dihindari jika para da’i memiliki imunitas dan senantiasa meningkatkan kualitas dirinya.

laa haula wala quwwata illa bi-Llaah…

Dari ust Hilman Rosyad Shihab, Lc

Jumat, 09 Januari 2015

Ketika dua jiwa menyatu

A Journey of Two Becoming One ::

Istri adalah :
1. Orang yang akan mendampingimu seumur hidup.
2. Orang yang akan melahirkan anak-anakmu, walau dengan penuh rasa sakit.
3. Orang yang merawatmu sampai tua.
4. Orang yang akan merawatmu pada saat kau sakit.
5. Orang yang akan selalu mendukung walau kau gagal berpuluh bahkan beratus-ratus kali.
6. Orang yang memberikan hidupnya untukmu.Bahkan ia membuang egonya demi bersamamu.Bahkan saat kau menyakitinya, ia tetap berada di sampingmu..

Sedangkan suami adalah:

1. Orang yang akan menjagamu seumur hidupmu.
2. Orang yang berkorban untukmu.
3. Orang yang menafkahimu.
4. Orang yang merawatmu pada saat kau sakit.
5. Orang yang memelukmu pada saat kau sedih.
6. Orang yang ingin membuatmu bahagia.

Mereka sama berharganya,
hanya saja mereka mempunyai perbedaan-perbedaan yang kadang membuat mereka menyakiti satu sama lain, dan itu hanya dapat diatasi dengan pengertian dari kedua belah pihak.

Hidup itu singkat.
Terlalu singkat untuk berbagi pertengkaran.

Mengapa tidak kita bahagiakan saja pasangan kita,
dan mengisi hari-hari kita dengan penuh cinta,
dan membuat pasangan kita tersenyum lebih lebar tiap harinya?

Bukankah itu lebih baik dan bahagia dibanding saling menyakiti?
Walaupun banyak hal, dimana kenyataannya tak mudah utk dilalui,
bahkan terkadang enggan untuk melaluinya.

Kamis, 08 Januari 2015

Empat Masalah dan Solusinya

" Empat Masalah dan Solusinya"
أربعة مشاكل وأربعة حلول

1- Jika anda diuji dengan syahwat dan hawa nafsu,
periksalah sholat anda

"Maka datang sesudah mereka suatu keturunan yang mereka telah melalaikan sholat dan memperturutkan syahwat hawa nafsunya" (QS. Maryam: 59)
إذا ابتُليت بالشهوات فراجع حفاظك على الصلوات
{فَخَلَفَ مِن بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ}

2- Jika anda merasa keras hati, berperangai akhlak buruk, sial sengsara dan tidak ada kemudahan,
Periksalah hubunganmu dengan ibumu dan baktimu kepadanya

"Dan (Dia jadikan aku) berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka" (QS. Maryam: 32)
إذا أحسست بالقسوة وسوء الخلق والشقاء وعدم التوفيق
فراجع علاقتك وبرك بأمك
{وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا}

3- Jika anda merasa depresi, tertekan dan kesempitan dalam hidup,
Periksalah interaksimu dengan Al-Qur'an

"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku (Al-Qur'an- berdzikir), maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit" (QS. Thaha: 124)
إذا شعرت بالإكتئاب والضيق والضنك في العيش
فراجع علاقتك بالقرآن
{وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا}

4- Jika anda merasa kurang tegar dan teguh di atas kebenaran dan gangguan kegelisahan,
Maka periksalah bagaimana pelaksanaanmu terhadap nasehat dan mauidzah yang engkau dengar

"Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan (iman mereka)” (QS. Annisa: 66)
إذا أحسست بعدم الثبات على الحق والإضطراب
فراجع تنفيذك وفعلك لما تسمعه من المواعظ
{وَلَوْ أَنَّهُمْ فَعَلُواْ مَا يُوعَظُونَ بِهِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُمْ وَأَشَدَّ تَثْبِيتاً }

copas edit dari sini:
https://www.facebook.com/sudais.shuraim.fans/posts/781911628563483

Pikiran Negatif dan Kesehatan

PIKIRAN NEGATIF TERNYATA TDK BAIK BAGI KESEHATAN.

1. MARAH selama 5 menit akan menyebabkan sistem imun tubuh kita mengalami depresi selama 6 jam.

2. DENDAM & MENYIMPAN KEPAHITAN akan menyebabkan imun tubuh kita mati.. Dari situlah bermula segala penyakit, spt STRESS, KOLESTEROL, HIPERTENSI, SERANGAN JANTUNG, RHEMATIK, ARTHRITIS, STROKE (perdarahan / penyumbatan pembuluh darah).

3. Jika kita sering membiarkan diri kita STRESS, maka kita sering mengalami GANGGUAN PENCERNAAN..

4. Jika kita sering merasa KHAWATIR, maka kita mudah terkena penyakit NYERI PUNGGUNG.

5. Jika kita MUDAH TERSINGGUNG, maka kita akan cenderung terkena penyakit INSOMNIA (susah tidur).

6. Jika kita sering mengalami KEBINGUNGAN, maka. kita akan terkena GANGGUAN TULANG BELAKANG BAGIAN BAWAH.

7. Jika kita sering membiarkan diri kita merasa TAKUT yg BERLEBIHAN, maka kita akan mudah terkena penyakit GINJAL.

8. Jika kita suka ber-NEGATIVE THINKING, maka kita akan mudah terkena DYSPEPSIA (penyakit sulit mencerna).

9. Jika kita mudah EMOSI & cenderung PEMARAH, maka kita bisa rentan terhadap penyakit HEPATITIS.

10. Jika kita sering merasa APATIS (tdk pernah peduli) terhadap lingkungan, maka kita akan berpotensi mengalami PENURUNAN KEKEBALAN TUBUH.

11. Jika kita sering MENGANGGAP SEPELE semua persoalan, maka hal ini bisa mengakibatkan penyakit DIABETES..

12. Jika kita sering merasa KESEPIAN, maka kita bisa terkena penyakit DEMENSIA SENELIS (berkurangnya memori dan kontrol fungsi tubuh).

13. Jika kita sering BERSEDIH & merasa selalu RENDAH DIRI, maka kita bisa terkena penyakit LEUKEMIA (kanker darah putih)

Sumber : Buku “The Healing & Discovering the Power of the Water”. by : Dr. Masaru Emoto
www.therapycenterkita.com

Kamis, 01 Januari 2015

Jangan Tertipu Diri Sendiri

Betapa banyak manusia yang tertipu dirinya sendiri... MERASA mulia, MERASA lebih baik, MERASA sholeh, tapi Faktanya tidak demikian...
Seringkali 'NGAKU-NGAKU', tapi sejatinya ga ada yg mengakui.
Bermodalkan kata2 indah di sosmed, tapi amalannya ternyata NIHIL. Jarang ke mesjid, jarang baca Quran, apalagi sampe punya hafalan.. sedikit berdzikir... shoum sunah dan qiyamul lail pun sangat jarang.
Senang menebar dusta dan fitnah...jika mendapati kesalahan org, dengan cepat ia menyebarluaskannya, ga pernah tabayun...
Merasa dirinya hebat...senangnya berdebat.... merasa paling tau semua...merasa sdh pasti mjd ahli surga....

Sungguh tepat jika Allah berfirman dalam surat al Kahfibayat 103-104 :

قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا

Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?"

الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا

Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.

Mari berlindung kpd Allah dari hal2 yg membuat kita (merasa) besar di mata manusia, tp kosong di mata Allah.
--

Cinere, 1 januari 2015