Selasa, 28 Oktober 2014

Tentang PERNIKAHAN

Pernikahan bukan sekadar tentang CINTA, Tapi yang paling utama adalah tentang KOMITMEN.
Komitmen kepada janji2..
Komitmen kepada tugas dan peran...
Komitmen utk terus mencintai...
Komitmen utk selalu membersamai...
Komitmen utk selalu memahami....

Ya Allah, cukupkanlah permohonan kami dengan ridho-Mu 
Jadikanlah kami Suami & Istri yang saling mencintai di kala dekat, Saling menjaga kehormatan dikala jauh, Saling menghibur dikala duka, Saling mengingatkan dikala bahagia, Saling mendoakan dalam kebaikan dan ketaqwaan, Serta saling menyempurnakan dalam peribadatan...,

Genap 20 th bersama Lusi Ummu Hanina
Semoga kan selalu bersama dalam cintaNYA
Disini dan kelak disana...

28 okt 1994 - 28 okt 2014

Senin, 27 Oktober 2014

Syarat Diterimanya Amal

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Suatu perbuatan dan ucapan tidak disebut amal sholeh kecuali memenuhi dua syarat:

1. Ikhlas: dlm melaksanakan perbuatan & ucapan itu motivasinya murni hanya ingin menaati Allah.

2. Benar: perbuatan dan ucapan itu sesuai dengan tuntunan Allah dan RosulNya.

Saudaraku, berapa banyak orang yg melakukan perbuatan tertentu & mengucapkan ucapan tertentu yg dia anggap sebagai amal sholeh namun tidak memperhatikan dua syarat ini. Mereka hanya sibuk memperbanyak ucapan dan perbuatan serta merasa cukup dengannya, tanpa mau peduli apakah amal sholeh yg dilakukan diterima oleh Allah atau tidak. Na'udzubillah min dzalik! Mudah-mudahan kita tidak termasuk diantaranya.

Ketahuilah saudaraku bahwa tentang dua syarat diterimanya amal sholeh ini, Ibnul Qoyyim menjelaskan: “Perbuatan hati (diantaranya adalah niat yg ikhlas, pent) adalah pondasi sedang perbuatan anggota badan adalah pengiring & penyempurna. Kedudukan niat itu seperti ruh dan perbuatan adalah jasad yg ketika ruh meninggalkan badan maka akan mati. Karena itu mengetahui hukum-hukum yg berkaitan dengan hati lebih penting daripada mengetahui hukum-hukum yg berkaitan dengan anggota badan.” (Bada'i Al-Fawaid 3/224)

Saudaraku, sudahkah kita sibuk mengoreksi amal-amal sholeh kita masing-masing? Sudahkah memenuhi syarat-syarat diterimanya?

بارك الله فيكم

Kamis, 23 Oktober 2014

Ketika dia Datang

Saat tertidur lelap
Tiba-tiba raga terbangun
Sosok bayangan menjulang
Dan kini berdiri tegap
Aku bertanya..siapakah dirimu?
Dan seketika aku tahu
Dialah pemutus segala kenikmatan

Keringatku mengucur deras
Tenggorokanku tercekat
Berteriakpun aku tak mampu
Sedang yang kulihat sosok begitu garangnya

Ooh..pergilah..pergilah..
Aku belum siap..aku belum ingin mati
Keluargaku masih membutuhkanku
Dan aku masih belum berbuat banyak untuk akhiratku
Berikan lagi aku kesempatan

Maka sang malaikat itupun berkata
Mengapa kau terkejut wahai manusia
Bukankah jika ada hidup tentu ada mati ?
Bukankah Tuhanmu telah mengingatkanmu lewat kitabNya?

Ooh Izroil...
Aku sering lupa menyebut namaNya
Aku sering melanggar laranganNya
Sedang perintahNya pun aku suka lalai

Sang malaikatpun berkata
Kau diberi banyak karunia oleh Tuhanmu
Sedang kau mengingkarinya
Kau diberi waktu bertaubat
Namun kau tak kunjung mendekat
Sekarang kau minta lagi waktu ditangguhkan?

Aku tahu tak ada guna berdebat
Sudah habis masaku untuk meminta ampun
Sudah habis masaku untuk beramal sholeh
Sang malaikatpun memperlihatkan tempatku kelak...

Aku menangis pilu
Dengan sakit tak terperi
Bagai jutaan pedang menusukku
Aku tinggalkan ragaku
Aku pergi dalam keadaan menyesal dan merugi

Tiba-tiba ada sedikit harapanku
Aku ingat sahabat-sahabat sholihku
Maukah kelak mereka mencariku ?
Maukah kelak mereka menanyakanku pada Sang Rahman 
Ada dimana aku berada ?

Biro Tausiyah Rutin ODOJ
tausiyahrutin14@gmail.com

Judul asli : Detik Kematian, oleh Ummu Humaira

Kamis, 16 Oktober 2014

Membentuk Generasi Qurani dengan Market Day





Alhamdulillah, hari ini, kamis 16 Oktober 2014 kegiatan market day kembali digelar oleh keluarga besar komunitas  Sekolah Alam Indonesia. Sebagaimana kegiatan lainnya yg selalu ramai, acara market day hari ini pun cukup ramai. Terlihat cerianya anak-anak bersemangat menawarkan dagangannya kepada pengunjung yang hadir, tanpa ada perasaan minder ataupun malu-malu.
Tapi.... tulisan ini bukanlah pengen menceritakan gelaran market day pagi tadi. Saya mencoba melihat 'sisi lain' dari acara market day tersebut.

Sebagaimana namanya, market day (hari pasaran),  secara sederhana bisa kita maknai  "jualan di sekolah..".
Meski acaranya cuma sehari...eh, setengah hari ding.... malah hanya sekitar  3 jam...
Bukan soal waktu yang akan dibahas disini. Tapi soal kegiatan jualan itu sendiri. Di acara market day siswa dilatih untuk jualan, mulai dari menyiapkan segala sesuatunya, hingga  menawarkan apa yang bisa mereka jual kepada komunitas yang hadir. Singkatnya, dengan market day, anak-anak dilatih untuk menjadi seorang penjual. Atau minimal memiliki jiwa penjual.
Menjadi penjual ? Sekolah kok malah disuruh menjadi penjual ?
ya....  menjadi penjual.
Terus, ada apa dengan penjual ?

Ketika kita ditanya, mana yang kita pilih : menjadi pembeli atau penjual, kira-kira apa jawaban kita ?
kalau kita memiliki wawasan qurani, maka pasti kita akan memilih menjadi penjual, karena al quran menegaskan bahwa posisi kita  ---selaku hambaNYA yg  beriman-- adalah sebagai penjual, dan Allah_lah sang pembelinya...
So... tepat sekali jika anak-anak kita didik untuk memiliki jiwa dan semangat seorang penjual,  bukan pembeli.

Pastinya ada perbedaan antara penjual dan pembeli.
Diantara perbedaan mendasar antara seorang penjual dengan pembeli adalah sikap mental.

Pertama
, Seorang penjual memiliki sikap melayani. Sementara  pembeli punya sikap pilih-pilih, minta dilayani, dan tidak merasa perlu.
Apa pun yang dituntut pembeli, penjual akan menyesuaikan diri. Bahkan, penjual harus siap direpotin, dicela, dimarahi pembeli, tanpa memperlihatkan reaksi ketidaksukaan apalagi perlawanan.

Kedua dan  Ketiga adalah Penjual selalu berpikiran positif dan optimis. 
Setiap hari, penjual selalu yakin bahwa akan datang pembeli yang akan membeli dagangannya. Untuk itulah, penjual selalu bersemangat membuka usahanya, karena yakin bahwa akan ada yang beli dagangannya.

Sekalil lagi, jadilah penjual, bukan pembeli.

Begitu pun dalam beramal. Posisi seorang hamba Allah di dunia ini tak lain adalah seorang penjual. Dan Allahlah si Pembeli. Pembeli bisa menentukan kriteria apa saja atas barang yang dibeli. Dan penjual wajib memenuhi, jika dagangannya mau terjual.

Allah swt. berfirman dalam surah At-Taubah ayat 111, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Alquran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka, bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.”
Tak ada satu penjual pun yang santai-santai saja menyambut tawaran harga tinggi dari seorang pembeli. Dan, adakah  harga yang lebih tinggi dari surga yang penuh kenikmatan ?

Satu lagi.... Tak ada penjual yang sedemikian cintanya dengan dagangannya sehingga ia tak akan pernah menjual. Sungguh naif seorang penjual yang bersikap, “Biarlah saya tak untung, yang penting barang dagangan yang saya cintai tak terjual!” Saat itu, ia bukan lagi seorang penjual. Tapi, penikmat.

Seorang hamba Allah yang cerdas tak akan terpedaya dengan dunia. Seindah apa pun ia tampil. Segemerlap apa pun dunia bersolek. Karena dalam pandangan Allah, dunia tak senilai sayap nyamuk. Rasulullah saw. bersabda, “Andaikan dunia itu senilai dengan sayap nyamuk di sisi Allah, maka Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir walaupun seteguk air dari dunia.” (HR. Tirmidzi)



Kembali ke market day...

Selalu kita temui anak-anak yang menawarkan dagangannya dengan penuh keramahan, mereka juga bersabar ketika ternyata dagangannya ga dibeli.

Disini saya ingin memberikan apresiasi kepada pihak Sekolah Alam Indonesia, sekaligus menegaskan bahwa program market day adalah program yang luar biasa. 

Dengan market day, kita telah membentuk & mengajarkan anak-anak untuk memiliki jiwa sebagai seorang penjual yang ulet, sabar, melayani, ramah, optimis, tidak menyia-nyiakan kesempatan & peluang, dll.

Melalui kegiatan market day ini, secara tidak langsung, kita telah membentuk anak-anak kita menjadi generasi qurani. Karena semangat seorang penjual adalah semangat  qurani.

Wallahu a'lam.

Cinere. 16 Oktober 2014

Selasa, 14 Oktober 2014

Lawanlah Jiwamu..!

Lawanlah Jiwamu'

Begitulah,

Kecenderungan jiwa yang melemah, tidak boleh dibiarkan.
Keinginannya untuk selalu lambat, juga jangan didiamkan.
Keinginan dan kehendak nafsu tak boleh menjadi dominan lalu menjadi kebiasaan.

Karena itulah,
Para ulama banyak yang mengajak untuk agar kita mampu menundukkan dan melawan keinginan nafsu.
Mereka mengatakan,
Bahwa melatih dan mengontrol gerak kehendak nafsu itu sebenarnya merupakan kekuatan.
Sebagaimana mereka kerap menganjurkan kita melatih dan memaksa diri agar tidak tunduk pada kebiasaan yang dikendalikan oleh nafsu,
Lalu kemudian, Ibnu Athaillah mengaitkan antara melawan kebiasaan dengan kemampuan seseorang memiliki kejernihan, kecerdasan, keimanan yang tersimpul dalam kata hikmah. Hingga ia mengatakan,

“Jika engkau bingung memilih antara dua hal, Pilihlah yang paling berat dari keduanya bagi nafsumu, lalu ikutilah itu.
Karena sesungguhnya, nafsu tidak akan merasa berat melakukan sesuatu kecuali karena sesuatu itu benar.”
Dan semua yang dirasa ringan oleh nafsu, adalah kebatilan.
“Senantiasalah gerakkan jiwamu agar terus menerus bisa menerima keinginanmu atasnya.”

Ingatlah ketika Abdullah bin Rawahah yang meninggalkan contoh untuk kita dalam melawan nafsu dan jiwanya di saat yang tepat.
Ketika ia ragu berjuang di tengah kecamuk perang Mu'tah,
Ia pun bertutur kepada jiwanya,

“Aku bersumpah kepada jiwaku, bahwa engkau harus turut berjuang. Engkau harus berjuang atau aku yang akan memaksaku berjuang..”

Teruslah berjuang dan bergerak,
Atau bila tidak, kita sendirilah yang akan memaksa diri untuk berjuang dan bergerak.

#taujihUstadz

Belajar dari Sang Pembangun

Di era tahun 1930-an, dikisahkan ada seorang mahasiswa baru di fakultas pertanian di sebuah perguruan tinggi di Mesir. Ketika waktu sholat tiba, diceritakan bahwa mahasiswa itu mencari-cari tempat sholat. Setelah mencari-cari dengan susah payah, akhirnya ia tak mendapatkan apa yang ia cari. Akhirnya ia bertanya kepada mahasiswa-mahasiswa kampus. “Di fakultas ini tidak ada mushola, yang ada hanya ruangan kecil dibawah lorong sana,” jawab salah satu mahasiswa.

Si mahasiswa pun akhirnya berangkat menuju lokasi yang dimaksud di bawah lorong tersebut. Sambil menggeleng-gelengkan kepala, seolah tidak percaya atas apa yang ia lihat. Sebuah kamar kecil, kumuh, jorok dan tidak terawat, itulah yang ia dapatkan. “Mereka yang ada di kampus ini, sholat apa tidak ya….,” Tanya mahasiswa ini dalam hatinya dengan terheran-heran. Karena melihat tempat sholat didepannya, tidak layak untuk disebut sebagai mushola.

Iapun tidak pedulikan dengan pertanyaan-pertanyaan hatinya tersebut. Tanpa panjang kata, ia segera masuk ke ruangan kecil lagi kumuh tersebut. Ia dapatkan tikar lama dan kotor. Ia juga melihat ada satu orang yang sedang sholat. Setelah selesai sholat, bertanyalah mahasiswa ini kepada orang yang sholat tadi, yang ternyata karyawan di kampus. “Maaf pak, apa bapak sholat disini?” “Iya, emang kenapa?” jawab karyawan penuh yakin. “Orang-orang yang diatas itu, tidak ada yang sholat dan tempat ini satu-satunya mushola yang ada di kampus,” tambah karyawan memberikan informasi kepada mahasiswa baru tersebut.

Dengan penuh yakin dan semangat yang tinggi, si mahasiswa berkata kepada karyawan, “Kalau saya, saya tidak akan sholat dibawah lorong ini.” Bergegaslah ia keluar ke atas dan mencari-cari lapangan yang layak yang ada di kampus. Setelah menemukan tempat yang layak, ia melakukan hal-hal yang aneh, menurut mahasiswa-mahasiswa fakultas. Ia mengumandangkan adzan dengan suara yang sangat keras dan kencang.

Melihat apa yang dilakukan oleh yuniornya, para mahasiswa itu terkejut dengan kejadian yang mereka lihat. Sambil mengejek dan mengolok-olok mahasiswa baru, para senior dari mahasiwa baru ini menuding-nudingnya dan mengatakan, “Huuuuuu, kampungan, kuno ….” Bahkan yang lebih menyakitkan hati adalah kata-kata mereka, “Gila kamu ya….!”

Namun mahasiwa baru tetap bertahan dan tak bergeming. Ia duduk sejenak kemudian bangkit dan mengumandangkan iqomat, “Allahu Akbar Allahu Akbar……” dan tak satupun yang ikut sholat bersamanya. Sehari dua hari….. mahasiswa ini selalu diledek dan dicibiri oleh teman-teman mahasiswa lainnya.

Akhirnya, ledekan dan cibiran para mahasiswa itu menjadi pemandangan setiap hari. Tak ada hari selain menertawakan dan mengejek-ejek mahasiswa baru itu. Setelah beberapa hari, ada kejadian aneh. Karyawan yang biasa sholat di tempat yang kumuh dan jorok dibawah lorong itu, akhirnya ikut sholat berjamaah dengan mahasiswa. Hari berikutnya, jamaah sholat bertambah menjadi empat termasuk sang mahasiswa. Tepat satu pekan, salah satu dosen kampus akhirnya ikut sholat berjamaah.

Berita tentang sholat berjamaah di tempat terbuka itu, kini tersebar di fakultas dan menjadi buah bibir para mahasiswa. Dekan fakultas pun akhirnya memanggil mahasiswa tersebut. “Wahai anakku, apa yang terjadi itu seharusnya tidak boleh terjadi. Pemandangan yang tidak wajar, sholat di lapangan terbuka.” Tapi melihat kegigihan dari mahasiwa baru ini, pihak dekan memberikan aspirasinya dengan membangunkan sebuah mushola baru. “Yang bersih dan layak untuk sholat berjamaah bagi siapa yang mau sholat didalamnya,” kata dekan penuh ekspresi. 

Dan akhirnya…. Sebuah masjid pertama telah dibangun di fakultas perguruan tinggi di Mesir

Melihat kejadian itu, ternyata mahasiswa-mahasiswa lain dari fakultas-fakultas yang lain, ikut cemburu. “Kenapa kok fakultas pertanian saja, fakultas kita tidak dibangun masjid….” Teriak mereka memprotes rektorat. Dan ….. akibat protes itu, semua fakultas di perguruan tinggi itu dibangunkan masjid.

Hingga hari ini, baik masih hidup atau sudah wafat, amal mahasiswa ini akan terus dikenang. Akibat kejadian di fakultas pertanian itu, semua kampus di Mesir dibangunkan masjid yang mengumandangkan kebesaran Allah ta’ala. 
Allahu Akbar….Allahu Akbar…. 

Lalu, tahukah Anda siapa gerangan mahasiswa itu…..? 

Itulah Hasan Al-Banna 

“Bertindaklah secara positif dan katakan, bahwa Anda mampu untuk merubah…..” #

Kamis, 02 Oktober 2014

Antara Istiqamah dan Tsabat

Ikhwati fillah...
Sambil menemani ifthor antum semua, saya ingin merefresh  apa yg pernah saya  sampekan disini...
Tentang sesuatu yg mesti  menjadi bekalan kita dalam menapaki jalan ini. Yaitu antara sikap Istiqamah dan Tsabat.

Apa itu istiqomah? Apa bedanya dg tsabat?

Sebenarnya sama.
Jika disebut bersama, dua istilah tsb menonjolkan perbedaan.
Tetapi jika disebut terpisah, pd dasarnya dua istilah tsb punya arti yg sama.
Keduanya -istiqomah dan tsabat- berkaitan dg waktu yg panjang.
Inti dari keduanya adalah Sabar atau Kesabaran..
Perjalanan panjang itu perjalanan yg mengharuskan kita untuk berpikir tentang etape atau tahapan.

Istiqomah dan tsabat ini -jika dikaitkan dg etape2 tsb- memiliki sedikit  perbedaan makna.

So...apa perbedaan keduanya?
Tsabat adalah landasan sikap yg membuat seseorang bergerak dg membuat PERSIAPAN2 yg baik di setiap etape, mencari2 peluang di setiap etape, dan melakukan eksekusi2 yg tepat di setiap etape.

Istiqomah adalah landasan sikap yg dicerminkan oleh seseorang dg kegigihannya MEMPERTAHANKAN nilai atau sesuatu yg sdh ada di etape sebelumnya.

Bukan tsabat jika tdk melakukan persiapan, tdk mencari2 peluang dan tdk tepat mengeksekusi peluang.
Dan bkn istiqomah jika nilai yg pernah ada hilang dan semakin hilang dlm etape2 perjalanan yg panjang ini.

Sejatinya, perjuangan ini milik Allah, terjamin akan tetap ada sampai  yaumul qiyamah kelak. perjuangan dalam bentuk taurits/pewarisan risalah. Secara Sunnatullah, proses itu akan dipegang oleh rijalud da'wah. Dan Allah sendiri yg memilih diantara hambaNya  utk mengemban tugas mulia ini.

Siapa saja yg  tidak siap dan menyiapkan diri,  akan diganti oleh yg fresh dan kuat.
Inilah pentingnya istiqamah dan tsabat.

Proses ini tidak kenal yg namanya finish. Menang - kalah pemilu bukanlah finish. Dapat kursi presiden/wapres bukanlah finish. Finish itu saat rijal2 nya wafat dan masuk surga.

Dalam hal ini, Allah menyediakan media berupa proses perjuangan, yg pengen ikut ya ikut.
Ikut berarti siap dgn harakah, yg di dlmnya ada tadhiyah, jg tsabat/istiqomah. Determinasi tanpa ujung kecuali saat akhir hembusan nafas.
Utk itu, persiapkan dirimu selalu wahai ikhwah....

Demikian kuliah onlen ttg istiqamah dan tsabat.

Wallahu a'lam.

Taken from kuwas alias kuliah wasap.